Dakwah
Islam
kian
semarak di mana-mana.
Buah yang
dihasilkan pun cukup cemerlang berupa semakin
banyaknya umat yang mengikuti kegiatan keislaman. Hal menggembirakan ini
mendorong sebagian aktivis dakwah tidak lagi mempedulikan apakah dakwah mereka sesuai
dengan dakwah Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para sahabatnya ataukah berseberangan.
Sangat disayangkan, banyak da'i tidak mengetahui
maksud berdakwah yaitu mengajak kepada apa dan kepada siapa dan
dengan
cara
apa. Banyak di antara mereka
apabila melihat sebuah kelompok berhasil dalam dakwah—baik berhasil
dalam dakwah kepada Islam ataupun berhasil
dalam dakwah kepada kelompok tertentu—maka
dia pun tampil sebagai juru
dakwah. Dia
pun
berusaha menunjukkan
kepada umat bahwa dirinya bisa berdakwah dan
bisa
mengajak orang banyak.
Apa pun ajakan dan
caranya, yang penting namanya dakwah dan
atas
nama Islam serta banyak
yang tertarik dan ikut ke dalamnya.
Masyarakat pun menyangka bahwa setiap
dakwah dan
setiap da'i pasti melambangkan dakwah Islam yang hakiki.
Kita tidak
mengingkari
dakwah
kelompok
atau atas nama Islam, tetapi
kita mengingkari prasangka bahwa setiap dakwah pasti
dakwah
Islam yang sebenarnya,
Islam yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم tanpa melihat hakikatnya.
Pada zaman sekarang, banyak ragam dakwah,
bid'ah, penyimpangan, dan kesesatan. Bahkan dakwah kepada
kekafiran diatasnamakan Islam. Orang awam pun tertipu, dakwah menuju jurang
kekafiran dianggap sebagai dakwah
Islam bahkan para pelakunya diagungkan
dan
dibenarkan semua apa yang didakwahkan, tidak
ada yang berani
mengingatkan.
Perhatikanlah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak datang dengan
membawa dakwah Sufi, Asy'ari, Mu'tazilah, Jahmiyyah, Khawarij, Rafidhah, Quburiyyah, dan lain-lain.
Lalu mengapa
umat
mau menerima bermacam-macam
dakwah
kesesatan tersebut? Silakan simak ulasan berikut.
Agar dakwah diterima, mereka mengaku bahwa
perbedaan antara mereka dengan
ahli haq
hanya perbedaan dalam lafazh
dan istilah, atau perbedaan pendapat
dan ijtihad, atau hanya perbedaan
cabang dan furu' saja, atau
perbedaan
yang bisa dimaklumi dan saling toleran. Ada yang beranggapan bahwa yang penting tujuannya benar, adapun
jalan dan
cara boleh berbeda-beda.
Harus kita yakini bahwa Nabi Muhammad-lah yang datang membawa agama Allah لّﷻ sekaligus mengajarkan kepada umatnya jalan dan cara menuju kepada Allahﷻ Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak menyerahkannya kepada pendapat fulan dan fulan.
Tatkala Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat ada yang puasa di bawah terik matahari maka beliau صلى الله عليه وسلم menyuruhnya berteduh seraya
menjelaskan bahwa cara semacam itu bukan kebaikan. Lalu
bagaimana seandainya Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat orang-orang
yang mendatangi
kuburan wali untuk melakukan macam- macam
ibadah? Fakta ini
membantah anggapan bahwa
perbedaan
kelompok-kelompok Islam
sekarang hanya perbedaan furu'
dan
bukan perbedaan
aqidah.
AYAT UJIAN
Tatkala sebagian orang mengaku mencintai
Allah ﷻ maka Allah ﷻ menurunkan ayat:
ُللَّ او مْ كُ بوُنُذ مْ كُ ل رْفِغْ يو
ُللَّ ا مُ كُ بِْبيُُْ نِوُعِبَتاف للَّ ا نوُّبتُُِ مْ ُتنْكُ نْ ِإ لْ ُق ميحِر روفُغ
"Katakanlah, 'Jika kalian mencintai Allah maka ikuti
aku (Rasulullah), kalian akan dicintai
oleh
Allah dan akan
mengampuni dosa kalian.'"
(QS
Ali 'Imran [3]:
31)
Maka barangsiapa yang tidak mengikuti Rasulullah ﷺ dalam perkataan dan perbuatan berarti cintanya kepada Allah ﷻ palsu.
