Adapun secara istilah, menurut urf ulama fiqh berarti :
الجِهاد: مُحارَبة الكُفار، وهو المُبَالَغة واسْتِفْراغ ما في الوُسْع والطَّاقة من قول أو فعْل.
"Al-Jihad
adalah memerangi orang-orang kafir, yaitu berusaha dengan
sungguh-sungguh mencurahkan kekuatan dan kemampuan; baik beruapa
perkataan maupun perbuatan” [An-Nihaayah fii Gharibil-Hadits oleh Ibnul-Atsir 1/261; Maktabah Al-Misykah] atau :
بذل الجهد في قتال الكفار والبغاة، وقطَّاع الطريق
“Mengerahkan usaha dan kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir, orang-orang lalim, dan para perampok jalanan” [Taisirul-‘Allam Syarh ‘Umdatil-Ahkam oleh Abdullah Aali Bassam hal. 562, Daar Ibni Haitsam].
Ini adalah jihad dengan makna khusus. Adapun definisi istilah secara umum, Al-Haafidh Ibnu Hajar Al-'Asqalaaniy rahimahullah berkata :
بذل
الجهد في قتال الكفار ويطلق أيضا على مجاهدة النفس والشيطان والفساق فأما
مجاهدة النفس فعلى تعلم أمور الدين ثم على العمل بها ثم على تعليمها وأما
مجاهدة الشيطان فعلى دفع ما يأتي به من الشبهات وما يزينه من الشهوات وأما
مجاهدة الكفار فتقع باليد والمال واللسان والقلب وأما مجاهدة الفساق
فباليد ثم اللسان ثم القلب
"(Jihad menurut istilah syar’iy adalah)
mencurahkan seluruh kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir.
Istilah jihad juga dimutlakkan untuk melawan hawa nafsu, syaithan, dan
orang-orang fasiq. Adapun jihad melawan hawa nafsu, maka hal itu
ditempu melalui belajar perkara-perkara agama dan kemudian
mengamalkannya dan mengajarkannya. Adapun jihad melawan syaithan adalah
dengan menolak segala bentuk syubuhaat dan syahwat yang selalu dihiasi
oleh syaithan. Adapun jihad melawan kuffarmaka
hal itu dilakukan dengan tangan, harta, lisan, dan hati. Adapun jihad
melawan orang-orang fasiq adalah dengan tangan, lisan, dan hati“ [Fathul-Bari oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani 6/1; Maktabah Sahab].
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
لأن
الجهاد حقيقته الاجتهاد في حصول ما يحبه اللّه من الإيمان، والعمل الصالح،
ومن دفع ما يبغضه اللّه من الكفر والفسوق والعصيان...... والجهاد، هو بذل
الوسع، وهو القدرة في حصول محبوب الحق، ودفع ما يكرهه الحق
"Bahwa
pada hakekatnya jihad adalah mencapai (meraih) apa yang dicintai oleh
Allah berupa iman dan amal shalih, dan menolak apa yang dibenci oleh
Allah berupa kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan...... Jihad adalah
mencurahkan segenap kemampuan untuk mencapai apa yang dicintai Allah
ta’ala dan menolak semua yang dibenci“ [Majmu’ Al-Fataawaa oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah 10/59; Maktabah Al-Misykah].
Apa yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dan Ibnu Taimiyyah rahimahumallah di
atas adalah adalah pengertian/definisi jihad secara umum dalam tinjauan
syari’at. Hal itu meliputi semua amal ibadah termasuk berdakwah,
amar ma’ruf, dan nahi munkar.
Ali Al-Jurjani rahimahullah berkata : "Jihad adalah menyeru manusia kepada agama yang haq“ [lihat : At-Ta’rifaat oleh 'Ali Al-Jurjani 1/107].
Jihad dalam kaca mata syari’at ada beberapa macam. Di antaranya adalah sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul-Qayyim :
وإنما
جعل طلب العلم من سبيل الله لان به قوام الاسلام كما ان قوامه بالجهاد
فقوام الدين بالعلم والجهاد ولهذا كان الجهاد نوعين جهاد باليد والسنان
وهذا المشارك فيه كثير والثاني الجهاد بالحجة والبيان وهذا جهاد الخاصة من
اتباع الرسل وهو جهاد الائمة وهو افضل الجهادين لعظم منفعته وشدة مؤنته
وكثرة اعدائه قال تعالى في سورة الفرقان وهي مكية ولو شئنا لبعثنا في كل
قرية نذيرا فلاتطع الكافرين وجاهدهم به جهادا كبيرا فهذا جهاد لهم بالقرآن
وهو أكبر الجهادين وهو جهاد المنافقين ايضا فإن المنافقين لم يكونوا
يقاتلون المسلمين بل كانوامعهم في الظاهر وربما كانوا يقاتلون عدوهم معهم
ومع هذا فقد قال تعالى يا أيها النبي جاهد الكفار والمنافقين واغلظ عليهم
ومعلوم ان جهاد المنافقين بالحجة والقرآن والمقصود ان سبيل الله هي الجهاد
وطلب العلم ودعوة الخلق به الى الله ولهذا قال معاذ رضى الله عنه عليكم
بطلب العلم فإن تعلمه لله خشية ومدارسته عبادة ومذاكرته تسبيح والبحث عنه
جهاد
"Thalabul-'ilmi (menuntut
ilmu syar’i) dinyatakan juga termasuk fii sabiilillah tidak lain
karena dengannya akan tegak Dienul-Islam, sebagaimana juga
Dieunul-Islam akan tegak dengan jihad (perang/qitaal). Jadi Islam itu
tegak dengan ilmu dan jihad/perang. Karena, jihad itu ada dua macam :
