Islam Pedoman Hidup: Umat Islam
Tampilkan postingan dengan label Umat Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Umat Islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Januari 2017

Sebab-Sebab Tersebarnya Islam


Khutbah Pertama:

Khotib berwasiat untuk diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar bertakwa kepada Allah, karena takwa adalah keselamatan dan keamanan dari segala keburukan. Allah Ta’ala berfirman,
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS:Ali Imran | Ayat: 102).

Bergembira dan optimis adalah asas Islam dan ini adalah nilai tinggi seorang muslim dalam setiap keadaan. Allah Ta’ala berfirman mengabadikan ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
﴿وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ﴾
Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS:Al-Hijr | Ayat: 56).

Sikap optimis ini menciptakan energi yang dapat membangkitkan keinginan, memotivasi untuk melakukan tindakan, dan berbuat sesuatu untuk masa depan.
Ketika derita umat Islam di sebagian belahan bumi semakin perih, maka kebutuhan akan sikap optimis pun semakin ditekankan. Inilah petunjuk Rasulullah . Betapa banyak duka lara berganti menjadi suka cita karena optimis. Dan harapan tumbuh di tengah rasa sakit.

Di antara sebab kebahagiaan dan optimis dalam kehidupan seorang mukmin adalah tersebarnya agama Rabbul ‘alamin ini. ketika orang-orang non-Islam menjadi pemeluk Islam.

Menyebar dengan cepat adalah ciri agama Islam yang kokoh ini. Ciri khas yang tampak pada kurun sejarah. Walaupun jumlah pengikutnya sedikit. Atau sedikit pembelanya. Dan keras musuh-musuhnya.

Islam dimulai di era Mekah dengan segelintir orang yang lemah. Mereka mengalami penderitaan dan gangguan. Dalam beberapa tahun saja, kemudian Islam tersebar ke seluruh Jazirah Arab. Munculllah generasi yang membawa risalah Islam. Kemudian menyebarkannya ke dataran tinggi dan rendah. Ke pegunungan dan lembah-lembah. Tersebarlah agama ini. Dan meluaslah wilayahnya. Orang-orang memeluk Islam dengan berbondong-bondong, dalam waktu yang singkat. Tidak ada penyebaran agama yang semasif ini dalam sejarah. Ini benar-benar mukjizat yang besar. Dan benarnya janji Allah, di masa yang akan datang Islam akan tersebar. Karena agama ini adalah agama yang diridhai Allah Ta’ala untuk semua manusia. Dan Allah menjamin penjagaannya.

Rasulullah bersabda,
لَيَبْلُغَنَّ هذَا اْلاَمْرُ مَا بَلَغَ الَّيْلَ وَالنَّهَارُ وَلاَيَتْرُكُ اللهُ بَيْتَ مَدَرٍ وًلاَوَبَرٍ اِلاَّاَدْخَلَهُ اللهُ هذَا الدِِّيْنَ , بِعِزِّعَزِيْزٍ , اَوْبِذُلِّ ذَلِيْلٍ , عِزًّايُعِزُّاللهُ بِهِ أَلاِسْلاَمَ , وَذُلاَّيُذِلُّ بِهِ الْكُفْرَ ,,
Sungguh agama ini akan sampai ke penjuru bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah tidak akan melewatkan satu pun kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan agama ini ke daerah itu, dengan memuliakan yang mulia dan merendahkan yang hina. Yakni memuliakan dengan Islam dan merendahkannya dengan kekufuran.”

Manusia itu hakikatnya mencintai Islam. Karena Islam itu jelas dan edukatif. Kebenarannya sesuai dengan fitrah manusia yang suci. Dan sejalan dengan akal yang lurus. Cahaya Islam itu menerangi kegelapan. Membuat hati bahagia. Dan melapangkan dada.
﴿فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ الله﴾
“(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.” (QS:Ar-Ruum | Ayat: 30).

Islam tersebar karena akidah dan keimanannya memenuhi kekosongan hati. Menata kehampaan jiwa. Menjawab pertanyaan di pikiran. Menjawab kebutuhan jiwa. Memberikan kenyamanan. Dan menghilangkan dahaga.