Dan ketahuilah
bahwa mengikuti Rasulullah
صلى الله عليه وسلم adalah dalam semua ajarannya tidak hanya dalam sebagian. Maka siapa yang mengikuti Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam shalawat saja atau dalam dzikir dan berdo'a saja,
bahkan
hanya mengikutinya
dalam banyak berdzikir tanpa mengikutinya dalam tata cara
berdzikir,
maka pengakuan cintanya kepada Allah dan Rasul- Nya palsu.
SEJARAH MUNCULNYA KELOMPOK ISLAM
Mengetahui sejarah sangat penting untuk menghukumi sesuatu
benar atau tidak.
Karena al-Qur'an dan
Sunnah
adalah pokok asal segala sesuatu dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersama para sahabatnya
adalah asas
rujukan dalam segala
sesuatu
maka harus kita ketahui bahwa Islam yang dibawa oleh
Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah satu dan Islam yang diamalkan oleh para
sahabat hanya satu.
Dan yang terpenting adalah kita harus memahami
bahwa
manusia pada zaman mereka ditimbang dengan Islam. Berbeda dengan zaman sekarang, mereka yang menimbang Islam
dengan orang atau kelompok.
Jika as-salafushshalih untuk menjaga keaslian
Islam
atau
mengingkari bid'ah dan sesuatu
yang di-ada-adakan
maka mereka berkata kepada pelakunya, "Apakah
yang
Anda
katakan atau yang Anda lakukan itu termasuk ajaran yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para sahabatnya?" Atau pertanyaan yang membungkam, yaitu, "Apakah
yang Anda katakan dan yang Anda lakukan itu diketahui oleh Rasulullah
صلى الله عليه وسلم, Abu Bakar, dan Umar?" Jika jawabnya 'ya' maka apakah Rasulullah
صلى الله عليه وسلم dan para sahabat mengetahuinya dan
tidak
mengamalkannya
lalu Anda yang mengamalkannya?
Dan
jika jawabnya
'tidak' maka apakah mereka
tidak
mengetahuinya dan Anda yang
mengetahuinya?"
Sebagaimana hal ini
ditanyakan oleh imam Ahlussunnah al- Imam yang mulia Ahmad ibn Hanbal tatkala mendebat
ahli bid'ah.
Adapun orang sekarang yang mengingkari ajaran
Rasulullah صلى الله عليه وسلم,
mereka bertanya kepada pelakunya, "Apakah
yang Anda katakan atau yang Anda lakukan itu diketahui oleh imam atau kelompok
fulan? Jika
'ya' kenapa mereka tidak melakukannya? Engkaukah yang lebih
alim
daripada mereka? Jika 'tidak'," dia berkata, "Mana mungkin mereka
tidak mengetahui sedang kamu mengetahui?"
Manusia pada zaman dahulu ditimbang dengan Islam sedangkan zaman sekarang, manusia menimbang Islam dengan manusia.
Inilah
fitnah
fanatik
kelompok, menganggap bahwa
ajaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم harus disahkan dan
diakui oleh kelompok. Adapun kelompok sesat
macam apa pun tidak boleh ditimbang dengan
dalil karena
dalam
keyakinan mereka
kelompok pasti benar menurut keyakinan ahlinya.
Sementara itu, hadits ada yang shahih dan lemah
atau
bahkan ada yang palsu,
adapun imam
kelompok tidak ada
istilah lemah
dan palsu; seakan-akan
mereka berkata,
"Imam dan kelompok lebih mulia daripada
dalil."
Buktinya, jika dalil datang kepada mereka akan dipertanyakan, "Siapakah yang berkata seperti itu dan mengamalkannya?" Adapun perkataan imam kelompok yang sampai kepada mereka maka sam'an
wa tha'ah. Yang lebih celaka,
bahwa
mereka toleran dengan kelompok yang lain
yang batil, tetapi
tidak
ada toleransi bagi kelompok yang
selamat,
firqah
najiyyah ahlissunnah salafiyyun. Yang paling fanatik di
antara mereka berkata,
"Paham kita pasti benar walaupun mungkin ada sedikit kesalahan, sedangkan paham selain kita
pasti salah walaupun mungkin mengandung sedikit
kebenaran."
FAKTA PAHIT, FANATIK GOLONGAN
Allah لّ جوزّع dan Rasul-Nya tidak
melarang
dan mencela
sesuatu, kecuali karena ia berbahaya dan memudharatkan bagi agama dan ahlinya.
