Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Tuntunlah orang mati kalian agar membaca (kalimat) LAA ILAAHA ILLALLAH.” (HR. Muslim no. 916)
Maksud orang mati di sini adalah orang yang akan mati (dalam keadaan sakratul maut), bukan orang yang sudah mati.
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia) ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’ maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud no. 3116 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6479)
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tiga hari sebelum beliau wafat:
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
“Jangalah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan ia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim no. 2877)
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Tuntunlah orang mati kalian agar membaca (kalimat) LAA ILAAHA ILLALLAH.” (HR. Muslim no. 916)
Maksud orang mati di sini adalah orang yang akan mati (dalam keadaan sakratul maut), bukan orang yang sudah mati.
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia) ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’ maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud no. 3116 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6479)
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tiga hari sebelum beliau wafat:
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
“Jangalah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan ia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim no. 2877)
Penjelasan ringkas:
Sebagaimana setiap muslim memulai kehidupannya (di alam ruh) dengan persaksian terhadap tauhid kepada Allah, seorang yang kafir memulai kehidupannya yang hakiki di dunia dengan masuk Islam juga mengucapkan kalimat tauhid, maka sudah seharusnya mereka semua mengakhiri hidup mereka di dunia ini juga dengan mengucapkan kalimat tauhid. Karenanya disyariatkan orang yang sakit parah atau merasa sudah berada dalam sakratul maut untuk banyak-banyak mengucapkan kalimat tauhid ‘LAA ILAHA ILLALLAH’. Adapun bagi mereka yang kesulitan mengucapkannya karena beratnya sakit yang dia rasakan, maka disyariatkan bagi saudaranya yang menjenguknya untuk mentalqin (membacakan) kalimat tauhid kepadanya dengan harapan dia bisa mendengarnya dan mengikutinya. Karena termasuk di antara keutamaan kalimat tauhid ini adalah bahwa siapa saja yang menjadikan kalimat ini sebagai ucapan terakhirnya di muka bumi ini maka Allah Ta’ala dengan rahmat-Nya akan memasukkan dia ke dalam surga.
Sebagaimana setiap muslim memulai kehidupannya (di alam ruh) dengan persaksian terhadap tauhid kepada Allah, seorang yang kafir memulai kehidupannya yang hakiki di dunia dengan masuk Islam juga mengucapkan kalimat tauhid, maka sudah seharusnya mereka semua mengakhiri hidup mereka di dunia ini juga dengan mengucapkan kalimat tauhid. Karenanya disyariatkan orang yang sakit parah atau merasa sudah berada dalam sakratul maut untuk banyak-banyak mengucapkan kalimat tauhid ‘LAA ILAHA ILLALLAH’. Adapun bagi mereka yang kesulitan mengucapkannya karena beratnya sakit yang dia rasakan, maka disyariatkan bagi saudaranya yang menjenguknya untuk mentalqin (membacakan) kalimat tauhid kepadanya dengan harapan dia bisa mendengarnya dan mengikutinya. Karena termasuk di antara keutamaan kalimat tauhid ini adalah bahwa siapa saja yang menjadikan kalimat ini sebagai ucapan terakhirnya di muka bumi ini maka Allah Ta’ala dengan rahmat-Nya akan memasukkan dia ke dalam surga.
Ini dari sisi ucapan. Adapun hatinya, maka sudah seharusnya orang yang dalam keadaan sakratul maut untuk berbaik sangka kepada Rabbbnya, karena Allah Ta’ala akan menyikapi seorang hamba sesuai dengan sangkaan hamba tersebut kepada-Nya. Hendaknya dia memperbesar harapannya dan permintaannya kepada Allah, semoga Allah Ta’ala berkenan untuk mewujudkan semya harapan dan permintaannya.