SEORANG MUKMIN BUKAN ORANG YANG HOBI MENCELA [1]
Oleh
Syekh Shalah Bin Muhammad Al-Budair
Orang Mukmin adalah orang yang sangat antusias terhadap semua kebaikan dan selalu bersikap lemah lembut terhadap sesama manusia.
Sikap
santun dalam menyampaikan pesan, berlemah lembut dalam berbicara dan
juga dalam berdialog merupakan metode yang benar yang bisa menarik hati
banyak orang, bisa mengembalikan hati-hati yang telah menjauh dari
Islam ataupun pendapat-pendapat yang telah berubah. Allâh Azza wa Jalla
berpesan kepada Nabi Musa dan Harun ‘Alaihimas salam :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut! Mudah-mudahan ia menjadi sadar atau takut [Thaha/20:44]
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Dalam
ayat ini terdapat pelajaran yang sangat berharga yaitu Fir’aun (kala
itu) sosok manusia sudah berada pada puncak pembangkangan, keangkuhan
dan kesombongan (terhadap ajaran Nabi Musa Alaihissallam), sementara
Musa Alaihissallam adalah manusia terbaik pilihan Allâh Azza wa Jalla
saat itu, namun demikian Allâh Azza wa Jalla memerintahkannya untuk
tidak berbicara dengan Fir’aun kecuali dengan perkataan yang santun dan
lemah lembut.”
(Fir’aun
dengan sombongnya sampai berani mengaku dan memaksa rakyatnya untuk
mengakui bahwa dia tuhan yang maha tinggi. Sungguh itu sebuah ungkapan
lisan orang yang amat sangat sombong. Semoga Allâh Azza wa Jalla
menghindarkan kita semua dari kesombongan yang telah menyeret fir’aun
dan juga syaitan dalam pembangkangan terburuk.)
Kata-kata
cacian hanya akan memantik fitnah (bencana). Caci maki tidak akan bisa
menarik kembali hati orang yang sudah terlanjur menjauhi kita juga
tidak bisa meluluhkan hati para penentang. Caci maki justru menanamkan
rasa dendam dan benci di hati serta membuat orang yang berseberangan
semakin nekad dan keras kepala.
Barangsiapa
menyerang setiap orang yang tidak sependapat dengannya dengan kata-kata
keji, ucapan-ucapan yang buruk lagi tercela, maka apa yang dia lakukan
itu hanya akan memperburuk keadaan dan memperparah penyakit.
Semoga
Allâh Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita semua untuk mencontoh
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan-ucapan Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat santun
Orang
yang rendah moralnya, lisannya tajam dan kotor, suka merendahkan harga
diri orang lain, pengumpat, hobi melontarkan tuduh-tuduhan keji
terhadap orang tak bersalah, suka menyerang orang-orang yang baik,
semua ucapannya hanya umpatan dan cacian; Sungguh orang seperti ini
tidak pantas disebut mushlih (orang yang melakukan perubahan kearah yang lebih baik), penasihat atau guru pembimbing yang baik.
Wahai
orang-orang yang suka menulis pernyataan-pernyataan yang penuh umpatan
dan kutukan! Wahai orang-orang yang suka melontarkan tuduhan serta
melakukan justifikasi! Kalian akan dimintai pertanggungan jawab atas
semua yang kalian tulis pada hari seluruh makhluk dikumpulkan yakni
hari kiamat. Saat itu, semua amalan sekecil apapun akan ditimbang dan
diperhitungkan. Setiap orang akan datang didampingi malaikat yang
menjadi saksi dan malaikat yang menggiring.
Wahai
orang-orang yang bersembunyi di balik layar! Yang bersembunyi
dibelakang nama samaran demi menghindari pandangan manusia lalu
melontarkan celaan tapi atas nama orang lain! Apakah engkau lupa bahwa
Allâh Azza wa Jalla senantiasa melihat anda dan Dia mengetahui semua
yang anda sembunyikan.
Seorang
Mukmin yang benar, bukanlah seorang yang banyak mencela, bukan yang
banyak melaknat, bukan orang yang keji, dan bukan pula orang yang
omongannya kotor.