Karena itu, orang-orang memeluk agama Allah ini dengan berbondong-bondong. Karena agama ini benar-benar memuliakan manusia. menghormati ruh dan jasad, akal dan hati. Dengan Islam, kaum muslimin menjangkau penjuru dunia. Menundukkan penjuru negeri. Dan Islam tidak melarang sesuatu yang baik.

Masa depan agama ini, jika dilihat dari pengaruhnya yang begitu mendalam dan nilainya yang agung, maka orang-orang telah berpindah dari rendahnya kemaksiatan menuju mulianya ketaatan. Dari sempitnya dunia menuju luasnya negeri yang kekal. Dari gelapnya hati menuju cinta dan kasih sayang.

Islam tersebar karena agama ini memuliakan ilmu dan ulama. Memuji kecerdasan akal dan pikiran. Setiap Islam memasuki suatu negeri, maka Islam memuliakan negeri tersebut dengan ilmu. Kemudian ilmu itu menerangi negeri itu dengan pengetahuan. Dengan itu umat membangun peradaban manusia. terbitlah peradaban yang menginspirasi peradaban lain.

Manusia merasa nyaman dengan Islam. Karena Islam mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan kolektif dalam semua sisi kehidupan. Islam menyerukan persaudaraan. Menghidupkan sendi-sendi tolong-menolong. Dan membangun asas kerja sama masyarakat.

Rasulullah bersabda,
ولأَن يمشِي أحدُكم مع أخيه في قضاءِ حاجَتِه أفضلُ من أن يعتكِفَ في مسجدِي هذا شهرَين
Sungguh, apabila salah seorang di antara kalian membantu saudaranya untuk menunaikan kebutuhannya, itu lebih baik daripada dia beri’tikaf  di masjidku ini (Masjid Nabawi) selama dua bulan.”

Keadilan dalam Islam adalah petunjuk yang lurus, pemahaman yang dalam. Timbangan keadilannya bukan karena nasab. Bukan juga karena harta. Keadilan Islam bisa dirasakan oleh semua penduduk bumi, baik dari kalangan kaum muslimin maupun non Islam. Allah Ta’ala berfirman,
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ﴾
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 8).

Merupakan tanggung jawab umat Islam untuk menyebarkan agama ini. menyampakannya ke penjuru dunia. Tanggung jawab ini pertama kali dimulai oleh Nabi Muhammad . Allah Ta’ala berfirman,
﴿يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ﴾
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 67).

Nabi bersabda,
بلِّغُوا عنِّي ولو آية
Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.”

Nabi telah melakukan segala daya upaya untuk menyebarkan agama ini. Ketika Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu memeluk Islam, Nabi memintanya untuk tinggal di kampungnya. Di tengah-tengah bani Ghifar. Agar ia mendakwakan Islam kepada mereka. Demikian juga ketika Thufail bin Amr ad-Dausi memeluk Islam, Rasulullah memintanya untuk tinggal bersama Kabilah Daus. Menyebarkan Islam di tengah-tengah mereka.

Seorang muslim diperintahkan melakukan aksi nyata untuk menyebarkan Islam. Bukan membuat agama ini menjadi eksklusif. Dan juga tidak boleh memaksa orang lain. Allah Ta’ala berfirman,
﴿إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ﴾
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan.” (QS:Asy-Syuura | Ayat: 48).

Dan firman-Nya,
﴿لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ﴾
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 272).

Tanggung jawab menyampaikan Islam ini juga sampai ke negeri-negeri non Islam. Baik saat seseorang bersafar ke sana. atau menjadi duta. Atau ada kegiatan bisnis. Atau bekerja. Semangat menyebarkan Islam menjadi sesuatu yang agung dan berpahala besar.

Allah Ta’ala berfirman,
﴿وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ﴾
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”” (QS:Fushshilat | Ayat: 33).

Nabi bersabda,
لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
Sungguh jika Allah memberi hidayah pada seseorang lewat perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.”

