Islam Pedoman Hidup: Batasan Bela Diri yang Sesuai Syariat

Rabu, 10 Agustus 2016

Batasan Bela Diri yang Sesuai Syariat

Beladiri yang Syar’i

 Assalamualaikum,
Saya salah satu praktisi beladiri. tahapan saya saat ini adalah seorang murid. jenis beladiri yang saya geluti saat ini adalah beladiri asal China, disebut w**g C**n.
yang ingin saya tanyakan adalah :
1. Syarat beladiri yang tidak menyalahi aturan Islam adalah yang seperti apa?
2. Ada banyak beladiri yang mengutamakan olah nafas dalam praktikum mereka. mohon kiranya penjelasan tentang olah nafas dalam pandangan Islam dan olah nafas seperti apa yang tidak berselisih dengan hukum Islam.
3. Dalam sistem pemerintahan Islam ( khilafah) Seorang instruktur beladiri apakah memiliki kemuliaan yang sama dengan guru2 ilmu pengetahuan lainnya?
Dari Rosy Fareza Syakhrani 
Jawaban:
Wa ‘alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Pada dasarnya bela diri hukumnya mubah. Bahkan jika latihan ini dilakukan dalam rangka menyiapkan diri untuk ber jihad, termasuk i’dad (mempersiapkan) yang Allah perintahkan.
Allah berfirman,
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
Persiapkanlah untuk menghadapi mereka, segala kekuatan yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu (QS. al-Anfal: 60)
Dan semua amal tergantung dari niatnya. Ketika latihan bela diri dilakukan dalam rangka menyiapkan diri untuk berjihad membela kebenaran, insyaaAllah bernilai pahala. Namun jika sebatas hobi dan yang penting happy, jelas tidak ada sisi pahalanya. Dan yang lebih penting, jangan sampai latihan bela diri ini mengantarkan anda kepada kemaksiatan.
Untuk itu, kita akan menyimak beberapa batasan syariat, agar latihan bela diri tidak menjadi sumber dosa.
Pertama, bela diri hanya olah raga dan permainan. Untuk itu, sikapi latihan ini layaknya olah raga dan bukan aliran kepercayaan. Sehingga tidak boleh dijadikan standar al-wala wal bara’ (loyal dan benci).
Jangan sampai anda memusuhi muslim yang lain, hanya karena beda perguruan bela diri.  Sebaliknya, anda juga tidak boleh loyal dengan orang kafir dan orang musyrik, hanya karena dia teman seperguruan dalam latihan bela diri.
Realita pahit yang bisa kita saksikan di masyarakat, perguruan dan padepokan bela diri, telah dijadikan standar loyalitas. Kita tidak tahu, sampai kapan perguruan Kera Sakti akan akur dengan perguruan Setia Hati Terate. Kita juga tidak tahu, sampai kapan taekwondo akan menghentikan perang dingin dengan karateka.
Masing-masing punya gengsi tersendiri. Dan masing-masing sangat membanggakan perguruannya. Bisa jadi, ini muncul karena dituggangi doktrin ideologi dari perguruannya.
Namun apapun itu, islam melarang membangun loyalitas karena latar belakang suku, keelompok, apalagi hanya sebatas perguruan bela diri. Karena ini loyalitas model jahiliyah. Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah manyampaikan khutbah,
أَلا وَإِنَّ كُلَّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ تَحْتَ قَدَمِيَّ
Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang menjadi tradisi jahiliyah, ditaruh di bawah kakiku. (HR. Muslim 3009, Abu Daud 1907 dan yang lainnya).
Karena itulah, orang yang mati karena latar belakang kesukuan atau loyalitas kelompok, digolongkan sebagaimana mati gaya jahiliyah.
Dari Jundub bin Abdillah al-Bajali Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَدْعُو عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
Siapa yang terbunuh karena latar belakang yang tidak jelas, menghidupkan semangat kesukuan atau membela kelompok, maka dia mati dalam kondisi jahiliyah. (HR. Muslim 1850).
Loyalitas yang diajarkan islam adalah loyalitas yang dibangun di atas iman dan islam. Allah berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu. (QS. al-Hujurat: 10)
Kedua, hindari semua yang berbau klenik dan kesyirikan
Salah satu sarang menyusupnya klenik dan kesyirikan adalah kegiatan bela diri. Terutama yang banyak mengandalkan olah pernapasan. Terlebih, umumnya peserta bela diri, mereka memiliki latar belakang ingin memiliki kekuatan dan kesaktian.
Mungkin yang menjadi pertannyaan adalah bagaimana cara mengenali latihan itu termasuk kesyirikan?
