Islam Pedoman Hidup: Mengajak Kepada Islam atau Kelompok Islam?

Sabtu, 01 Oktober 2016

Mengajak Kepada Islam atau Kelompok Islam?


Dakwah Islam kian semarak di mana-mana. Buah yang dihasilkan pun cukup cemerlang berupa semakin banyaknya umat yang mengikuti kegiatan keislaman. Hal menggembirakan ini mendorong sebagian aktivis dakwah tidak lagi mempedulikan apakah dakwah mereka sesuai dengan dakwah Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para sahabatnya ataukah berseberangan.

Sangat disayangkan, banyak da'i tidak mengetahui maksud berdakwah yaitu mengajak kepada apa dan kepada siapa dan dengan cara apa. Banyak di antara mereka apabila melihat sebuah kelompok berhasil dalam dakwahbaik berhasil dalam dakwah kepada Islam ataupun berhasil dalam dakwah kepada kelompok tertentu—maka dia pun tampil sebagai  juru  dakwah.  Dia  pun  berusaha  menunjukkan kepada umat bahwa dirinya bisa berdakwah dan bisa mengajak orang banyak. Apa pun ajakan dan caranya, yang penting namanya dakwah dan atas nama Islam serta banyak yang tertarik dan ikut ke dalamnya.

Masyarakat pun menyangka bahwa setiap dakwah dan setiap da'i pasti melambangkan dakwah Islam yang hakiki. Kita tidak mengingkari dakwah kelompok atau atas nama Islam, tetapi kita mengingkari prasangka bahwa setiap dakwah pasti dakwah Islam yang sebenarnya, Islam yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم  tanpa melihat hakikatnya.

Pada zaman sekarang, banyak ragam dakwah, bid'ah, penyimpangan, dan kesesatan. Bahkan dakwah kepada kekafiran diatasnamakan Islam. Orang awam pun tertipu, dakwah menuju jurang kekafiran dianggap sebagai dakwah Islam bahkan para pelakunya diagungkan dan dibenarkan semua apa yang didakwahkan, tidak ada yang berani mengingatkan.

Perhatikanlah Rasulullah   صلى الله عليه وسلم tidak   datan dengan membawa  dakwah  Sufi, Asy'ari, Mu'tazilah, Jahmiyyah, Khawarij, Rafidhah, Quburiyyah, dan lain-lain. Lalu mengapa umat mau menerima bermacam-macam dakwah kesesatan tersebut? Silakan simak ulasan berikut.

Agar   dakwa diterima,   mereka   mengak bahwa perbedaan antara mereka dengan ahli haq hanya perbedaan dalam  lafazh  dan  istilahatau  perbedaan  pendapat  dan ijtihad, atau hanya perbedaan cabang dan furu' saja, atau perbedaan yang bisa dimaklumi dan saling toleran. Ada yang beranggapan bahwa yang penting tujuannya benar, adapun jalan dan cara boleh berbeda-beda.
 
Harus  kita  yakini  bahwa  Nabi  Muhammad-lah  yang datang membawa agama Allah
لّsekaligus mengajarkan kepada umatnya jalan dan cara menuju kepada Allah  Rasulullah صلى الله عليه وسلم  tidak menyerahkannya kepada pendapat fulan dan fulan.

Tatkala Rasulullah صلى الله عليه وسلم  melihat ada yang puasa di bawah terik matahari maka beliau صلى الله عليه وسلم menyuruhnya berteduh seraya menjelaskan bahwa cara semacam itu bukan kebaikan. Lalu bagaimana  seandainya  Rasulullah  صلى الله عليه وسلم melihat  orang-orang yang mendatangi  kuburan wali untuk melakukan macam- macam ibadah? Fakta ini membantah anggapan bahwa perbedaan kelompok-kelompok Islam sekarang hanya perbedaan furu' dan bukan perbedaan aqidah.

AYAT UJIAN

Tatkala  sebagian  orang  mengaku  mencintai  Allah   maka Allah menurunkan ayat:

ُللَّ او مْ كُ بوُنُذ مْ كُ ل    رْفِغْ يو ُللَّ ا مُ كُ بِْبيُُْ  نِوُعِبَتاف للَّ ا نوُّبتُُِ  مْ ُتنْكُ  نْ ِإ لْ ُق ميحِر روفُغ


"Katakanlah, 'Jika kalian mencintai Allah maka ikuti aku (Rasulullah), kalian akan dicintai oleh Allah dan akan mengampuni dosa kalian.'" (QS Ali 'Imran [3]: 31)

Maka barangsiapa yang tidak mengikuti Rasulullah   dalam perkataan dan perbuatan berarti cintanya kepada Allah palsu.

