Akhir
akhir ini, kajian salaf semakin semarak, dan menjangkau semua lapisan.
Berbagai media, dan sarana mulai dimanfaatkan yang berdampak
pertumbuhan dan penyebaran dakwah salaf semakin pesat. Semua itu tentu
semata-mata berkat pertolongan dan karunia Allah, bukan karena
kehebatan atau jasa seseorang atau kelompok tertentu. Hanya Allah yang
pantas dipuji atas semua kebaikan ini.
Dakwah
salaf, ya benar dakwah salaf, seruan untuk kembali memurnikan ajaran
Islam yang hanya berlandaskan kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Dan pada
level penerapan berbagai syari’at keduanya senantiasa bercermin kepada
keteladanan generasi terdahulu, dari kalangan para sahabat, tabiin dan
ulama’-ulama’ setelah mereka yang benar-benar mumpuni, jauh dari aspek
fanatik golongan atau kelompok, atau figur tertentu, rekayasa atau
modifikasi atau normalisasi agama, karena Islam telah sempurna sehingga
tidak butuh kepada segala hal di atas. Bahkan sebaliknya segala budaya,
undang undang, tatanan masyarakat atau lainnya harus beradaptasi dengan
Syari’at Islam. Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al Maidah 3)
Inilah
yang dimaksud dari memurnikan Islam, dan dengan cara inilah Islam
sebagai agama rahmatan lil ‘alamin benar benar menjadi kenyataan.
Namun demikian, telah menjadi sunnatullah bahwa siapapun diri anda dan apapun amalan atau keyakinan anda, pasti ada saja orang-orang yang memusuhi dan membenci anda.
Jika anda adalah orang baik paling baik, orang Islam paling sempurna
keislamannya maka sadarilah bahwa ada saja orang yang membenci dan
bahkan dengan lantang mengobarkan permusuhan kepada anda, yaitu orang
buruk paling buruk atau orang kafir paling kafir.
Dan
bila anda adalah seorang muslim yang kadang baik dan kadang hanyut
dalam nafsu dan kebodohan, maka sadarilah bahwa pasti ada orang yang
membenci dan memusuhi anda. Dan bisa jadi diantara yang memusuhi anda
ialah sesama orang Islam yang juga kadang baik dan kadang hanyut dalam
nafsu dan kebodohannya. Allah Ta’ala berfirman :
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم بِبَعْضٍ
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka dengan sebahagian yang lain.” (Al An’am 53)
Dan sudah barang tentu orang kafir dan bahkan orang kafir paling kafir juga turut membenci dan memusuhi anda.
Kalau anda bertanya, lalu bagaimanakah agar anda bisa selamat dari permusuhan dan kebencian orang lain?
Jawabannya: tidak ada, karena inilah dunia dan demikianlah sunnatullah.
Lalu bagaimana solusinya? Benarkah anda ingin tahu solusinya? Simak jawabannya langsung dari Allah Ta’ala :
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
“Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar ? dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.” (Al Furqan 20)
Ya
betul, sabar itulah solusinya, sabar ketika mendapat cobaan dan ditimpa
kesusahan sehingga cobaan itu tidak menyebabkan anda terhenti dari
mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan kebenaran.
Dan
sabar ketika menghadapi godaan nafsu dan bisikan setan sehingga anda
tidak menyimpang dari jalan kebenaran dan terperangkap dalam dosa dan
maksiat.
Sabar sehingga anda istiqomah dalam mempelajari, lalu mengamalkan dan mendakwahkan kebenaran, tidak putus asa dan tidak congkak.
Menuruti
emosi, rasa kesal, amarah bukanlah solusi, membalas kejahatan dengan
tindakan serupa bukan pula solusi walaupun dibolehkan. Solusinya hanya
ada satu yaitu sabar, Allah Ta’ala berfirman:
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fusshilat 34)
Sabar, benar hanya sabar solusinya,
terlebih bila yang mengganggu atau mengusik laju dakwah anda ternyata
adalah orang yang serupa dengan anda, sesama ummat Islam, yang banyak
memiliki persamaan dengan anda walau banyak pula perbedaannya.
Kalau
anda berkata: ooh cemen, kenapa mesti penakut, mereka menggunakan
kekerasan, kita juga berani melakukannya. Kita yakin benar mengapa
takut?
Inilah
nafsu dan emosi, kebodohan dan nafsu dilawan dengan yang serupa, kalau
anda merasa kesal, dan tidak kuasa menahan amarah, maka sadarilah bahwa
memang dakwah ini besar dan hanya orang-orang yang berjiwa besar yang
kuasa memikulnya dengan sebenarnya. Anda tersinggung? Tenang sobat,
baca dulu ayat berikut:
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai karunia yang besar (dari Allah)” (Fusshilat 35)
Kalau
anda berkata: alah, lawan saja, kenapa mesti takut mati, bukankah kita
berada pada pihak yang benar dan membela kebenaran? Betul sobat, namun
sadarkah bahwa anda berada pada pihak yang benar bukan berarti serta
merta menjadi alasan untuk membuka pintu kekacauan yang lebih besar
apalagi hingga terjadi pertumpahan darah.
Ketahuilah,
bila dua kelompok masa telah berhadap hadapan, maka sangat dengan mudah
bagi pemancing di air keruh, yang bisa saja menyusup di barisan anda
atau barisan mereka, memanfaatkan kesempatan. Mereka memulai dengan
melempar batu, dan akhirnya anda merasa diserang dan merasa perlu
mempertahankan diri atau bahkan membalas. Dan bisa jadi sebaliknya
“tikus” sengaja menyusup di barisan anda memulai melempar batu, dan
akhirnya mereka merasa diserang dan perlu membalas dan mempertahankan
diri. Bila seperti ini kejadiannya bagaimana coba?
Jangankah
orang sehebat anda, orang sebesar sahabat Thalhah, ‘Aisyah, Azzubair,
dan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhum ketika berada dalam
kondisi seperti ini tidak kuasa mendeteksi dan mencegah kelakuan “tikus
tikus penyusup”, seperti digambarkan di atas, hingga akhirnya terjadi
perang saudara antara mereka.
Bila
pertumpahan darah telah terjadi di antara kaum muslimin, siapkah anda
menanggung resikonya di dunia dan di akhirat? Anda mau tahu berapa
besar tanggung jawab yang harus anda pikul bila nyawa seorang muslim
melayang gara gara anda? Simak sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لزوال الدنيا أهون على الله من قتل رجل مسلم
“Sungguh hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibanding dosa membunuh seorang muslim.” (At Tirmizy)
Ustadz,
dan para panitia kajian, berpikirlah baik-baik, dan sadarilah walaupun
anda adalah seorang ustadz atau seorang yang telah beratus ratus tahun
mengaji, tetap saja anda adalah manusia biasa yang punya nafsu dan
rentan digoda setan. Berlindunglah dari godaan setan dan belengu nafsu
amarah diri anda.
Jangan
kawatir sobat, saya adalah orang pertama yang saya maksudkan dari
nasehat ini, semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua dari bisikan
setan, nafsu angkara murka dan kebodohan. Ya Allah limpahkanlah
hidayah-Mu untuk seluruh ummat Islam dan seluruh ummat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam . Wallahu Ta’ala A’alam Bisshawab.
Maaf, bila terlalu panjang.
_______
Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى
from=http://bbg-alilmu.com/archives/21284