Islam Pedoman Hidup: Larangan Memuji Seseorang di Hadapannya

Kamis, 17 Maret 2016

Larangan Memuji Seseorang di Hadapannya

stop-1077973_640
Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallāhu ‘anhu, dia berkata, “Nabi Shallallaahu ’alaihi wa Sallampernah mendengar seorang lelaki sedang menyanjung lelaki lainnya dan melampaui batas dalam memujinya, lalu beliau bersabda,
أَهْلَكْتُمْ  أَوْ قَطَعْتُمْ ظَهْرَ الرَّجُلِ
“Kalian telah menghancurkan atau mematahkan punggung orang tersebut.”[1]
Dari Abu Bakrah radhiyallāhu ‘anhu, bahwasanya seseorang pernah disebut di depan NabiShallallaahu ‘alaihi wa Sallam, lalu seseorang memuji baik kepadanya, maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
وَيَحْكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ
“Celaka kamu! Kamu telah memotong leher temanmu.”
Beliau mengucapkannya berulang-ulang kali,
إِنْ كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا لَا مُحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ كَذَا وَ كَذَا إِنْ كَانَ يَرَى أَنَّهُ كَذلِكَ وَ اللهُ حَسِيْبُهُ وَلَا يُزَكِّيْ عَلَى اللهِ أَحَدًا
“Jika seorang dari kalian mau tidak mau harus memuji, maka sebaiknya dia berkata, ‘Saya kira begini dan begini.’ Jika terlihat bahwasanya dia demikian, cukuplah Allah yang menghisabnya, dan tidaklah dia mengakui seseorang suci di hadapan Allah’.”[2]
Dari Hamman bin Harits, bahwasanya seorang lelaki pernah memuji Utsman radhiyallāhu ‘anhu, lalu Miqdad menghampiri dan duduk berlutut di atasnya, padahal dia lelaki yang berbadan besar, lalu dia menumpahkan kerikil ke mukanya. Maka Utsman pun berkata kepadanya, “Ada apa denganmu?” Dia menjawab, “Sesungguh-nya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda,
إِذَا رَأَيْتُمْ المَدَّاحِيْنَ فَاحْثَوْا فِيْ وُجُوْهِهِمُ التُّرَابَ
“Jika kalian melihat orang-orang yang suka memuji, maka tumpahkanlah debu ke mukanya.” [3]
Dari Mu’awiyah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam  bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالتَّمَادِحَ فَإِنَّهُ الذَّبْحُ
“Jauhilah olehmu saling memuji, karena itu berarti penyembelihan.”[4]
*****
Catatan Kaki:
[1] HR. Al-Bukhari (8/22), dan Muslim (3001) dalam pembahasan zuhud dan belas kasihan.
[2] HR. Al-Bukhari (8/22), dan Muslim (3001) dalam pembahasan zuhud dan belas kasihan, dan juga diriwayatkan oleh yang lainnya.
[3] Diambil dari Shahih Muslim (3002) dalam pembahasan zuhud dan belas kasih.
[4] HR. Ibnu Majah dan yang lainnya, sebagaimana terdapat dalam ash-Shahihah hadits no. 1284.
Diketik ulang dari buku “Manajemen Lisan Saat Diam Saat Bicara” , Judul Asli: Hasha’id al-Alsunkarya Husain al-Awayisyah