Dan teladan terbaik dalam menyebarkan Islam adalah pendahulu umat ini (para salaf). Bagaimana perjalanan mereka yang bersih dalam penaklukkan-penaklukkan mereka. Bagaimana keadilan mereka dalam hukum. Bagaimana akhlak mereka mempraktikkan agama. sikap wara’ dan istiqamah mereka. Sebelum menaklukkan negeri musuh, mereka telah menaklukkan hati-hati mereka. mereka yang menyebarkan Islam disifati memiliki hati yang tulus, jiwa yang bersih, perangai yang baik. Setiap individu dari mereka menebarkan kebaikan dan rahmat. Mengalirlah manfaat dan keberkahan dari mereka.

Ibadallah,
Sesuatu yang paling besar pengaruhnya dalam penyebaran Islam adalah memperdengarkan Alquran kepada orang lain. Betapa besarnya pengaruh memperdengarkan Alquran kepada orang-orang musyrik. Allah Ta’ala berfirman,
﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ﴾
Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS:At-Taubah | Ayat: 6).

Saat ini, sarana-sarana modern juga membantu tersebarnya Islam. Sarana-sarana modern sangat membantu dalam tersebarnya dakwah, di tengah kondisi kita yang begitu kurang dalam menyebarkan Islam. Allah sediakan untuk kita media informasi. Jika kita menggunakannya dengan baik, maka alat-alat itu pun akan membuat kita semakin mudah menyebarkan agama.

Bukan rahasia bahwa Islam ditampilkan dengan image yang buruk. Kesan yang zhalim. Tuduhan sebagai agama yang kasar dan teroris. Demikian juga dengan pemeluk Islam, juga mendapat tuduhan demikian. Ditampilkan lewat karikatur, berita, untuk menakut-nakuti manusia dari agama Islam ini. Disebut-sebut bahwa Islam ini biang perselisihan dan sengketa. Semua tuduhan itu tidaklah mengubah hakikat Islam. Atau membuat pemeluknya lemah. Atau memadamkan cahaya dan sinarnya, keindahan, dan ketinggiannya. Allah Ta’ala berfirman,
﴿يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ﴾
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”.” (QS:Ash-Shaff | Ayat: 8).

Dan firman-Nya,
﴿وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ﴾
Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS:At-Taubah | Ayat: 32).

Mereka berdusta dan membuat fitnah dengan menyatakan bahwa Islam tersebar dengan pedang. Padahal Islam tidak memaksa seorang pun untuk mengubah keyakinannya. Sejarah mencatat dan menyaksikan sikap bijak dan adil, bahwa Islam tersebar dengan argumentasi yang kuat dan dalil yang kokoh. Tersebar dengan toleran dan keadilan. Allah Ta’ala berfirman,
﴿لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ﴾
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 256).

Dan firman Allah Ta’ala,
﴿أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ﴾
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS:Yunus | Ayat: 99).

Khutbah Kedua:

Terjadi, ada sebagian umat Islam yang tidak mengetahui jatuh pada jalan yang menyimpang. Madzhab-madzhab yang sesat. Dan jalan yang keliru. Hal ini memecah belah umat. Merusak persatuannya. Dan melemahkan keadaan mereka. Akhirnya hal ini mempengaruhi proses tersebarnya Islam.

Tidak tersembunyi dari pikiran kita bahwa kaum muslimin di negeri haramain, memiliki tanggung jawab besar untuk tersebarnya Islam. Karena tanah haram, Mekah ini, adalah kiblatnya kaum muslimin. Dan Madinah adalah tempat hijrahnya penghulu para rasul, Muhammad . Allah Ta’ala berfirman,
﴿كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ﴾
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS:Ali Imran | Ayat: 110).
______
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Bari bin ‘Iwadh ats-Tsubaity (Imam dan Khotib Masjid an-Nabawi).
Judul Asli: Asbab Intisyarul Islam
Tanggal Khotbah: 22 Rabiuts Tsani 1438 H
Diterjemahkan oleh tim KhotbahJumat.com


from=https://khotbahjumat.com/4483-sebab-sebab-tersebarnya-islam.html
Baca Selengkapnya >>>

Rabu, 28 Desember 2016

Kejayaan Umat Islam


Khotbah Jum’at, Masjid Nabawi, 25 Shafar 1438 H
Khotib : Syekh Husen Bin Abdul Aziz Alu Syekh

Penerjemah : Usman Hatim

Khotbah Pertama

Dalam realita, umat Islam saat ini menghadapi fitnah bertubi-tubi, bencana beraneka ragam, tantangan membahayakan dan persekongkolan mengicu.