Dan  ketahuilah  bahwa  mengikuti  Rasulullah  صلى الله عليه وسلم  adalah dalam semua ajarannya tidak hanya dalam sebagian. Maka siapa yang mengikuti Rasulullah صلى الله عليه وسلم   dalam shalawat saja atau dalam dzikir dan berdo'a saja, bahkan hanya mengikutinya dalam banyak berdzikir tanpa mengikutinya dalam tata cara berdzikir, maka pengakuan cintanya kepada Allah dan Rasul- Nya palsu.


SEJARAH MUNCULNYA KELOMPOK ISLAM

Mengetahui sejarah sangat penting untuk menghukumi sesuatu benar atau tidak. Karena al-Qur'an dan Sunnah adalah pokok asal segala sesuatu dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم  bersama para sahabatnya adalah asas rujukan dalam segala sesuatu maka harus kita ketahui bahwa Islam yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم  adalah satu dan Islam yang diamalkan oleh para sahabat hanya satu.


Dan yang terpenting adalah kita harus memahami bahwa manusia  pada  zaman  mereka ditimbang dengan  IslamBerbeda dengan zaman sekarang, mereka yang menimbang Islam dengan orang atau kelompok.


Jika as-salafushshalih untuk menjaga keaslian Islam atau mengingkari bid'ah dan sesuatu yang di-ada-adakan maka mereka berkata kepada pelakunya, "Apakah yang Anda katakan atau yang Anda lakukan itu termasuk ajaran yang dibawa  oleh  Rasulullah  صلى الله عليه وسلم  dan  para sahabatnya?"  Atau pertanyaan yang membungkam, yaitu, "Apakah yang Anda katakan dan yang Anda lakukan itu diketahui oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم, Abu Bakar, dan Umar?" Jika jawabnya 'ya' maka apakah Rasulullah  صلى الله عليه وسلم  dan  para  sahabat mengetahuinya  dan tidak mengamalkannya  lalAnda  yang  mengamalkannya?  Dan jika jawabnya 'tidak' maka apakah mereka tidak mengetahuinya dan Anda yang mengetahuinya?" Sebagaimana hal ini ditanyakan oleh imam Ahlussunnah al- Imam yang mulia Ahmad ibn Hanbal tatkala mendebat ahli bid'ah.

Adapun orang sekarang yang mengingkari ajaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم, mereka bertanya kepada pelakunya, "Apakah yang Anda katakan atau yang Anda lakukan itu diketahui oleh imam atau kelompok fulan? Jika 'ya' kenapa mereka tidak melakukannya? Engkaukah yang lebih alim daripada mereka? Jika 'tidak'," dia berkata, "Mana mungkin mereka tidak mengetahui sedang kamu mengetahui?"

Manusia pada zaman dahulu ditimbang dengan Islam sedangkan zaman sekarang, manusia menimbang Islam dengan manusia.

Inilah  fitnah  fanatik  kelompok,  menganggap  bahwa ajaran   Rasulullah   صلى الله عليه وسلم  harus  disahka dan   diaku oleh kelompok. Adapun kelompok sesat macam apa pun tidak boleh ditimbang  dengan  dalil  karena  dalam  keyakinan mereka kelompok pasti benar menurut keyakinan ahlinya. Sementara itu, hadits ada yang shahih dan lemah atau bahkan ada yang palsu, adapun imam kelompok tidak ada istilah  lemah  dan  palsu;  seakan-akan  mereka  berkata, "Imam dan kelompok lebih mulia daripada dalil." Buktinya, jika dalil datang kepada mereka akan dipertanyakan, "Siapakah yang berkata seperti itu dan mengamalkannya?" Adapun perkataan imam kelompok yang sampai kepada mereka maka sam'an wa tha'ah. Yang lebih celaka, bahwa mereka toleran dengan kelompok yang lain yang batil, tetapi tidak ada toleransi bagi kelompok yang selamat, firqah najiyyah  ahlissunnah  salafiyyunYanpaling  fanatik  di antara mereka berkata, "Paham kita pasti benar walaupun mungkin ada sedikit kesalahan, sedangkan paham selain kita pasti salah walaupun mungkin mengandung sedikit kebenaran."

FAKTA PAHIT, FANATIK GOLONGAN

Allah  لّ جوزّع   dan Rasul-Nya  tidak  melarang  dan mencela sesuatu, kecuali karena ia berbahaya dan memudharatkan bagi agama dan ahlinya.

Mari kita tengok sejarah, tatkala sebagian kelompok memisahkan diri dari Khalifah Utsman رضي الله عنه dan Ali رضي الله عنه, mereka memberontak hingga mereka membunuhnya bahkan mengkafirkannya Mereka   memerangi dan membunuh Ali رضي الله عنه,  lalu muncul kelompok lainnya yang fanatik kepada Ali hingga mengkultuskannya sebagai Rabb yang berhak di-ibadahi. Dan terus-menerus hingga zaman kita sekarang, kedua  kelompok  ini  menyebarkan  pahamnya yang sesat. Yang satu melaknat dan mengkafirkan Ali ibn Abi Thalib رضي الله عنه, sedang yang satunya menyucikan dan menuhankannya.


