Islam Pedoman Hidup: Apa Yang Di Maksud Dengan 8 Kambing Liar?

Jumat, 29 Juli 2016

Apa Yang Di Maksud Dengan 8 Kambing Liar?

  • editor 
  • 18 Jul 2016
APA YANG DI MAKSUD 8 KAMBING LIAR?
Oleh
Ustadz Anas Burhanuddin MA
Pertanyaan.
Ana mau bertanya tentang hadits ini: Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata, Kami pernah duduk bersama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Bath-ha, lalu Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi ? Kami berkata, Allâh dan Rasul-Nya yang tahu. Beliau bersabda, Jarak keduanya sejauh perjalanan 500 tahun. Jarak antara langit satu dengan yang langit lainnya sejauh 500 perjalanan. Ketebalan setiap langit 500 tahun. Di atas langit yang ke-7 ada laut, jarak antara bawah dan atasnya seperti langit dan bumi. Lalu di atas semua itu ada 8 kambing hutan. jarak antara lutut dan tulang rusuknya seperti jarak antara langit dan bumi. Dan di atas itu semua ada Arsy. (HR.Ahmad dan ini lazafh-nya, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi) Syukran.
Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dimksud 8 kambing hutan itu ? Dan shahih-kah hadits itu
Jawaban.
Semoga Allâh Azza wa Jalla menambah semangat kita dalam mempelajari agama Islam. Hadits yang saudara maksud sepertinya adalah hadits berikut :
عَنْ عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبَطْحَاءِ فَمَرَّتْ سَحَابَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُونَ مَا هَذَا قَالَ قُلْنَا السَّحَابُ قَالَ وَالْمُزْنُ قُلْنَا وَالْمُزْنُ قَالَ وَالْعَنَانُ قَالَ فَسَكَتْنَا فَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ بَيْنَهُمَا مَسِيرَةُ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَمِنْ كُلِّ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَكِثَفُ كُلِّ سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَفَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ بَحْرٌ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أَوْعَالٍ بَيْنَ رُكَبِهِنَّ وَأَظْلَافِهِنَّ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ الْعَرْشُ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَوْقَ ذَلِكَ وَلَيْسَ يَخْفَى عَلَيْهِ مِنْ أَعْمَالِ بَنِي آدَمَ شَيْءٌ
Diriwayatkan dari al-Abbas bin Abdil-Muththalib Radhiyallahu anhu bahwa beliau berkata, “Suatu ketika kami duduk bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di al-Bath-ha`[1]. Maka lewatlah segumpal awan, dan beliau bertanya, ‘Tahukah kalian apa ini?’ Kami menjawab, ‘Awan.’ Beliau berkata, ‘(Awan) disebut juga dengan muzn dan ‘anan.’ Kamipun diam. Lalu beliau bertanya, ‘Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi ?’ Kami menjawab, ‘Allâh Azza wa Jalla dan RasulNya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Jarak antara langit dan bumi seperti jarak perjalanan lima ratus tahun tahun. Jarak antara satu langit ke langit lainnya seperti jarak perjalanan lima ratus tahun tahun.  Ketebalan masing-masing langit seperti jarak perjalanan lima ratus tahun tahun. Di atas langit yang ketujuh ada samudera, dan antara dasar samudera itu dengan permukaannya seperti jarak antara langit dan bumi. Kemudian di atasnya ada delapan kambing liar yang jarak antara lutut dan telapak kakinya seperti jarak antara langit dan bumi.  Dan di atasnya ada ‘Arsy (singgasana)  yangjarak antara dasar dan puncaknya seperti jarak antara langit dan bumi.  Dan Allâh Azza wa Jalla Yang Maha Suci dan Tinggi di atasnya, tidak tersembunyi dari-Nya sesuatupun dari perbuatan anak Adam”.
Yang dimaksud dengan kambing hutan (demikian sebagian penerjemah menyebutnya) dalam hadits di atas adalah kambing liar. Sebagian Ulama menyebutnya kambing gunung. Maksudnya adalah malaikat dalam rupa kambing liar yang membawa singgasana.[2]
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (no. 1.770), Abu Dawud (no. 4.725), at-Tirmidzi (no.3.320) dan yang lain. Para Ulama berbeda pendapat tentang keshahihannya. Hadits ini  dihukumi shahih oleh al-Hâkim rahimahullah (dan disetujui oleh adz-Dzahabi rahimahullah),[3] Ibnu Taimiyyah rahimahullah[4], dan Ibnul Qayyim rahimahullah.[5]  Sebagian Ulama lagi menghukuminya dhaif(lemah). Mereka antara lain al-Bushiri rahimahullah[6], Ibnul Jauzi rahimahullah,[7] al-Albani rahimahullah,[8] dan Syuaib al-Arna`uth.[9] Dan pendapat yang kedua ini lebih kuat wallahu alam- ; karena dalam sanad hadits ini ada rawi yang lemah dan majhul (tidak dikenal), serta ada silsilah riwayat yang munqathi (terputus) antara dua rawi.
Namun sebagian kandungan hadits ini didukung oleh ayat dan hadits yang lain.  Pensyarah Sunan Abu Dawud, al-Azhimabadi mengatakan, Hadits ini menunjukkan bahwa Allâh Azza wa Jalla  di atas Arsy, dan inilah kebenaran yang juga ditunjukkan oleh ayat-ayat al-Qur`ân dan hadits-hadits. Dan ini adalah madzhab as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat, tabiin dan yang lain. Sekte Jahmiyyah mengingkari Arsy dan keberadaan Allâh Azza wa Jalla di atasnya. Mereka meyakini Allâh Azza wa Jalla ada di mana-mana, dan mereka memiliki pendapat yang buruk dan bathil.[10]
Wallahu Alam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XVII/1434H/2013M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


From <http://www.situssunnah.com/?utm_source=feedburner&utm_medium=email&utm_campaign=Feed%3A+KumpulanSitusSunnah+%28Kumpulan+Situs+Sunnah%29#!/articles/apa-yang-di-maksud-dengan-8-kambing-liar