Ketahuilah, Syi’ah adalah agama di luar Islam. Perbedaan antara kita kaum muslimin dengan Syi’ah sebagaimana berbedanya dua agama dari awal sampai akhir yang tidak mungkin disatukan kecuali salah satunya meninggalkan agamanya.
Inilah sebagian dari aqidah syi’ah yang tidak seorangpun muslim meyakini salah satunya melainkan dia telah keluar dari Islam.
Pertama: Mereka mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak mengetahui bagian tertentu (juziyyat) sebelum terjadi. Dan mereka sifatkan Allah ‘azza wa jalla dengan al bada‘, yakni Allah jalla wa ‘alaa baru mengetahui setelah terjadi sesuatu.
Maha Suci Allah! Alangkah besarnya kezhaliman dan kekufuran Syi’ah! Aqidah Syi’ah di atas membantah seluruh isi Al Qur’an dari awal sampai akhir diantaranya firman Allah Jalla Dzikruhu:
وَإِن تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى
“Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Ia (Allah) mengetahui rahasia dan lebih tersembunyi”.(Qs. Thaha: 7)
Kedua: Tahriful Qur’an (perubahan Al Qur’an).Yakni mereka (mempercayai) telah terjadi perubahan besar-besaran di dalam Al Qur’an. Ayat-ayat dan surat-suratnya telah dikurangi atau ditambah oleh para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di bawah pimpinan tiga khalifah yang merampas hak ahlul bait, yaitu Abu Bakar, Umar dan Ustman.
Mereka mengatakan bahwa Al Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin dari zaman sahabat sampai sekarang tidak asli lagi. Kecuali Al Qur’an mereka yang tiga kali lebih besar dari Kitabullah yang mereka namakan Mushaf Fatimah yang akan dibawa oleh Imam Mahdi khurafat dan khayalan mereka yang tidak pernah ada wujudnya. Itulah aqidah Syi’ah mengenai Al Qur’an!
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:
اِنَّا نَحنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَٰفِظُونَ
“Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami lah yang benar-benar memelihara/menjaganya.” (Qs. Al Hijr: 9).
لَّا يَأْتِيْهِ الْبٰطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَامِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيْلٌ مِّنْ حَكِيْمٍ حَمِدٍ
“(Al Qur’an) yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan (Allah) yang Maha Bijaksana (lagi) Maha Terpuji.” (Qs. Fuhshilat: 42)
Alangkah besarnya dusta dan penghinaan mereka terhadap Al Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan bahwa Al Qur’an di dalam pemeliharaan-Nya dan tidak akan kemasukan satu pun yang batil dari segala jurusan. Akan tetapi mereka mengatakan Al Qur’an telah dirubah oleh tangan-tangaan manusia, yaitu para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Ketiga: Satu di antara aqidah Syi’ah yang terpenting dan menjadi asas bagi mereka ialah mengadakan penyembahan terhadap manusia. Mereka bersikap ghuluw (berlebihan) terhadap imam-imam mereka sehingga mereka tinggikan sampai derajat uluhiyyah (ketuhanan). Untuk itu, mereka telah berbohong atas nama seorang sahabat besar ahlul jannah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bersama istrinya (Fathimah putri Nabi shallallhu ‘alaihi wasallam) dan kedua anaknya (Hasan dan Husain radhiyallahu ‘anhuma) dan seluruh ahlul bait.