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam suri tauladan kita, bukan seorang yang
sering melontarkan celaan, kutukan dan ucapan-ucapan keji. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat.
Beliau juga bersabda :
سِبَابُ المسْلِمِ فُسُوْقٌ
Mencaci maki seorang Muslim adalah suatu kefasikan.
Dalam riwayat lain disebutkan :
اَلْمُسْتَبَّانِ شَيْطَانَانِ يَتَهَاتَرَانِ وَيَتَكَاذَبَانِ
Dua orang yang saling memaki adalah seperti dua syaitan yang saling menjatuhkan dan mendustakan lawannya.
Dalam sebuah riwayat dari Jabir disebutkan:
قَالَ
جَابرٌ بن سليْم رَضيَ اللهُ عَنْه : قُلْتُ: اعْهَدْ إِلَيَّ يَا
رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ
بَعْدَهُ حُرًّا، وَلَا عَبْدًا، وَلَا بَعِيرًا، وَلَا شَاةً،
Dari Jabir bin Salîm bercerita, “Aku berkata, ‘Buatlah ikatan perjanjian denganku wahai Rasûlullâh!’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menjawab, “Janganlah sekali-kali engkau memaki orang lain“. Kata Jabir, “Sejak
itulah aku tidak pernah memaki seorang pun, baik ia orang merdeka atau
hamba sahaya, termasuk tidak memaki unta dan kambing”. [HR Abu Dawud]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepadanya, “Jika
ada orang yang mencela dan memakimu dengan celaan yang dia tahu ada
pada dirimu, maka janganlah kamu balas mencelanya dengan celaan yang
engkau tahu ada pada dirinya. Karena akibat celaannya itu hanya kembali
kepada dia.” [HR. Abu Daud]
Semoga Allâh senantiasa memberikan petunjuk kepada kita dan menyelamatkan kita dari kejahatan jiwa-jiwa kita.
Allâh
Azza wa Jalla melarang kaum Muslimin dari perbuatan mencaci maki
sesembahan orang-orang musyrik agar itu tidak menjadi alasan mereka
untuk membenarkan tindakan mereka yang mencaci maki Allâh Azza wa Jalla
.
Firman Allâh Azza wa Jalla :
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Janganlah
kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allâh, karena
nanti mereka akan memaki Allâh dengan melampaui batas tanpa dasar
pengetahuan [Al-An’âm/6:108]
Sungguh
cacian dan celaan yang diarahkan kepada tuhan-tuhan sesembahan mereka
hanyalah akan membuat mereka semakin ingkar, keras kepala dan semakin
menjauhi kita. Jika demikian, ini bertentangan dengan misi dakwah yang
dikehendaki Allâh Azza wa Jalla.
Hendaklah
kita senaniasa waspada dan mawas diri. Jangan sampai kita menghadapi
mereka dengan kekerasan, makian, kutukan dan umpatan. Sebab itu hanya
akan membuat mereka semakin menjauh dari kebenaran, sunnah dan budi
pekerti yang luhur.
Sampaikanlah dan jelaskanlah kebenaran itu dengan mengemukakan dalil-dalil dengan cara-cara yang bijak dan sesuai.
Kewajiban
kita hanyalah menyampaikan nasihat, mengajak dan mencegah. Soal
menjadikan mereka baik dan buruk bukanlah tugas kita. Itu urusan Allâh,
bukan urusan kita. Allâh Azza wa Jalla yang akan menghitung dan
membalas mereka.
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak
Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
_______
Footnote
[1] Diangkat
dari khutbah yang disampaikan oleh Syaikh Shalah bin Muhammad al-Budair
hafizhahullah di masjid Nabawipada hari Jum’at tanggal 24 Syawal 1437 H
dengan tema Wujubu Husnil Khuluq
Share Ulang:
- Citramas, Cinunuk, Bandung
- from=https://almanhaj.or.id/7404-seorang-mukmin-bukan-orang-yang-hobi-mencela.html