Islam Pedoman Hidup: Penggunaan Jimat atau Rajah Tetap Syirik, Walau Berkeyakinan Sekedar Sebab (9)

Sabtu, 31 Desember 2016

Penggunaan Jimat atau Rajah Tetap Syirik, Walau Berkeyakinan Sekedar Sebab (9)

 

Pengingkaran Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu terhadap pemakai jimat, tanpa menanyakan apakah pemakainya berkeyakinan jimat itu sebagai sebab saja atau tidak!

Di dalam kitab At-Tauhid alladzi huwa haqqullahi ‘alal ‘abid disebutkan:

“Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah bahwa ia melihat seorang laki-laki yang di tangannya terdapat (jimat dari) benang untuk (mengobati atau menangkal) penyakit demam, maka dia putuskan benang itu seraya membaca firman Allah Ta’ala:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

Dan sebahagian besar dari mereka tidaklah beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan selain-Nya). (QS. Yusuf:106)”.

Atsar ini shahih dengan menggabungkan seluruh jalan-jalan periwayatannya[1=Lihat : Tanbihat ‘ala kutub takhrij kitab Tauhid, Syaikh Nasir bin Hamd Al-Fahd, hal. 11 dan http://www.ahlalhdeeth.com/vb/archive/index.php/t-239426.html.].

Perhatikanlah, bagaimana pemahaman dan sikap sosok Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang pernah diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi seorang da’i ini!

1. Pemahaman beliau

Dalam mengingkari pemakai jimat tersebut, beliau membawakan ayat ini, padahal sesungguhnya ayat ini untuk membantah pelaku syirik akbar, hal ini menunjukkan bahwa beliau memahami perbuatan memakai jimat itu sebagai bentuk kesyirikan, walaupun kesyirikan pemakai jimat itu secara tingkatan hanyalah sebatas syirik kecil saja.

Faedah : Membantah syirik kecil dengan membawakan ayat yang membantah pelaku syirik akbar adalah sebuah metode pendalilan yang sah, karena kandungan ayat itu sifatnya menyeluruh dan karena masuknya perbuatan jenis syirik kecil kedalam kelompok dosa syirik.

2. Sikap beliau

Beliau mengingkari pemakai jimat tersebut, tanpa menanyakan apakah penggunanya berkeyakinan jimat itu sebagai sebab saja atau tidak!

Pengingkaran Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu terhadap pemakai jimat, tanpa menanyakan apakah pemakainya berkeyakinan jimat itu sebagai sebab saja atau tidak!

Dari Qois bin As-Sakan Al-Asadi radhiyallahu ‘anhu berkata: (Suatu saat) Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bertemu dengan seorang wanita, beliau melihat pada diri wanita tersebut terdapat (jimat) manik-manik karena penyakit humroh[2=Penyakit yang menyerang wajah dan badan], lalu beliaupun memutuskannya dengan tarikan yang kuat. Kemudian beliau berkata:

Sesungguhnya keluarga Abdullah anti syirik!”

Beliau mengatakan pula :

Termasuk perkara yang kami hafal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah

إِنَّ الرُّقَى و التّمَائِمَ والتِّوَلَةَ شِرْكٌ

Sesungguhnya (menggunakan) ruqyah (yang mengandung kesyirikan), tamimah[3=Tamimah adalah jimat yang terbuat dari manik-manik berlubang dirangkai yg dikalungkan di leher anak untuk penangkal serangan penyakit ‘ain] dan tiwalah[4=Tiwalah adalah jimat pelet yang dikenakan oleh suami/istri untuk merekatkan cinta keduanya] adalah syirik![5=As-Silsilah Ash-Shahihah, Syaikh Al-Albani (331), lihat: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=66140 dan http://shamela.ws/browse.php/book-9442/page-644].

Perhatikanlah, bagaimana sikap sosok sahabat Ahli Tafsir, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang sama dengan sikap Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu ketika mendapatkan orang yang memakai jimat tersebut!

Karena memang keduanya mendapatkan pemahaman tentang hakekat syirik langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam!

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semasa hidupnya telah mencontohkan bagaimana mengingkari pemakai jimat tersebut!

Renungkanlah!

Dalam atsar ini, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dalam memahami hadits :

إِنَّ الرُّقَى و التّمَائِمَ والتِّوَلَةَ شِرْكٌ

Sesungguhnya ruqyah (yang mengandung kesyirikan), (menggunakan) tamimah dan tiwalah adalah syirik!, beliau tidaklah menyimpulkan bahwa jika si pemakai berkeyakinan jimat itu sekedar sebagai sebab saja, maka hukumnya boleh!

Buktinya, beliau mengingkari pelakunya tanpa menanyakan hal itu!

Sosok tabi’in yang mulia Abdullah bin Ukaim rahimahullah menolak menggantungkan jimat padahal beliau sedang sakit!

Dari Isa, ia berkata: “Saya pernah datang menengok Abdullah bin Ukaim (berkunyah) Abu Ma’bad Al-Juhani, ia sedang terkena penyakit humrah.

Kami bertanya: “Tidakkah anda menggantungkan jimat ?”. Ia menjawab: Kematian lebih dekat dari hal itu!

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ

Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu, maka urusannya akan diserahkan kepadanya!

(Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2072, Ahmad 3/411, Ibnu Abi Syaibah 7/371 (12/39-4) no. 23923, Al-Haakim 4/216, dan yang lainnya; hasan lighairihi)[6. Web: http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2013/05/jimat-dari-ayat-Al-quran.html].

Perhatikanlah bagaimana sabar dan tawakalnya sosok tabi’in yang mulia Abdullah bin Ukaim rahimahullah ketika menolak menggantungkan jimat padahal beliau sedang sakit!

Dan bandingkanlah dengan keadaan para pemakai jimat pada zaman sekarang!

(Bersambung, in sya Allah)

***
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id



Sumber: https://muslim.or.id/29048-penggunaan-jimat-atau-rajah-tetap-syirik-walau-berkeyakinan-sekedar-sebab-9.html