Kaum muslimin sedang menanti solusi untuk memperbaiki kondisi mereka, membahagiakan kehidupan mereka, mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan mereka serta mengatasi kesulitan dan penderitaan mereka.

Namun, kesuksesan dan kejayaan umat ini dalam mencapai segala dambaan, terselamatkan dari segala ketakutan serta terhindar dari berbagai problematika tidaklah mungkin terwujud tanpa mereka berpegang teguh dengan Islam sejati, termasuk kemurnian tauhid dan kebenaran keyakian, serta berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa dalam segala aktivitas mereka dan berbagai bidang kehidupan mereka.
Firman Allah :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ [ المؤمنون/1]

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman” Qs Al-Mu’minun :1

Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :
" يَا أيهَا النّاسُ قُوْلوْا لَا إلَه إلّا اللهَ تُفْلِحُوْا " أخرجه ابن خزيمة فى صحيحه

“Wahai umat manusia, katakanlah ‘La ilaaha illa Allah’ (tidak ada sesembahan kecuali Allah) niscaya kalian beruntung”. HR Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya.

Kaum muslimin sekalian!

Umat Islam tidak akan jaya dan kondisi mereka tidak akan membaik selagi seluruh sistem kehidupan mereka dan haluan hidup mereka tidak tunduk kepada syariat Allah –subhanahu wa ta’ala-. Firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ[ الحج/77]

Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah dan sujudlah, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah amal kebajikan agar kalian beruntung”. Qs Alhaj : 77

Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :
" قَدْ أفْلَحَ مَنْ أسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَعَهُ الله بِمَا آتَاهُ "

Sungguh bernasib baik orang yang berserah diri, mendapatkan rezeki cukup dan Allah menganugerahinya hati yang merasa puas dengan pemberianNya”

Kesejahteraan, stabilitas, kemakmuran ekonomi, keamanan dan rasa aman bagi masyarakat muslim tidak akan tercapai kecuali jika mereka menyerahkan segala urusan kepada Allah dengan menerapkan hukum syariatNya serta tunduk kepada petunjuk Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam. Firman Allah:
  إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [ النور/ 51]

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil menuju Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.Qs An-Nur : 51

Wahai umat Islam!

Tidak akan terangkat keterpurukan dengan berbagai macamnya kendatipun kita berupaya dengan segala cara untuk melepaskan diri dari padanya selagi kita belum bertobat secara sungguh-sungguh dari dosa akibat pelanggaran terhadap sistem hukum Allah dan sunnah Nabi-Nya Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- sehingga kondisi kita seperti ini.

Sudah tiba saatnya bagi umat Islam yang sedang mengalami berbagai penderitaan dan tragedi untuk merundukkan hati kepada Tuhannya dan bertobat kepada-Nya dengan memperbaiki urusan mereka sesuai aturan yang diridhai-Nya. Firman Allah :
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ [ الحديد/ 16 ]

“Bukankah sudah tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk ingat kepada Allah dan kebenaran yang turun (dari pada-Nya)” Qs Al Hadid : 16

Firman Allah :
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [ النور/31]

Dan bertobatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang mukmin agar kalian beruntung”. Qs An-Nur:31

Jika tidak demikian, maka selagi urusan mereka masih berjalan pada jalur kemaksiatan, dan masih berkubang dalam larangan dan perbuatan dosa, sadarilah bahwa jalan kesuksesan dan kemajuan akan tetap menjauh dan menghindar dari mereka. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [ المائدة / 90 ]

