- editor
- 18 Jul 2016
APA YANG DI MAKSUD 8 KAMBING LIAR?
Oleh
Ustadz
Anas Burhanuddin MA
Pertanyaan.
Ana mau bertanya tentang hadits ini: Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu
berkata, “Kami pernah duduk
bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam di Bath-ha, lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi ?’ Kami berkata, ‘Allâh dan Rasul-Nya yang
tahu.’ Beliau bersabda, ‘Jarak keduanya sejauh perjalanan 500 tahun.
Jarak antara langit satu dengan yang langit lainnya sejauh 500 perjalanan.
Ketebalan setiap langit 500 tahun. Di atas langit yang ke-7 ada laut, jarak
antara bawah dan atasnya seperti langit dan bumi. Lalu di atas semua itu ada 8
kambing hutan. jarak antara lutut dan tulang rusuknya seperti jarak antara
langit dan bumi. Dan di atas itu semua ada ‘Arsy. (HR.Ahmad dan ini lazafh-nya, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Syukran.
Yang
menjadi pertanyaan adalah apa yang dimksud 8 kambing hutan itu ? Dan shahih-kah
hadits itu
Jawaban.
Semoga Allâh Azza wa Jalla
menambah semangat kita dalam mempelajari agama Islam. Hadits yang saudara
maksud sepertinya adalah hadits berikut :
عَنْ عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبَطْحَاءِ فَمَرَّتْ
سَحَابَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُونَ
مَا هَذَا قَالَ قُلْنَا السَّحَابُ قَالَ وَالْمُزْنُ قُلْنَا وَالْمُزْنُ قَالَ
وَالْعَنَانُ قَالَ فَسَكَتْنَا فَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ بَيْنَهُمَا
مَسِيرَةُ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَمِنْ كُلِّ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ مَسِيرَةُ
خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَكِثَفُ كُلِّ سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ
وَفَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ بَحْرٌ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ كَمَا
بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أَوْعَالٍ بَيْنَ
رُكَبِهِنَّ وَأَظْلَافِهِنَّ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ فَوْقَ
ذَلِكَ الْعَرْشُ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَوْقَ ذَلِكَ وَلَيْسَ يَخْفَى
عَلَيْهِ مِنْ أَعْمَالِ بَنِي آدَمَ شَيْءٌ
Diriwayatkan dari al-’Abbas
bin ’Abdil-Muththalib Radhiyallahu anhu bahwa beliau
berkata, “Suatu ketika kami duduk bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam di al-Bath-ha`[1]. Maka lewatlah segumpal awan, dan beliau
bertanya, ‘Tahukah kalian apa ini?’ Kami menjawab, ‘Awan.’ Beliau berkata,
‘(Awan) disebut juga dengan muzn dan ‘anan.’ Kamipun diam. Lalu beliau
bertanya, ‘Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi ?’ Kami menjawab,
‘Allâh Azza wa Jalla dan RasulNya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Jarak
antara langit dan bumi seperti jarak perjalanan lima ratus tahun tahun. Jarak
antara satu langit ke langit lainnya seperti jarak perjalanan lima ratus tahun
tahun. Ketebalan masing-masing langit
seperti jarak perjalanan lima ratus tahun tahun. Di atas langit yang ketujuh
ada samudera, dan antara dasar samudera itu dengan permukaannya seperti jarak
antara langit dan bumi. Kemudian di atasnya ada delapan kambing liar yang jarak
antara lutut dan telapak kakinya seperti jarak antara langit dan
bumi. Dan di atasnya ada ‘Arsy (singgasana) yangjarak antara
dasar dan puncaknya seperti jarak antara langit dan bumi. Dan
Allâh Azza wa Jalla Yang Maha Suci dan Tinggi di atasnya, tidak tersembunyi
dari-Nya sesuatupun dari perbuatan anak Adam”.
Yang dimaksud dengan kambing hutan (demikian sebagian penerjemah
menyebutnya) dalam hadits di atas adalah kambing liar. Sebagian Ulama
menyebutnya kambing gunung. Maksudnya adalah malaikat dalam rupa kambing liar
yang membawa singgasana.[2]
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (no. 1.770), Abu Dawud (no. 4.725),
at-Tirmidzi (no.3.320) dan yang lain. Para Ulama berbeda pendapat tentang
keshahihannya. Hadits ini
dihukumi shahih oleh al-Hâkim rahimahullah (dan
disetujui oleh adz-Dzahabi rahimahullah),[3] Ibnu
Taimiyyah rahimahullah[4], dan Ibnul Qayyim rahimahullah.[5] Sebagian
Ulama lagi menghukuminya dha’if(lemah). Mereka
antara lain al-Bushiri rahimahullah[6], Ibnul Jauzi rahimahullah,[7] al-Albani
rahimahullah,[8] dan Syu’aib al-Arna`uth.[9] Dan
pendapat yang kedua ini lebih kuat –wallahu a’lam- ; karena
dalam sanad hadits ini ada rawi yang lemah dan majhul (tidak dikenal), serta ada silsilah riwayat yang munqathi’ (terputus) antara dua rawi.
Namun sebagian kandungan hadits ini didukung oleh ayat dan hadits yang
lain. Pensyarah Sunan Abu
Dawud, al-‘Azhimabadi mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa Allâh Azza wa Jalla di atas ‘Arsy, dan inilah
kebenaran yang juga ditunjukkan oleh ayat-ayat al-Qur`ân dan hadits-hadits. Dan ini adalah madzhab as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat, tabi’in dan yang lain. Sekte Jahmiyyah mengingkari ‘Arsy dan keberadaan Allâh Azza wa Jalla di atasnya. Mereka meyakini
Allâh Azza wa Jalla ada di
mana-mana, dan mereka memiliki pendapat yang buruk dan bathil.”[10]
Wallahu A’lam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XVII/1434H/2013M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792,
08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
From <http://www.situssunnah.com/?utm_source=feedburner&utm_medium=email&utm_campaign=Feed%3A+KumpulanSitusSunnah+%28Kumpulan+Situs+Sunnah%29#!/articles/apa-yang-di-maksud-dengan-8-kambing-liar>