Lihatlah kepada sebagian perkataan ulama mereka tentang Ali bin Abi Thalib yang kata mereka -secara dusta- telah mengatakan:
وَاللهِ لَقَدْ كُنْتُ مَعَ إِبْرَاهِيْمَ فِي النَّارِ وَاَنَاالَّذِى جَعَلْتُهَا بَرْدًا وَسَلَامًاوَكُنْتُ مَعَ نُوْحٍ فِي السَّفِيْنَةِ وَأَنْجَيْتُهُ مِنَ الْغَرَقِ وَكُنْتُ مَعَ مُوْسَى فَعَلَّمْتُهُ التَّوْرَاةَ وَاَنْطَقْتُ عِيْسَى فِي الْمَهْدِ وَعَلَّمْتُهُ الْإِنْجِيْلَ وَكُنْتُ مَعَ يُوْسُفَ فِي الْجُبِّ فَأَنْجِيْتُهُ مِنْ كَيْدِ إِخْوَتِهِ وَكُنْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ عَلَى الْبِسَاطِ وَسَخَّرْتُ لَهُ الرِّيَاحَ
“Demi Allah! Sesungguhnya akulah yang bersama Ibrahim di dalam api, dan akulah yang menjadikan api itu dingin dan selamatlah (Ibrahim). Dan aku bersama Nuh di dalam bahtera (kapal), dan akulah yang menyelamatkannya dari tenggelam. Dan aku bersama Musa, lalu aku ajarkan Taurat. Dan akulah yang membuat Isa dapat berbicara di waktu masih bayi, dan akulah yang mengajarkan Injil. Dan aku bersama Yusuf di dalam sumur, lalu aku selamatkan ia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani (terbang), dan akulah yang menundukkan angin untuknya.” (Dinukil dari kitab Syi’ah wa Tahriful Qur’an oleh Syaikh Muhammad Malullah hal. 17 nukilan dari kitab Al Anwaarun Nu’maaniyyah [1/31] salah satu kitab terpenting agama Syi’ah).
Dalam kitabnya agama Syi’ah, Al Hukumatul Islamiyyah hal.52, Khumaini, pemimpin besar agama syi’ah mengatakan:
وَاِنَّ مِنْ ضَرُوْرِيَّاتِ مَذْ هَبِنَا أَنَّ لِأَ ىِٔمَّتِنَا مَقَا مًا لَايَبْلُغُهُ مَلَكٌ مُقَرَّبٌ وَلَا نَبِيٌّ مُرْسَلٌ
“Dan sesungguhnya yang pasti dari madzab kami, sesungguhnya imam-imam kami itu mempunyai kedudukan (maqam) yang tidak bisa dicapai oleh satupun malaikat yang muqarrab/dekat dan tidak oleh seorang pun nabi yang pernah di utus.”
Maksudnya: Imam-imam mereka itu jauh lebih tinggi dari para malaikat dan para nabi semuanya (termasuk di dalamnya Jibril ‘alaihis salaam dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang berpegang pada keseluruhan lafazh yang diucapkan oleh Khumaini).
Mereka meriwayatkan secara dusta atas nama Ali rahdiyallahu ‘anhu:
وَأَنَاالَّذِيْ أُحْيِ وَأُمِيْتُ
“Dan akulah yang menghidupkan dan mematikan.” (Baca: Syi’ah wa Tahriful Qur’an hal. 17)
Lihatlah! Mereka telah berdusta atas nama Ali dan ahlul bait dengan satu kebohongan yang belum pernah diucapkan oleh firqah-firqah sesat yang mengatasnamakan Islam padahal bukan Islam!
Lihatlah! Bagaimana mereka samakan Ali dengan Namrudz dan Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan yang menghidupkan dan mematikan!
Keempat: Diantara keyakinan Syi’ah yang terpenting dan menjadi salah satu asas agama mereka ialah aqidah raj’ah. Yaitu hidup kembali di dunia ini sesudah mati atau kebangkitan orang-orang yang telah mati di dunia. Terjadinya, ketika Imam Mahdi mereka (Imam ke 12)-mahdi khayalan dan khurafat -bangkit dan bangun dari tidurnya yang demikian lama, lebih dari seribu tahun (karena selama ini ia bersembunyi di dalam goa), maka dihidupkanlah kembali seluruh imam-imam mereka dari yang pertama sampai yang terakhir tanpa terkecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan putri beliau Fatimah. Kemudian dihidupkan kembali musuh-musuh Syi’ah yang terdepan Abu Bakar, Umar dan Utsman dan seluruh sahabat dan seterusnya. Mereka semua akan diadili, kemudian disiksa di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena telah menzhalimi ahlul bait, merampas hak imamah dan seterusnya.