Secara umum, ulama memberikan kaidah: “mengambil sebab yang bukan sebab, itu kesyirikan”. Ketika anda ingin mendapatkan sesuatu, namun cara untuk mewujudkannya sangat tidak logis, itu masuk dalam kaidah di atas.
Selengkapnya, anda bisa pelajari: Hukum Mengenakan Gelang Magnet untuk Pengobatan 
Terkait masalah bela diri, ada beberapa indikator untuk mengenali bahwa itu kesyirikan, atau setidaknya anda hindari,
  1. Menggunakan jimat. Jika guru anda menjanjikan, siapa yang sudah mencapai derajat tertentu akan mendapatkan ‘tameng pelindung’ atau ‘tabir ghaib’, baik berupa cincin, sabuk, gelang, kalung atau apapun bendanya, anda harus segera menghindarinya. Terutama, jika cara untuk mendapatkan itu, harus melalui ritual ibadah tertentu, seperti puasa, wirid, semedi di kuburan, hingga shalat tahajud malam jumat. Semua itu adalah sarana untuk mendatangkan jin yang akan membantunya.
  2. Perguruan silat yang menawarkan ilmu kanuragan. Apapun cara yang digunakan, hakekat ilmu kanuragan adalah sihir. Meskipun dibungkus dengan kedok wirid, dzikir, amalan, suluk dan yang lainnya. Karena amalan ibadah bisa saja dikerjakan dalam rangka pemujaan terhadap jin dan setan.
  3. Latihan pernapasan namun diiringi dengan dzikir atau wirid tertentu. Dengan tujuan untuk meringankan tubuh atau pukulan jarak jauh atau kepretan pingsan. Semua ini kebohongan, karena jelas di luar kemampuan manusia. Dia bisa melakukan itu karena bantuan jin. Medianya adalah wirid ketika proses pernapasan.
  4. Membangun telapati antara guru dan murid. Bisa dengan memanggil nama guru atau mengingat wajah guru. Dengan itu, akan terhubung jalinan batin yang dianggap sumber kekuatan bagi si murid. Anda bisa memastikan, ini kedustaan. Karena tidak mungkin, hanya sebatas membayangkan guru, dia bisa memiliki tambahan kekuatan.
Karena itu, prinsip penting yang anda kedepankan: sikapi bela diri sebagaimana olah raga, murni latihan fisik, sehingga jauhkan semua bentuk ibadah, suluk dan amalan, ideologi, dst.
Ketiga, hindari bentuk salam yang terlarang, misalnya dengan membungkuk layaknya orang rukuk. Baik kepada guru maupun sesama lawan tanding.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
قال رجل: يا رسول الله أحدنا يلقى صديقه أينحني له؟ قال: فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا
Ada orang yang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‘Ya Rasulullah, jika kami ketemu teman, apakah boleh membungkuk?’
Jawab beliau, ‘Tidak boleh.’
قال: فيصافحه؟ قال: نعم إن شاء
Dia bertanya lagi, ‘Bolehkah dia menyalaminya?’
Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya, dia salami, jika dia mau.”
(HR. Turmudzi 2728, Ibn Majah 3702, dan dishahihkan al-Albani).
Syaikhul Islam mengatakan,
وأما الإنحناء عند التحية: فينهى عنه، كما في الترمذي عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم أنهم سألوه عن الرجل يلقى أخاه ينحني له؟ قال : لا) ولأن الركوع والسجود لا يجوز فعله إلا لله عزوجل
Membungkuk ketika memberi salam hukumnya terlarang. Sebagaimana diriwayatkan Turmudzi dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa para sahabat bertanya, jika ada orang yang ketemu temannya, bolehkah dia membungkuk? Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tidak boleh.’ Karena rukuk dan sujud tidak boleh dilakukan kecuali untuk Allah. (Majmu’ Fatawa, 1/377)
Keempat, hindari memukul wajah
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan,
إِذَا قَاتَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْتَنِبِ الْوَجْهَ
Jika kalian hendak memukul seseorang, hindari wajah. (HR. Bukhari 2420)
Kelima, jaga hati, jangan sampai kemampuan bela diri menjadi sebab anda bersikap sombong. Bisa jadi, setan memanfaatkan kondisi anda untuk dijadikan kesempatan menggoda anda untuk berbuat dzalim.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَكُونُوا عَوْناً لِلشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيكُمْ
Janganlah kalian menjadi penolong bagi setan untuk mendzalimi saudara kalian. (HR. Ahmad 4252 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Karena itu, pandai-pandailah jaga emosi. Di saat anda punya kelebihan bela diri, anda harus lebih pandai bersabar.
Semoga Allah selalu memberikan bimbingan hidayah dan taufiq bagi kita semua.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Sumber: https://konsultasisyariah.com/23785-batasan-bela-diri-yang-sesuai-syariat.html