Published Date: 2012-08-30
Alhamdulillah.
Pendidikan anak merupakan kewajiban orang tua. Allah Ta'ala
telah memerintahkan dalam Al-Quran, begitupula Rasululllah shallallahu alaihi
wa sallam dalam haditsnya.
Firman Allah Ta'ala,
يا
أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم ناراً وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة
غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون (سورة التحريم: 6)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)
Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya tentang ayat ini berkata,
"Wahai orang yang benar keimanannya terhadap Allah dan
Rasul-Nya, 'Peliharalah diri kalian,' Hendaklah satu sama lain saling
mengajarkan sesuatu yang membuat kalian dapat berlindung dan terhindar dari
neraka, yaitu apabila mereka beramal dalam ketaatan kepada Allah. Sedangkan
firman-Nya 'Dan (lindungi) keluarga kalian dari neraka.' Maksudnya adalah
ajarkan keluarga kalian amal ketaatan kepada Allah yang dapat melindungi mereka
dari api neraka.
(Tafsir Ath-Thabari, 28/165)
Al-Qurthubi berkata,
"Muqatil berkata, ini merupakan hak yang menjadi
kewajiban terhadap dirinya, anaknya, keluarganya dan budaknya. Ilkia berkata,
'Kita wajib mengajakan agama dan kebaikan terhadap anak-anak kita, atau adab
apa saja yang tidak dapat mereka tinggalkan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وأْمُر
أهلك بالصلاة واصطبر عليها (سورة طه: 132)
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS. Thaha: 132)
Atau juga sebagaimana firman Allah Ta'ala kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam,
وأنذر
عشيرتك الأقربين (سورة الشعراء: 214)
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat," (QS. Asy-Syuara: 214)
Juga terdapat dalam hadits
مروهم
بالصلاة وهم أبناء سبع
"Perintahkan mereka (anak-anak kalian) untuk
melaksanakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun."
(Tafsir Al-Qurthubi, 18/196)
Seorang muslim, siapapun dia, adalah orang yang mengajak
kepada jalan Allah Ta'ala, maka jadikanlah orang yang pertama mendapatkan
dakwahnya adalah anak-anak dan keluarganya, kemudian orang-orang berikutnya.
Allah Ta'ala, saat menugaskan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk
berdakwah, Dia berfirman kepadanya, "Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat," (QS. Asy-Syuara: 214), karena mereka
adalah orang yang paling berhak mendapatkan kebaikan dan kasih sayangnya.
وجعل
الرسول صلى الله عليه وسلم مسؤولية رعاية الأولاد على الوالدين وطالبهم بذلك
:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menjadikan
perawatan anak sebagai tanggung jawab orang tua dan menuntut mereka untuk itu.
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
" كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته الإمام راع ومسئول
عن رعيته والرجل راع في أهله وهو مسئول عن رعيته والمرأة راعية في بيت زوجها
ومسئولة عن رعيتها والخادم راع في مال سيده ومسئول عن رعيته قال وحسبت أن قد قال
والرجل راع في مال أبيه ومسئول عن رعيته وكلكم راع ومسئول عن رعيته " . رواه
البخاري ( 853 ) ومسلم ( 1829 )
"Semua kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya
tentang orang-orang yang kalian pimpin. Kepala negara adalah pemimpin, dan akan
ditanya tentang kepemimpinannya, seorang bapak pemimpin dalam keluarganya, dan
dia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang ibu pemimpin di rumah
suaminya. Pembantu pemimpin terhadap harta masjiannya dan akan ditanya akan
kepemipinannya. Dan saya mengira telah mengatakan, seseorang peminpin terhadap
harta ayahnya dan akan ditanya terhadap kepemimpinannya. Masing-masing kalian
adalah pemimpin dan akan ditanya terhadap kepemimpinannya" (HR. Bukhari,
no. 853, Muslim, 1829)
Di antara kewajiban anda menumbuhkan sejak dini kecintaan
terhadap Allah dan Rasul-Nya serta mencintai ajaran Islam. Hendaknya anda
kabarkan bahwa Allah memiliki neraka dan surga. Neraka Allah sangat panas,
bahan bakarnya dari manusia dan batu.
Berikut ini sebuah kisah yang memiliki pelajaran;
Ibnu Al-Jauzi berkata,
"Ada seorang raja yang memiliki banyak harta. Dia
memiliki anak tunggal wanita, tidak ada lagi anak selainnya, karenanya dia
sangat mencintainya dan sangat memanjakannya dengan berbagai mainan. Hal
tersebut berlangsung sekian lama. Suatu saat ada seorang ahli ibadah yang
bermalam di rumah sang raja. Maka di malam hari dia membaca Al-Quran dengan
suara keras, dia membaca, "Wahai orang beriman, peliharalah diri kalian
dan keluarga kalian dari neraka, bahan bakarnya dari manusia dan batu."
Sang puteri mendengar bacaannya, lalu dia berkata kepada para pembantunya,
'Hentikan dia.' Tapi para pembantunya tidak menghentikannya sehingga orang
tersebut terus mengulang-ulang bacanya. Maka dia masukkan tangannya ke bajunya
dan merobeknya. Lalu para pembantunya melaporkan kejadian tersebut kepada sang
bapak. Maka sang bapak menemuinya seraya berkata dan memeluknya, "Apa yang
engkau alami malam ini anakku sayang." Sang anak berkata, "Aku
bertanya kepadamu demi Allah wahai ayah, apakah Allah Azza wa Jalla memiliki
neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu?" Dia berkata, "Ya,"
Maka sang anak berkata, "Apa yang menghalangimu untuk memberitahu aku hal
ini. Demi Allah, aku tidak akan memakan makanan lezat dan tidur di tempat yang
empuk sebelum aku mengetahui dimana tempatku, di surga atau neraka."