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung”. Qs Al-Maidah: 90

Inilah sebagian contoh, kita saksikan umat Islam saling bertolak belakang, memutuskan hubungan, berselisih, konflik, bertengkar, saling dorong mendorong yang berujung pada pertumpahan darah dan pelanggaran terhadap kehormatan sehingga sebagian pihak menimpakan bencana kepada sebagian lainnya. Terjadilah pada diri mereka itu apa yang difirmankan Allah :
وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ [ الأنفال/ 46]

“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu”.Qs Al-Anfal : 46

Terbukti pula pada mereka apa yang disinyalir Nabi –shallallahu alaihi wasallam-:
" مَا لَمْ تحْكُمْ أئِمَّتُهُمْ بمَا أنْزَلَ اللهُ إلَّا جَعَل اللهُ بَأسَهُمْ بَيْنَهُمْ "

 “Selama para pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak menerapkan hukum yang diturunkan Allah, selama itu pula Allah menimpakan bencana di antara mereka”.

Inilah pula kemerosotan drastis di bidang ekonomi yang diderita oleh mereka (umat Islam) sebagaimana pula halnya kondisi seluruh dunia. Maka solusi yang dapat menyelamatkan umat Muhammad dari bencana dan kemerosotan ekonomi adalah dengan menerapkan sistem hukum Allah yang diridhai-Nya. Jika menyimpang dari sistem Allah, jatuhlah umat ini dalam kesuliatan dan bencana.

Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ[آل عمران/ 130]

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba secara berlipat ganda,dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu beruntung”. Qs Ali Imran:130

Kaum muslimin sekalian!

Terwujudnya kebahagiaan sangat tergantung pada penerapan umat ini terhadap sistem kontrol sosial (amar makruf dan nahi munkar), saling memberi nasihat untuk memperbaiki keadaan dan meluruskan haluan sesuai dengan sistem yang ideal, metode yang santun, maksud yang luhur dan tujuan yang mulia. Firman Allah:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [ آل عمران/104]

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”. Qs Ali Imran : 104

Sebagian ahli tafsir memahami, huruf “Min” dalam ayat ini berfungsi sebagai “penjelas” bukan bermakna “sebagian”.    

Manakala umat Islam menyimpang dari jalur ini, jatuhlah mereka kedalam kerugian dan terjungkal ke dalam jurang kebinasaan. Firman Allah :
وَالْعَصْرِ ، إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ [ العصر/ 1-3]

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya tetap dalam kesabaran”. Qs Al-Ashr : 1-3

Saudara-saudara sesama muslim !

Keberuntungan kaum muslimin erat kaitannya dengan pemahaman mereka terhadap penerapan Islam yang murni, sebagai agama moderat; jauh dari sikap ekstrim, kekerasan dan radikal, jauh pula dari sikap over lemah dan abai terhadap ketetapan hukum yang ada dalam dua wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah).

Betapa banyak sikap ekstrem dalam memahami dan menerapkan Islam justru menyeret seseorang pada kerusakan yang besar dan dampak buruk yang tidak terhitung, karena sikap itu bertentangan dengan kehendak Allah dan sunnah Nabi-Nya. Firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا [ البقرة/ 143]

“Dan demikian (pula) Kami telah jadikan kalian (umat Islam), umat yang moderat”. Qs Albaqarah: 143

Kaum muslimin sekalian!

Kesuksesan duniawi yang identik dengan kemakmuran sosial dan kesejahteraan umum lantaran banyaknya nikmat yang tercurah dan keberkahan yang susul menyusul, bukanlah terjadi karena mengikuti faktor-faktor empiris semata, tetapi lebih pada faktor spritual yang sejati sebagai buah konsitensi dalam mengikuti sunnah dan konsekuensi dari penerapan sistem hukum syariat. Firman Allah :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ [الطلاق/2-3]

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. Qs At-Thalaq ; 2-3

Dan firman-Nya :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ [ الأعراف/ 96]

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. Qs Al-Araf : 96

Wahai umat Islam!

Setelah lenyapnya apa yang disebut dengan era kolonialisme, banyak di antara umat Islam yang mencoba menerapkan pola pikir dan gagasan asing yang datang dari luar dalam kehidupan mereka, namun mereka tidak menemukan hasilnya kecuali bencana pemikiran, kelemahan militer, kelesuan ekonomi, kerusakan moral dan keretakan sosial. Pemikiran-pemikiran asing itu tidak cocok untuk dunia mereka, bahkan merusak sebagian urusan agamanya.