Lalu, kedua kelompok tersebut, yaitu Khawarij dan Syi'ah Rafidhah, saling mengkafirkan dan saling memerangi. Jika keduanya bersama-sama memerangi Ahlussunnah yang bersikap tengah terhadap Ali ibn Abi Thalib رضي الله عنه,  yaitu wala', tanpa  melaknadan  tanpa  menyucikan,  lalu bagaimana lawan mereka yang bersikap berlebihan dalam mengkafirkan atau menuhankan?!

Apakah Khawarij dan Rafidhah akan diam jika ada orang kafir yang mau masuk Islam lewat dakwah Ahlussunnah? Ataukah justru mereka akan menghalanginya dan berkata kepadanya, "Kamu harus masuk Islam lewat tangan kita. Jika tidak maka lebih baik kamu berada pada kekafiranmu." Sebab, menurut mereka kafir yang tidak mengetahui kebenaran lebih baik dari kafir yang mengetahui kebenaran tetapi berpaling dan murtad darinya.

Fitnah dua kelompok bid'ah sesat ini terus merambat kepada kelompok mazhab fiqih. Mereka sangat fanatik berlebihan hingga sebagian mereka mengkafirkan pengikut madzhab lainnya.

Bahkan zaman sekarang lebih parah, di mana satu madzhab berpecah belah menjadi beberapa kelompok hanya karenperselisihapendapatMaka  adSyafi'i  Asy'ari, Syafi'i Sufi, Syafi'i Quburi, dan sebagainya.

Selama ini kita hanya membaca sejarah tentang permusuhan dan peperangan antara umat Islam yang berselisipaham  dan  madzhab.  Namun,  sekarang  kita melihat  dan  menyaksikan  secara langsunapa  yankita baca dalam sejarah tersebut.

Jika faktanya demikian maka apakah para penganut fanatisme golongan tersebut akan berdakwah mengajak kepada Islam ataukah akan mengajak kepada kelompoknya dan menghalangi setiap jalan yang menjurus kepada selain golongannya benar atau salah.

Asy-Syaikh al-Albani berkata, "Seandainya perselisihan madzhab mudharatnya hanya terbatas menimpa sesama mereka dan tidak sampai meluas hingga kepada selain mereka yaitu umat dakwah nonmuslim, ini agak ringan musibahnya. Akan tetapi, sangat disayangkan, di mana mudharat perselisihan ini telah menyebar hingga ke negeri- negeri kufur sehingga mereka terhalang untuk masuk agama Islam secara berbondong-bondong gara-gara perselisihan tersebut. Salah satu universitas di Amerika mengadakan seminar   dan   salah   seorang   juru   bicara   melontarkan persoalan: Dengan ajaran apa kaum muslimin sehingga mereka mampu untuk maju di seluruh dunia dalam menentukan kebenaran Islam yang mereka dakwahkan? Apakah  dengan  ajaran  Islam  yandipahami  oleh Ahlussunnah atau ajaran yang dipahami oleh Syi'ah Imamiyyah   atau   Zaidiyyah Sementara   antara   mereka sendiri saling berselisih. Kemudian ada satu yang berpola pikir modern yang sangat terbatas dan yang satu berpola pikir kuno pasif. Kesimpulannya, bahwa para da'i kepada Islam membiarkan pada mad'u (objek dakwah) dalam kebimbangan sebab mereka sendiri bimbang."

Selanjutnya asy-Syaikh al-Albani berkata, "Disebutkan dalam muqaddimah risalah Hadiah Sulthan ila Muslim Bilad Japan  oleh  Muhammad  Sulthan  al-Ma'shumi  rahimahullah berkata, 'Sesungguhnya  datang  kepadaku  sebuah pertanyaan dari kaum muslimin Jepang yang intinya: Apakah hakikat Islam? Lalu apa makna madzhab? Apakah harus bagi setiap   muslim   untubermadzhab   dengan   sala satu madzhab empat? Sebab, di sini terjadi perselisihan besar yang mengerikan tatkala sebagian orang Jepang yang mau masuk Islam maka mereka dibawa ke yayasan Islam yang ada di Tokyo, lalu kata jama'ah dari India harus mereka memilih madzhab al-Imam Abu Hanifah sebab beliau pelita umat, sedang jamaah dari Indonesia (Jawa) berkata harus menjadi pengikut asy-Syafi'i. Maka tatkala orang-orang Jepang mendengarnya, mereka sangat heran dan bingung terhadap apa yang mereka maksud, akhirnya perkara madzhab menjadi penghalang untuk mereka masuk Islam.'" (Shifat Shalat Nabi 1/46-48) []
______________________

Oleh: Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-Buthoni الله  هظفح
Disalin dari Majalah al-Furqon No. 152 Ed.5 Th. ke-14