(Shofwatu Ash-Shafwah, 4/437-438)
Selayaknya anda menjauhkan mereka dari tempat-tempat
keburukan dan kelalaian. Jangan biarkan mereka dididik dengan cara yang buruk,
baik melalui televisi atau selainnya dan kemudian anda mengharapkan kesalehannya.
Orang yang menanam duri tidak akan memanen anggur. Hendaknya pendidikan
tersebut telah ditanam sejak kecil agar mudah baginya ketika dia sudah besar
untuk memerintah dan melarangnya, dan mudah baginya untuk mentaati anda.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhuma, dia
berkata, Rasulullah shallallah alaihi wa sallam bersabda, "Perintahkan
anak kalian untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan
pukullah mereka apabila berusia sepuluh tahun, lalu pisahkan ranjang di antara mereka."
(HR. Abu Daud, no. 495, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no.
5868)
Akan tetapi hendaknya bagi pendidik untuk bersikap lembut
dan santun, memudahkan dan akrab, tidak berkata kasar, berlaku keras dan
mendiskusikan dengan cara yang baik. Hindari celaan dan caci maki hingga
pukulan. Kecuali jika sang anak durhaka dan menganggap remeh perintah bapaknya,
meninggalkan perkara yang diwajibkan dan melakukan perkara yang diharamkan.
Ketika itu diutamakan bersikap namun tidak sampai menimbulkan bahaya.
Al-Manawi berkata,
"Seseorang yang mendidik anaknya ketika dia berusia
balig dan telah berakal dengan pendidikan yang dapat mengantarkannya pada
akhlak orang-orang saleh dan melindunginya agar tidak bergaul dengan
orang-orang rusak, kemudian mengajarkannya Al-Quran, adab, bahasa Arab,
kemudian dia memperdengarkan sang anak kisah-kisah dan ucapan para salaf, lalu
mengajarkannya ajaran agama yang tidak boleh ditinggalkan, kemudian dia
mengancam memukulnya apabila sang anak tidak shalat, semua itu lebih baik
baginya daripada dia bersadaqah satu sha'. Karena jika dia mendidiknya, maka
perbuatannya termasuk shadaqah jariyah, sementara sadaqah satu sha', pahalanya
akan terputus. Sementara yang pertama tetap terus mengalir selama sang anak
masih ada. Dan adab adalah makanan jiwa dan pendidikannya untuk akhirat kelak ‘Jagalah diri kamu semua dan
keluargamu dari api neraka.’
SQ. At-Tahrim: 6.
Penjagaan anda dan anak anda diantaranya dengan menashati
dan mengingatkan api neraka. Meluruskan adabnya dengan berbagai macam
pendidikan. Diantara adanya adalah memberi nasehat, hukuman, ancaman, pukulan,
menyendirikan, memberikan pemberian, hadian dan kebaikan. Sehingga pendidikan
jiwa agar menjadi (jiwa) yang bersih dan mulia bukan mendidik jiwa yang tidak
disuka lagi tercela. ‘Faidul
Qadir, 5/257.’
Pukulan hanyalah sarana agar anak istiqamah, dia bukan
merupakan tujuan, akan tetapi hanya digunakan jika sang anak terus menerus
membandel dan menentangnya.
Syariat telah menetapkan peraturan sanksi dalam Islam, dan
hal itu banyak dalam Islam, seperti hukum zina, mencuri, menuduh berzina (tanpa
bukti) dan sebagainya. Semuanya itu disyariatkan agar manusia istiqamah dan
menghindari perbuatan buruk.
Dalam hal inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
berpesan untuk mengajarkan seorang bapak agar anak menurutinya.
Dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
" علقوا السوط حيث يراه أهل البيت ، فإنه أدب لهم
" . رواه الطبراني ( 10 / 248 ) . والحديث : حسّن إسنادَه الهيثمي في "
مجمع الزوائد " ( 8 / 106 ) .
"Gantungkan pecut di tempat yang dapat dilihat
keluarga, karena itu merupakan pendidik bagi mereka." (HR. Thabrani,
10/248)
Hadits ini dinyatakan hasan oleh Al-Haitsami dalam Majma
Zawaid (8/106) Al-Albany menyatakan dalam shahih Al-Jami, no. 4022, hadits ini
hasan.
Pendidikan anak hendaknya berimbang antara anjuran dan
peringatan. Yang lebih penting dari itu semua adalah memperbaiki lingkungan
tempat anak tinggal dengan mewujudkan sebab-sebab hidayah bagi mereka, yaitu
dengan komitmennya pendidik dan pengasuh mereka yang tak lain adalah kedua
orang tua mereka.
Diantara metoda sukses para pendidik dalam mendidik anaknya
adalah dengan mempergunakan alat rekaman untuk mendengarkan nasehat, kaset
Al-Qur’an, khutbah,
pelajaran para ulama’
dimana hal banyak sekali.
Adapun buku-buku yang anda tanyakan untuk dijadikan
referensi dalam mendidik anak, maka kami rekomendasikan beberapa buku berikut;
1-
Tarbiyatul Athfal Fi Rihabil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam), karangan
Muhammad Nashir dan Khaulah Abdul Qadir Darwisy.
2-
Kaifa Yurabbi Al-Muslim Waladahu (Bagaimana Seorang Muslim Mendidik Anaknya),
karangan Muhammad Said Al-Maulawi)
3-
Tabiyaul Abna Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam), karangan Muhamad Jamil
Zainu.
4-
Kaifa Nurabbi Athfaalana (Bagaimana Kita Mendidik Anak-anak Kita), karangan
Mahmud Mahdi Al-Istambuli.
Wallahua'lam.
From <https://islamqa.info/id/10016>