Sudah tiba waktunya bagi umat Islam setelah pembuktian di lapangan dengan fakta seperti itu untuk kembali kepada cahaya dua wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah) sebagai penerang jalan petunjuk. Sudah tiba saatnya bagi orang yang terbius dan silau oleh peradaban yang memperlihatkan prinsip-prinsip dan norma-norma yang kemudian terbukti palsu dan menipu ketika berbagai kepentingan pribadi dan kemanfaatan individual bermunculan. Semua itu hanyalah bagaikan ukiran indah yang ditorehkan pada papan hukum perundang-undangan saja. Ketika diimplementasikan ternyata menghancurkan negeri kaum muslimin, meluluh-lantakkan potensi mereka dan merampas kekayaan negeri mereka secara permanen. Itulah sesungguhnya prinsip-prinsip peradaban yang terlepas dari ketentuan hukum Allah yang membangun. Tujuannya hanya menumbangkan peradaban lain tanpa kriteria agama, moral dan kemanusiaan. Firman Allah :
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ [ المائدة/ 50]

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”. Qs Al-Maidah : 50

====




Khotbah Kedua

Umat Islam memiliki potensi kejayaan dan kemenangan yang tidak dimiliki oleh umat lain. Memiliki pilar-pilar untuk membangun dan mencapai kebahagiaan yang tidak dimiliki oleh umat lain. Sejarah umat Islam beberapa abad silam menjadi saksi dan bukti paling nyata atas hal itu. Namun pencapaiannya dengan syarat dan tergadaikan oleh potensi yang ada. Firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ [ محمد/ 7]

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. Qs Muhammad : 7

Dan firman Allah :
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ [ غافر/51]

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi”.Qs Ghafir : 51

Perlindungan Allah –subhanahu wa ta’ala- terhadap umat Islam terkait erat dengan penerapan syariatNya dan sejauh mana ketaatan mereka pada perintahNya dan penghindaran mereka dari larangan-laranganNya. Firman Allah :
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا [ الحج/ 38 ]

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman”.Qs Alhaj:38

Menurut bacaan lainnya, “Yadfa’u” (menolak). Disebutkan dalam hadis shahih :
" احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ "

“Jagalah Allah, maka Dia menjagamu”.

Keamanan dan stabilitas, rasa aman dan kemakmuran umat ini sangat terkait dengan sejauh mana mereka menjalankan keimanan dengan segala konsekuensinya, Islam dengan segala hak-haknya. Firman Allah:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ [ الأنعام : 82 ]

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (kemusyrikan), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. Qs Al-An’am : 82

Superioritas dan keunggulan umat Islam atas musuh-musuhnya sangat tergantung pada keimanan berikut esensinya dan konsekuensinya sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Al-Qayim.

Firman Allah :
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ [ آل عمران/ 139]

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang lebih unggul, jika kamu orang-orang yang beriman”.Qs Ali Imran : 139

Dan firman-Nya :
وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ [ الصافات/ 173]

“Dan sesungguhnya tentara Kami, itulah yang pasti menang”. Qs As-Shafaat:17

Ibnu Katsir berkomentar seputar firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ [ التوبة/ 123]

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu, dan hendaklah mereka menemui ketegasan dari-padamu. Ketahuilah, bahwa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa”. Qs At-Taubah : 123
" فكلما قام ملك من ملوك الإسلام وأطاع أوامر الله وتوكل على الله ، فتح الله عليه من البلاد ، واسترجع من الأعداء بحسبه وبقدر ما فيه من ولاية الله "

“Sejauh mana seorang raja di antara raja-raja Islam menunaikan dan mentaati perintah Allah serta berserah diri kepadaNya, negeri-negeri dapat ia taklukkan atas pertolongan Allah. Terukur dengan loyalitasnya kepada Allah pula, harta rampasan dari musuh dapat ia rebut kembali”.