1. Jihad dengan tangan dan senjata. Jihad ini semua orang bisa ikut andil di dalamnya.
2. Jihad
dengan hujjah dan bayan (ilmu). Jihad jenis ini merupakan jihadnya
orang-orang khusus dari kalangan para pengikut Rasul. Ini merupakan
jihadnya para imam (ulama). Dan jihad kedua lebih utama daripada jihad
yang pertama. (Hal itu disebabkan) karena sedemikian besar manfaatnya,
sangat besar resikonya, dan sangat banyak musuh-musuh yang dihadapinya.
Allah berfirman di dalam surat Al-Furqan – dimana ia merupakan
surat Makiyyah - : "Dan andaikata Kami menghendaki
benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi
peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir,
dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang
besar” [QS. Al-Furqaan : 51-52].
Inilah
jihad terhadap orang-orang kafir dengan Al-Qur’an. Jihad ini
merupakan jihad terbesar di antara dua jenis jihad di atas. Dan
termasuk di dalamnya juga jihad terhadap orang-orang munafiq.
Sesungguhnya ketika itu kaum munafiqin tidak memerangi kaum muslimin
(dengan senjata). Bahkan mereka bergabung dalam barisan kaum muslimin,
dan terkadang berperang melawan musuh-musuh Islam. Namun demikian Allah
perintahkan kepada Nabi-Nya : "Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka” [QS.
At-Taubah : 73]. Dan sudah menjadi maklum (pengetahuan) bahwa jihad
melawan kaum munafiq dengan hujjah dan Al-Qur’an.
Jadi, maksud sabilullah itu
mencakup jihad (perang), menuntut ilmu, serta berdakwah dengan ilmu
tersebut. Oleh karena itu Mu’adz bin Jabal berkata : "Wajib atas kalian untuk menuntut ilmu, sesungguhnya mempelajari ilmu (dengan ikhlash) karena Allah merupakan kasyyah[1], mengkajinya merupakan ibadah, mengingatnya merupakan tasbih, dan membahasnya merupakan jihad“ [selesai perkataan Ibnul-Qayyim - Miftah Daaris-Sa’adah 1/131-132; Maktabah Al-Misykah].[2]
Dan itu sangat sesuai dengan sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam :
جاهدوا المشركين بأموالكم وأنفسكم وألسنتكم
"Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan kalian“ [HR. Ahmad 3/124 no. 12268, An-Nasa’i dalam Al-Mujtabaa no. 3096, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 2427; shahih].
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ
"Seorang mukmin selalu berjihad dengan pedang dan lisannya“ [HR. Ahmad no. 15823, Ath-Thabarani dalam Mu’jamul-Kabir no. 15500, dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Ad-Dimasyq ; shahih]
Hadits
di atas secara jelas menjelaskan bahwa jihad bisa dengan jiwa (yaitu
berperang dan berhadapan dengan orang kafir), dengan harta (yaitu
menginfakkan harta di jalan Allah baik dalam rangka pembiayaan perang
atau hal-hal lain dalam amal kebaikan Islam untuk mendukung perjuangan
Islam), atau dengan lisan (yaitu dengan menegakkan hujjah dan
penjelasan kepada orang-orang kafir dan yang lainnya).
Bahkan haji termasuk jihad bagi kaum wanita :
هَلُمَّ إِلَى جِهَادٍ لا شَوْكَةَ فِيهِ ، الْحَجُّ
"Bersegeralah menuju jihad tanpa ada kesulitan di dalamnya, yaitu haji“ [HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir no. 2841; shahih].
Imam Al-Qurthubi mengutip perkataan Abu Sulaiman Ad-Daaraani rahimahumallahmengenai penjelasan syar’iy tentang jihad :
ليس
الجهاد في الآية قتال الكفار فقط بل هو نصر الدين والرد على المبطلين؛
وقمع الظالمين؛ وعظمه الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ومنه مجاهدة النفوس
في طاعة الله وهو الجهاد الأكبر
"Yang
dimaksud jihad dalam ayat (yaitu QS. Al-Ankabut : 69) ini bukan hanya
perang melawan orang-orang kafir saja, namun jihad di sini meliputi
pembelaan terhadap agama, membantah para pembawa kebathilan,
menghentikan kedhaliman, dan puncaknya amar ma’ruf nahi munkar.