Mari kita tengok sejarah, tatkala
sebagian kelompok
memisahkan diri dari Khalifah Utsman رضي الله عنه dan Ali رضي الله عنه, mereka memberontak hingga mereka membunuhnya
bahkan mengkafirkannya. Mereka
memerangi dan membunuh Ali رضي الله عنه, lalu muncul kelompok lainnya yang fanatik kepada Ali hingga mengkultuskannya sebagai Rabb yang berhak di-ibadahi. Dan terus-menerus hingga zaman kita sekarang,
kedua
kelompok ini
menyebarkan pahamnya yang sesat. Yang satu melaknat dan mengkafirkan Ali ibn Abi Thalib رضي الله عنه, sedang yang satunya menyucikan
dan menuhankannya.
Lalu, kedua kelompok tersebut, yaitu Khawarij
dan
Syi'ah Rafidhah, saling mengkafirkan dan saling memerangi. Jika
keduanya bersama-sama memerangi Ahlussunnah yang bersikap tengah terhadap Ali ibn Abi Thalib رضي الله عنه,
yaitu wala',
tanpa
melaknat dan tanpa
menyucikan,
lalu bagaimana lawan
mereka yang bersikap berlebihan dalam mengkafirkan
atau menuhankan?!
Apakah Khawarij dan Rafidhah akan diam jika ada orang
kafir yang
mau masuk Islam lewat
dakwah Ahlussunnah?
Ataukah justru mereka akan
menghalanginya dan berkata kepadanya, "Kamu harus masuk Islam lewat
tangan kita. Jika tidak maka lebih baik kamu berada pada kekafiranmu."
Sebab,
menurut mereka kafir yang tidak mengetahui
kebenaran lebih baik
dari kafir yang mengetahui kebenaran tetapi berpaling dan murtad darinya.
Fitnah dua kelompok bid'ah sesat
ini terus merambat
kepada kelompok mazhab fiqih. Mereka sangat fanatik berlebihan
hingga sebagian mereka mengkafirkan pengikut
madzhab lainnya.
Bahkan zaman
sekarang
lebih parah, di mana
satu
madzhab berpecah belah
menjadi beberapa
kelompok hanya
karena perselisihan pendapat. Maka
ada Syafi'i Asy'ari, Syafi'i Sufi, Syafi'i
Quburi, dan sebagainya.
Selama ini kita hanya membaca sejarah
tentang
permusuhan dan peperangan
antara umat Islam yang berselisih paham
dan
madzhab.
Namun, sekarang kita
melihat
dan
menyaksikan secara langsung apa yang kita baca
dalam sejarah tersebut.
Jika faktanya demikian maka apakah
para penganut
fanatisme golongan tersebut
akan berdakwah mengajak kepada Islam ataukah akan mengajak kepada kelompoknya
dan menghalangi setiap jalan yang menjurus
kepada selain golongannya benar atau
salah.
Selanjutnya asy-Syaikh
al-Albani berkata,
"Disebutkan dalam muqaddimah risalah Hadiah Sulthan
ila Muslim
Bilad Japan oleh
Muhammad
Sulthan al-Ma'shumi rahimahullah
berkata, 'Sesungguhnya
datang
kepadaku
sebuah pertanyaan dari
kaum
muslimin
Jepang yang
intinya: Apakah
hakikat
Islam? Lalu apa makna madzhab? Apakah
harus bagi setiap muslim untuk bermadzhab dengan salah satu madzhab empat? Sebab, di sini terjadi perselisihan besar yang
mengerikan tatkala sebagian
orang
Jepang
yang mau
masuk Islam maka mereka dibawa ke yayasan Islam yang ada di
Tokyo,
lalu kata jama'ah dari India harus mereka
memilih madzhab al-Imam Abu Hanifah
sebab beliau pelita
umat, sedang jamaah dari Indonesia (Jawa) berkata harus
menjadi pengikut asy-Syafi'i. Maka tatkala
orang-orang Jepang mendengarnya, mereka
sangat heran dan
bingung terhadap
apa
yang mereka maksud,
akhirnya perkara madzhab
menjadi penghalang untuk mereka
masuk
Islam.'"
(Shifat Shalat Nabi 1/46-48)
[]
______________________
______________________
Oleh: Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-Buthoni الله هظفح
Disalin dari Majalah al-Furqon No. 152
Ed.5 Th. ke-14