Setiap muslim ada
yang mengalami masa semangat dan ada yang mengalami rasa malas. Namun ada rasa
malas yang tercela dan ada yang masih terpuji. Dan rasa malas yang datang ini
sifatnya naluri yang bisa jadi ditemukan ketika beramal atau ketika kita
belajar ilmu diin.
Setiap Orang Bisa Futur (Kendor Semangat)
عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ دَخَلْتُ
أَنَا وَيَحْيَى بْنُ جَعْدَةَ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ
الرَّسُولِ قَالَ ذَكَرُوا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَوْلاَةً
لِبَنِى عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ إِنَّهَا قَامَتِ اللَّيْلَ وَتَصُومُ
النَّهَارَ. قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَكِنِّى أَنَا
أَنَامُ وَأُصَلِّى وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ فَمَنِ اقْتَدَى بِى فَهُوَ مِنِّى
وَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ثُمَّ
فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ وَمَنْ كَانَتْ
فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدِ اهْتَدَى »
Dari Mujahid, ia
berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah pernah menemui salah seorang Anshor yang
merupakan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia
berkata, para sahabat Rasul membicarakan bekas budak milik Bani ‘Abdul
Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam (tanpa tidur) dan biasa
berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak puasa). Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku
shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa
yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap
ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat
dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada
bid’ah, maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di
atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad 5:
409).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
أَنَّهُ تَزَوَّجَ امْرَأَةً مِنْ قُرَيْشٍ فَكَانَ لاَ يَأْتِيهَا كَانَ
يَشْغَلُهُ الصَّوْمُ وَالصَّلاَةُ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه
وسلم- فَقَالَ « صُمْ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ». قَالَ إِنِّى
أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ فَمَا زَالَ بِهِ حَتَّى قَالَ لَهُ « صُمْ يَوْماً
وَأَفْطِرْ يَوْماً ». وَقَالَ لَهُ « اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى كُلِّ شَهْرٍ ».
قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ خَمْسَ
عَشْرَةَ ». قَالَ إِنِّى أُطِيقُ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ « اقْرَأْهُ فِى
كُلِّ سَبْعٍ ». حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى كُلِّ ثَلاَثٍ ». وَقَالَ
النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَةً وَلِكُلِّ شِرَةٍ
فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَتُهُ إِلَى سُنَّتِى فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ
فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ »
Dari ‘Abdullah bin
‘Amr, ia berkata bahwa ia telah menikahi wanita dari Quraisy, namun ia tidaklah
mendatanginya (menyetubuhinya) karena sibuk puasa dan shalat (malam). Lalu ia
menceritakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian beliau bersabda, “Berpuasalah setiap bulannya selama tiga hari.”
“Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Lalu ia terus menjawab yang
sama sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan
padanya, “Puasalah sehari dan tidak berpuasa sehari.” Lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata padanya, “Khatamkanlah
Al Qur’an dalam sebulan sekali.” “Aku mampu lebih daripada itu”,
jawabnya. Kalau begitu kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Khatamkanlah
Al Qur’an setiap 15 hari.” “Aku mampu lebih daripada itu”,
jawabnya. Kalau begitu kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Khatamkanlah
Al Qur’an setiap 7 hari.” Lalu ia terus menjawab yang sama sampai
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Khatamkanlah
setiap 3 hari.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
bersabda, “Ingatlah setiap amalan itu ada masa semangatnya. Siapa yang
semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh beruntung. Namun siapa yang
sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa.”
(HR. Ahmad 2: 188. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim,
demikian kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
عَنْ جَعْدَةَ بن هُبَيْرَةَ ،
قَالَ : ذُكِرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْلًى لِبَنِي
عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يُصَلِّي وَلا يَنَامُ ، وَيَصُومُ وَلا يُفْطِرُ ، فَقَالَ :
” أَنَا أُصَلِّي وَأَنَامُ ، وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَلِكُلِّ عَمِلٍ شِرَّةٌ ،
وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ ، فَمَنْ يَكُنْ فَتْرَتُهُ إِلَى السُّنَّةِ ، فَقَدِ
اهْتَدَى ، وَمَنْ يَكُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ ، فَقَدْ ضَلَّ “.
Dari Ja’dah bin
Hubairah, ia berkata bahwa disebutkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengenai bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib, ia shalat
(malam) namun tidak tidur. Ia puasa setiap hari, tidak ada waktu kosong untuk
tidak puasa. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku
sendiri shalat (malam) namun aku tetap tidur. Aku puasa, namun lain waktu aku
tidak berpuasa. Ingatlah, setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan
setiap masa semangat itu pasti ada masa futur (malasnya). Barangsiapa yang
kemalasannya masih dalam sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,
maka dia berada dalam petunjuk. Namun barangsiapa yang keluar dari petunjuk
tersebut, sungguh dia telah menyimpang.” (HR. Thobroni dalam Al
Mu’jam Al Kabir 2: 284. Ja’dah bin Hubairah dalam
riwayat ini diperselisihkan apakah ia seorang sahabat. Riwayat ini mursal sebagaimana ta’liq atau
komentar Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam musnad Imam Ahmad 5: 409)
Beberapa riwayat di
atas menunjukkan bahwa setiap orang akan semangat dalam sesuatu, dan waktu ia
kendor semangatnya. Dan di antara sebab mudah futur (malas dalam ibadah) adalah
karena terlalu berlebihan dalam suatu amalan. Sehingga sikap yang bagus adalah
pertengahan dalam amalan atau belajar, tidak meremehkan dan tidak berlebihan.
—Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
_________
Share Ulang:
- Cisaat, Ciwidey
- Sumber: https://muslim.or.id/13827-datangnya-sifat-malas.html