Aqidah raj’ah ini terang-terangan telah mendustakan isi Al Qur’an yang menegaskan bahwa orang yang telah mati akan hidup di alam barzakh (alam kubur) dan tidak akan hidup lagi di dunia sampai mereka dibangkitkan nanti pada hari kiamat, Allah Ta’ala berfirman:
وَمِن وَرَآ ىِٕهِم بَرْ زَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Dan dihadapan mereka (orang yang telah mati) ada Barzakh sampai hari mereka dibangkitkan (yakni pada hati kiamat)”. (Qs. Al Mu’minuun:100)
Kelima: Mengkafirkan para sahabat radhiyalahu ‘anhum kecuali beberapa orang. Dan yang sedikit inipun mereka tikam dan sembelih dengan kebohongan-kebohongan besar yang sukar dicari tandingannya kecuali iblis. Yang pada hakekatnya mereka pun telah mengkafirkan Ali dan ahlul bait dengan cara yang berbeda ketika mereka mengkafirkan seluruh sahabat.
Manakah yang lebih mereka kafirkan? Sahabatkah yang kata mereka telah menzhalimi ahlul bait ataukah Ali yang menurut mereka telah mengatakan bahwa dirinyalah yang menghidupkan dan mematikan?
فَبُهِتَ الَّذِى كَفَرَ
“Maka terdiamlah (tidak bisa menjawab) orang kafir itu”. (Qs. Al Baqarah: 258).
Ketahuilah! Inilah kaidah kaum zindiq, yaitu: Merendahkan sebagian kemudian meninggikan sebagian yang lain dalam waktu yang bersamaan. Mereka rendahkan para sahabat dengan caci maki dan laknat dalam melawan firman Allah yang banyak memuji para sahabat diantaranya keridhaan Allah terhadap mereke radiyallahu ‘anhum. Dan dalam waktu yang bersamaan mereka kafirkan juga Ali dan ahlul bait dengan cara meninggikan mereka sampai derajat tuhan! Itulah cara-cara kaum zindiq.
Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah bahwa Syi’ah itu buatan zindiq munafiq yang pada masa Ali bin Abi Thalib hidup, beliau telah membakar sebagian dari mereka dan sebagian lagi melarikan diri dari pedang beliau. (Minhajus Sunnah 1/3)
Keenam: Taqiyyah. Yaitu zhahirnya (baik perbuatan atau perkataan) menyalahi apa yang tersembunyi dihati (batin) mereka.
Inilah dusta dan nifaq! Yang dengan taqiyyah ini ditegakkanlah agama Syi’ah yang dibina atas dasar kebohongan di atas kebohongan. Taqiyyah adalah sifat dan syi’arnya Syi’ah. Mereka mengatakan taqiyyah adalah agama kita. Mereka amalkan taqiyyah dalam segala hal, sehingga setan-setan mereka di negeri kita ini yang jelas-jelas rafidhah dengan tidak punya rasa malu sedikitpun juga mengatakan kepada kita, ”Kami Ahlus Sunnah!?” Alangkah serupanya malam yang kemarin dengan amalan ini:
وَ إِذَا لَقُوْ الَّذِينَ ٕ َا مَنُواْ قَا لُوٓا ٕ َا مَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَٰطِينِهِم قَا لُوآ إِنَّا مَعَكُمْ إِنّمَانَحْنُ مُسْتَهْزِ ٕ ُونَ
“Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, ”Kami beriman!” Dan apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka berkata, ”Sesungguhnya kami (tetap) bersama kamu, sesungguhnya kami hanya mengolok-olok (orang-orang yang beriman).”(Qs. Al Baqarah: 14)
—
Disalin dari buku Al Masaa-il ,karya Abdul Hakim Amir Abdat, Penerbit Darus Sunnah, Jakarta Timur