Selanjutnya, ketahuilah bahwa seharum-harum cara menegakkan kehidupan kita ialah menyibukkan diri dengan bershalawat dan salam kepada Nabi yang mulia.

Ya Allah,curahkanlah shalawat, salam dan keberkahan kepada hambaMu dan rasulMu, Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam-.

Ya Allah, ridhailah para Khulafaurasyidin dan para imam yang terbimbing; Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.

Ya Allah, perbaikilah kondisi kami dan kondisi kaum muslimin. Ya Allah, hilangkanlah kesedihan dari kami, angkatlah kegelisahan hati kami.

Ya Allah, selamatkanlah hamba-hambaMu kaum muslimin dari segala bencana dan cobaan. Ya Allah, Hadapilah olehMu musuh-musuh kaum muslimin, sebab mereka tidak akan mampu melemahkan-Mu wahai Tuhan yang Maha Agung.

Ya Allah, lindungilah saudara-saudara kami kaum muslimin di manapun mereka berada. Ya Allah, jadilah Engkau Penolong dan Pembela mereka wahai Tuhan yang Maha Perkasa, Maha Kuat dan Maha Kokoh.

Ya Allah, bimbinglah pelayan dua kota suci untuk melakukan sesuatu yang Engkau cintai dan ridhai. Ya Allah tolonglah agama ini dengannya. Tinggikanlah kalimat kaum muslimin dengannya.

Ya Allah, ampunilah kaum muslimin dan muslimat, yang hidup dan yang telah wafat. Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Jauhkanlah kami dari siksa neraka”.


== Penutup ==

from=https://firanda.com/index.php/artikel/khutbah-jum-at-masjid-nabawi-terjemahan/1120-kejayaan-umat-islam
Baca Selengkapnya >>>

Senin, 26 Desember 2016

Persatuan Umat Islam


Khutbah Pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ ومُبلِّغُ النَّاسِ شَرْعَهُ، مَا تَرَكَ خَيْرًا إِلَّا دَلَّ الْأُمَّةَ عَلَيْهِ وَلَا شَرًّا إِلَّا حَذَّرَهَا مِنْهُ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ:

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala,

Ahlus Sunnah mengajak kepada persatuan kaum Muslimin dan melarang mereka berpecah belah, sebagaimana firman Allah :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (Ali ‘Imran/3: 103).

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali ‘Imran/3: 105)

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar-Ruum/30: 31-32)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.

Berjamaah adalah rahmat sedangkan berpecah-belah adalah adzab.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ‘Ashim).

Ahlus Sunnah mengajak kepada persatuan yang dilandasi dengan Alquran dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Bukan persatuan yang semu dan sesat. Ahlus Sunnah tidak menyeru kepada perkara-perkara yang dapat memecah belah persatuan kaum Muslimin. Persatuan yang dikehendaki ialah persatuan menurut pemahaman ulama Salaf dan orang-orang yang mengikuti manhaj (pedoman) mereka. Bukan menurut pemahaman pengikut hawa nafsu dan hizbiyyah.

Ibadallah,

Jika kaum Muslimin bersatu di atas Sunnah, mereka akan mendapatkan rahmat Allah Azza wa Jalla, kebaikan dan kekuatan. Dan jika mereka berselisih, yang terjadi adalah kelemahan, kekalahan dan kehancuran.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatan dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfaal/8: 46)

