Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ،
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ
ومُبلِّغُ النَّاسِ شَرْعَهُ، مَا تَرَكَ خَيْرًا إِلَّا دَلَّ الْأُمَّةَ
عَلَيْهِ وَلَا شَرًّا إِلَّا حَذَّرَهَا مِنْهُ فَصَلَوَاتُ اللهِ
وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ:
Ibadallah,
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala,
Ahlus Sunnah mengajak kepada persatuan kaum Muslimin dan melarang mereka berpecah belah, sebagaimana firman Allah :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (Ali ‘Imran/3: 103).
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا
جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka
itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali ‘Imran/3: 105)
وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ
وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah yaitu
orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada
golongan mereka.” (Ar-Ruum/30: 31-32)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.
“Berjamaah adalah rahmat sedangkan berpecah-belah adalah adzab.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ‘Ashim).
Ahlus Sunnah mengajak kepada persatuan yang dilandasi dengan Alquran
dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Bukan persatuan yang
semu dan sesat. Ahlus Sunnah tidak menyeru kepada perkara-perkara yang
dapat memecah belah persatuan kaum Muslimin. Persatuan yang dikehendaki
ialah persatuan menurut pemahaman ulama Salaf dan orang-orang yang
mengikuti manhaj (pedoman) mereka. Bukan menurut pemahaman pengikut hawa
nafsu dan hizbiyyah.
Ibadallah,
Jika kaum Muslimin bersatu di atas Sunnah, mereka akan mendapatkan rahmat Allah Azza wa Jalla, kebaikan dan kekuatan. Dan jika mereka berselisih, yang terjadi adalah kelemahan, kekalahan dan kehancuran.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا
وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatan dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.” (Al-Anfaal/8: 46)
Namun wajib diketahui bahwa persatuan itu dibangun di atas ittiba’
(ketaatan) kepada As-Sunnah bukan di atas bid’ah. Kebanyakan
firqah-firqah yang mencela adanya perpecahan dan mengajak kepada
persatuan, yang mereka maksud dengan perpecahan adalah golongan yang
menyelesihi mereka meskipun golongan itu berada di atas kebenaran.
Sedangkan yang mereka maksud dengan persatuan adalah kembali kepada
prinsip dan manhaj mereka. Padahal prinsip dan manhaj mereka telah
menyimpang dari jalan ash-Shirath al-Mustaqiim (jalan yang lurus). Oleh
karena itu apabila terjadi perselisihan hendaklah dikembalikan kepada
Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman Salafush Shalih.
Ahlus Sunnah menyuruh kepada persatuan ummat Islam atas dasar Sunnah
dan melarang berpecah-belah serta bergolong-golongan. Ahlus Sunnah juga
menyuruh ummat Islam untuk berada dalam satu barisan di atas Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi
musuh-musuh mereka. Adapun kelompok-kelompok bawah tanah,
jama’ah-jama’ah sempalan dan bai’at-bai’at yang dikenal sebagai bai’at
dakwah merupakan penyebab timbulnya perpecahaan dan fitnah (pertikaian).
Bai’at hanya boleh diberikan kepada orang yang ditunjuk oleh ahlul
halli wal ‘aqdi (semacam lembaga yudikatif) atau kepada seorang Muslim
yang berkuasa dengan kekuatannya, meskipun ia seorang yang zhalim.
Ahlus Sunnah berpendapat tentang hadits:
…مَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ، مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً.
“…Barangsiapa mati sementara ia belum berbai’at, maka kematiannya
terhitung kematian secara Jahiliyyah.” (HR. Muslim dan al-Baihaqi).
Sanksi yang tersebut dalam hadits di atas ditujukan kepada orang yang
tidak membai’at penguasa yang telah ditunjuk dan disepakati oleh ahlul
halli wal ‘aqdi.” Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal
ketika menjawab pertanyaan Ishaq bin Ibrahim bin Hani tentang hadits di
atas. Beliau (Imam Ahmad) menjawab: “Yang dimaksud dengan Imam adalah
yang kaum Muslimin seluruhnya berkumpul untuk membai’atnya, itu adalah
Imam dan demikianlah makna hadits ini.” Tidak sebagaimana yang diklaim
oleh setiap jama’ah atau kelompok.
Al-Katsiri dalam kitabnya, Fa-idhul Baari berkata: “Ketahuilah bahwa
hadits tersebut menunjukkan bahwa yang dianggap bai’at yang sah adalah
yang dibai’at oleh seluruh kaum Muslimin. Kalau seandainya ada dua orang
atau tiga orang yang membai’at, maka hal itu tidak dikatakan Imam
sampai dibai’at oleh kaum Muslimin atau ahlul halli wal ‘aqdi.” Jadi
ancaman tentang orang yang meninggalkan bai’at diancam dengan mati
Jahiliyyah itu berlaku bagi orang yang tidak berbai’at kepada Imam yang
berkumpul padanya seluruh kaum Muslimin atau yang diwakilkan oleh ahlul
halli wal ‘aqdi. Adapun yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
(jama’ah-jama’ah) adalah bai’at yang bid’ah yang harus ditinggalkan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hudzaifah Radhiyallahu anhu, yaitu ketika tidak adanya jama’ah dan imam, maka ia harus meninggalkan semua jama’ah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
…تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ، فَقُلْتُ: فَإِنْ لَمْ
تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ ؟ قَالَ، فَاعْتَزِلْ تِلْكَ
الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى
يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ.
“… Hendaklah engkau berpegang teguh (bersatu) kepada jama‘ah dan imam
kaum Muslimin.” Kemudian Hudzaifah Radhiyallahu anhu bertanya:
“Bagaimana kalau mereka sudah tidak mempunyai jama’ah dan imam lagi?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Jauhilah semua
kelompok tersebut, meskipun harus menggigit akar pohon, hingga engkau
mati dalam keadaan seperti itu.” (HR. al-Bukhari).
أَقُوْلْ هَذَا الْقَوْلَ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ
وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ
Ibadallah,
Mudah-mudahan Allah Ta’ala mempersatukan umat ini di atas tauhid.
Menjayakan agama ini. Dan menolong hamba-hamba-Nya yang mendakwahkan
dakwah tauhid.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال
صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ وَفِّق جَمِيْعَ وُلَاةِ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِكُلِّ قَوْلٍ
سَدِيْدٍ وَعَمَلٍ رَشِيْدٍ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ
بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي
أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا
كُنَّا.
اَللَّهُمَّ وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ وَلَا تَكِلْنَا إِلَى
أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنثوْبَنَا
وَاجْعَلْ عَمَلَنَا فِي رِضَاكَ، وَوَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ يَا ذَا
الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وإنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ،
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتَ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ
(Diadaptasi dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,
Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i).
from=https://khotbahjumat.com/4423-persatuan-umat-islam.html