Termasuk juga kesungguhan dalam ketaatan kepada Allah. Inilah jihad
yang terbesar“ [selesai].[3]
Dan
orang-orang yang menyibukkan diri menuntut ilmu (untuk beramal) secara
ikhlash karena Allah dalam rangka menghilangkan kebodohan pada dirinya
termasuk jihad. Abud-Darda’ radliyallaahu 'anhu berkata :
من رأى الغدو والرواح إلى العلم ليس بجهاد فقد نقص عقله
"Barangsiapa
yang menyatakan bahwa pergi bolak-balik mencari ilmu bukan merupakan
jihad, maka sungguh akal dan pikirannya telah berkurang“
[Diriwayatkan dengan sanadnya oleh Al-Hafidh Ibnu ‘Abdil-Barr
dalam Jaami’ Bayanil-‘Ilmi wa Fadhlihi hal. 21 Bab : Tafdlilul-‘Ulama’ ‘alasy-Syuhadaa’].
Kesimpulan : Jihad dalam definisi syar’iy (secara istilah) tidak hanya terbatas pada makna perang (qitaal) saja. Wallaahu a’lam.
Aboel-Joezaa' of Rain City 1429
Jihad fii sabiilillah itu menghadapi 4 macam :
a. Jihad melawan hawa nafsu.
Jihad
melawan hawa nafsu merupakan asas semua jihad, sedangkan jihad melawan
musuh merupakan cabang dari jihad melawan hawa nafsu. Sebelum seseorang
mampu berjihad melawan musuh, ia terlebih dahulu harus menundukkan hawa
nafsunya dan itu dapat dicapai melalui 4 hal :
§ Menundukkan hawa nafsunya dengan mempelajari petunjuk dan sunnah Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam.
§ Menundukkan
hawa nafsunya dengan mengamalkan semua apa yang dia ilmui, secara
ikhlash karena Allah ta’ala dan itiiba’ kepada sunnah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
§ Menundukkan hawa nafsunya dengan berusaha mendakwahkan apa yang telah diilmui dan diamalkannya.
§ Menundukkan
hawa nafsunya dengan bersabar atas rintangan dan hambatan yang ia
jumpai ketika mempelajari ilmu agama ini, mengamalkannya dan
mendakwahkannya.
b. Jihad melawan syaithan.
Syaithan
merupakan musuh yang harus ditundukkan terlebih dahulu sebelum melawan
musuh berjenis manusia. Dalam melancarkan serangannya terhadap manusia,
syaithan menggunakan dua senjata yaitu syubhat dan syahwat. Dua hal ini
hanya dapat ditangkal dengan ilmu dan sabar.
c. Jihad melawan orang-orang kafir.
Jihad
melawan orang-orang kafir akan dapat terlaksana dengan baik apabila
syaithan dan hawa nafsu mampu untuk ditundukkan. Jihad melawan orang
kafir dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun selain itu, juga
dapat dilakukan melalui hujjah dan bayan tentang kebenaran
syari’at Islam ini.
d. Jihad melawan kaum munafiqin
Jihad melawan kaum munafiqin dilakukan melalui hujjah dan bayan.
Dalam
menjelaskan macam-macam jihad tersebut, Ibnul-Qayyim membawakan
sejumlah dalil dan rincian yang sangat bagus [lihat selengkapnya dalam
kitab Zaadul-Ma’ad 3/5-12].
[3] Lihat Tafsir Al-Qurthubi (Al-Jaami’ li-Ahkaamil-Qur’an) 13/364-365; Tafsir QS. Al-Ankabut : 69. Imam Al-Qurthubi juga menukil perkataan Ibnu ‘Athiyyah rahimahumallah :
فهي قبل الجهاد العرفي وإنما هو جهاد عام في دين الله وطلب مرضاته
“Hal itu sebelum (pensyari’atan) jihad ‘urfy (perang/
qitaal ). Jihad tersebut merupakan jihad secara umum dalam membela
agama Allah dan mencari keridlaan-Nya” [selesai].
Perkataan innamaa huwa jihaadun ‘aammun (“jihad tersebut merupakan jihad secara umum”) bukanlah dimaksudkan jihad dari tinjauan bahasa (lughawy) tanpa makna syar’i. Bahkan ia merupakan jihad syar’i dalam pengertian umum. Adapun perang (qitaal) merupakan jihad dalam makna khusus yang merupakan cabang dari jihad yang dijelaskan oleh Abu Sulaiman Ad-Daarani.
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2008/05/apakah-jihas-selalu-bermakna-perang.html
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2008/05/apakah-jihas-selalu-bermakna-perang.html