Namun wajib diketahui bahwa persatuan itu dibangun di atas ittiba’ (ketaatan) kepada As-Sunnah bukan di atas bid’ah. Kebanyakan firqah-firqah yang mencela adanya perpecahan dan mengajak kepada persatuan, yang mereka maksud dengan perpecahan adalah golongan yang menyelesihi mereka meskipun golongan itu berada di atas kebenaran. Sedangkan yang mereka maksud dengan persatuan adalah kembali kepada prinsip dan manhaj mereka. Padahal prinsip dan manhaj mereka telah menyimpang dari jalan ash-Shirath al-Mustaqiim (jalan yang lurus). Oleh karena itu apabila terjadi perselisihan hendaklah dikembalikan kepada Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman Salafush Shalih.
Ahlus Sunnah menyuruh kepada persatuan ummat Islam atas dasar Sunnah dan melarang berpecah-belah serta bergolong-golongan. Ahlus Sunnah juga menyuruh ummat Islam untuk berada dalam satu barisan di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi musuh-musuh mereka. Adapun kelompok-kelompok bawah tanah, jama’ah-jama’ah sempalan dan bai’at-bai’at yang dikenal sebagai bai’at dakwah merupakan penyebab timbulnya perpecahaan dan fitnah (pertikaian). Bai’at hanya boleh diberikan kepada orang yang ditunjuk oleh ahlul halli wal ‘aqdi (semacam lembaga yudikatif) atau kepada seorang Muslim yang berkuasa dengan kekuatannya, meskipun ia seorang yang zhalim.

Ahlus Sunnah berpendapat tentang hadits:

…مَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ، مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً.
…Barangsiapa mati sementara ia belum berbai’at, maka kematiannya terhitung kematian secara Jahiliyyah.” (HR. Muslim dan al-Baihaqi).

Sanksi yang tersebut dalam hadits di atas ditujukan kepada orang yang tidak membai’at penguasa yang telah ditunjuk dan disepakati oleh ahlul halli wal ‘aqdi.” Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal ketika menjawab pertanyaan Ishaq bin Ibrahim bin Hani tentang hadits di atas. Beliau (Imam Ahmad) menjawab: “Yang dimaksud dengan Imam adalah yang kaum Muslimin seluruhnya berkumpul untuk membai’atnya, itu adalah Imam dan demikianlah makna hadits ini.” Tidak sebagaimana yang diklaim oleh setiap jama’ah atau kelompok.

Al-Katsiri dalam kitabnya, Fa-idhul Baari berkata: “Ketahuilah bahwa hadits tersebut menunjukkan bahwa yang dianggap bai’at yang sah adalah yang dibai’at oleh seluruh kaum Muslimin. Kalau seandainya ada dua orang atau tiga orang yang membai’at, maka hal itu tidak dikatakan Imam sampai dibai’at oleh kaum Muslimin atau ahlul halli wal ‘aqdi.” Jadi ancaman tentang orang yang meninggalkan bai’at diancam dengan mati Jahiliyyah itu berlaku bagi orang yang tidak berbai’at kepada Imam yang berkumpul padanya seluruh kaum Muslimin atau yang diwakilkan oleh ahlul halli wal ‘aqdi. Adapun yang dilakukan oleh kelompok-kelompok (jama’ah-jama’ah) adalah bai’at yang bid’ah yang harus ditinggalkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hudzaifah Radhiyallahu anhu, yaitu ketika tidak adanya jama’ah dan imam, maka ia harus meninggalkan semua jama’ah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

…تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ، فَقُلْتُ: فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ ؟ قَالَ، فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ.

… Hendaklah engkau berpegang teguh (bersatu) kepada jama‘ah dan imam kaum Muslimin.” Kemudian Hudzaifah Radhiyallahu anhu bertanya: “Bagaimana kalau mereka sudah tidak mempunyai jama’ah dan imam lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Jauhilah semua kelompok tersebut, meskipun harus menggigit akar pohon, hingga engkau mati dalam keadaan seperti itu.” (HR. al-Bukhari).

أَقُوْلْ هَذَا الْقَوْلَ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Ibadallah,

Mudah-mudahan Allah Ta’ala mempersatukan umat ini di atas tauhid. Menjayakan agama ini. Dan menolong hamba-hamba-Nya yang mendakwahkan dakwah tauhid.

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ وَفِّق جَمِيْعَ وُلَاةِ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِكُلِّ قَوْلٍ سَدِيْدٍ وَعَمَلٍ رَشِيْدٍ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا.
اَللَّهُمَّ وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنثوْبَنَا وَاجْعَلْ عَمَلَنَا فِي رِضَاكَ، وَوَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتَ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ 

(Diadaptasi dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i).


from=https://khotbahjumat.com/4423-persatuan-umat-islam.html
Baca Selengkapnya >>>