Sebagian orang terkadang ketika
bingung dalam suatu masalah agama, ia bertanya kepada teman-temannya, kepada
teman kerjanya, kepada saudaranya, atau kepada sembarang orang. Benarkah metode
seperti ini?
Seseorang bertanya kepada Syaikh
Shalih bin Fauzan Al Fauzan, “kepada siapa semestinya seseorang meminta fatwa
dalam masalah fikih, sedangkan biasanya ada banyak khilaf ulama dalam
jawaban-jawabannya? dan bagaimana kami mengetahui mana pendapat yang kuat?”.
Beliau menjawab:
الحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم
على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين، أما بعد:
إذا أشكل عليك شي، فسأل من تثق بعلمه ودينه، وخذ بجوابه، ولا
تسأل غيره لئلا يختلف عليك، فيحصل التشويش كما ذكرت، أسال لمن تثق بعلمه ودينه،
خصوصا من عرفوا بالفتوى، وأسندت إليهم الفتوى أسال أحدهم، وإذا أفتاك فأقتصرعلى فتواهُ،
ليست مكلف بالترجيح والخلاف.
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin washallallahu’ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi
wa ashabihi ajma’in, amma ba’du.
Jika seseorang merasa bingung
dalam suatu permasalahan agama, hendaknya ia bertanya kepada orang yang terpercaya keilmuannya dan
terpercaya kebaikan agamanya, lalu menjalankan apa yang ia
jawab. Janganlah anda bertanya kepada orang lain lagi karena bisa jadi
jawabannya berbeda-beda. Sehingga menimbulkan kerancuan sebagaimana yang engkau
sebutkan.
Jadi, bertanyalah kepada orang
yang terpercaya keilmuannya dan terpercaya kebaikan agamanya, terutama
orang yang dikenal ahli dalam berfatwa. Serahkanlah urusan fatwa
kepada mereka, dan tanyalah salah seorang saja dari mereka. Jika salah seorang
dari mereka telah memberi fatwa kepadamu, maka cukupkanlah diri dengan fatwa
tersebut. Anda (yang belum menekuni ilmu agama dengan baik, pent.) tidak
dibebani untuk melakukan tarjih (pemilihan pendapat yang terkuat) dan
mengenal khilaf-khilaf.
***
Artikel
Muslim.or.id