Hukumnya haram berdasarkan hadits :
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ،
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ
الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ، وَمَهْرِ الْبَغِيِّ، وَحُلْوَانِ الْكَاهِنِ
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yuusuf : Telah
mengkhabarkan kepada kami Maalik, dari Ibnu Syihaab, dari Abu Bakr bin
‘Abdirrahmaan, dari Ibnu Mas’uud Al-Anshaariy radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallammelarang uang hasil penjualan anjing, upah pelacur, dan bayaran dukun [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2237].
حَدَّثَنَا
آدَمُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا عَوْنُ بْنُ أَبِي جُحَيْفَةَ،
عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ، وَآكِلَ الرِّبَا
وَمُوكِلَهُ، وَنَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَكَسْبِ الْبَغِيِّ وَلَعَنَ
الْمُصَوِّرِينَ "
Telah
menceritakan kepada kami Aadam : Telah menceritakan kepada kami
Syu’bah : Telah menceritakan kepada kami ‘Aun bin Abi
Juhaifah, dari ayahnya, ia berkata : “Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang mentato, wanita yang minta ditato, pemakan riba, dan orang yang memberi makan riba. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallammelarang uang hasil penjualan anjing, dan hasil usaha pelacur. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga melaknat para perupa (penggambar/pematung)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5347].
حَدَّثَنِي
سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَعْيَنَ، حَدَّثَنَا
مَعْقِلٌ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، قَالَ: سَأَلْتُ جَابِرًا عَنْ ثَمَنِ
الْكَلْبِ وَالسِّنَّوْرِ؟ قَالَ: زَجَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ "
Telah
menceritakan kepadaku Salamah bin Syabiib : Telah menceritakan kepada
kami Al-Hasan bin A’yun : Telah menceritakan kepada kami
Ma’qil, dari Abuz-Zubair, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada
Jaabir tentang uang hasil penjualan anjing dan kucing. Ia menjawab :
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mencela/melarangnya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1569].
حَدَّثَنَا
إِسْحَاق بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ
الْأَوْزَاعِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي
إِبْرَاهِيمُ بْنُ قَارِظٍ، عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي
رَافِعُ بْنُ خَدِيجٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: " ثَمَنُ الْكَلْبِ خَبِيثٌ، وَمَهْرُ الْبَغِيِّ
خَبِيثٌ، وَكَسْبُ الْحَجَّامِ خَبِيثٌ "
Telah
menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim : Telah mengkhabarkan
kepada kami Al-Waliid bin Muslim, dari Al-Auzaa’iy, dari Yahyaa
bin Abi Katsiir : Telah menceritakan kepadaku Ibraahiim bin Qaaridh,
dari As-Saa’id bin Yaziid : Telah menceritakan kepadaku
Raafi’ bin Khudaij, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda : “Hasil penjualan anjing adalah khabiits (buruk/keji), upah pelacur adalah khabiits, dan hasil usaha tukang bekam adalah khabiits” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1568].
حَدَّثَنَا
الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ أَبُو تَوْبَةَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ، عَنْ قَيْسِ بْنِ
حَبْتَرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ، وَإِنْ
جَاءَ يَطْلُبُ ثَمَنَ الْكَلْبِ، فَامْلَأْ كَفَّهُ تُرَابًا "
Telah
menceritakan kepada kami Ar-Rabii’ bin Naafi’ Abu Taubah :
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Amru, dari
‘Abdul-Kariim, dari Qais bin Habtar, dari ‘Abdullah bin
‘Abbaas, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang
uang hasil penjualan anjing. Dan apabila ada orang yang meminta uang
hasil penjualan anjing, maka penuhilah telapak tangannya dengan
tanah” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3482; shahih].
At-Tirmidziy rahimahullah berkata :
وَالْعَمَلُ
عَلَى هَذَا عِنْدَ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ، كَرِهُوا ثَمَنَ
الْكَلْبِ، وَهُوَ قَوْلُ: الشَّافِعِيِّ، وَأَحْمَدَ، وَإِسْحَاق، وَقَدْ
رَخَّصَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي ثَمَنِ كَلْبِ الصَّيْدِ
“Kebanyakan ulama mengamalkan hadits ini. Mereka memakruhkan (membenci)[1]uang hasil penjualan anjing. Hal tersebut merupakan pendapat Asy-Syaafi’iy, Ahmad, dan Ishaaq[2]. Sebagian ulama memberikan rukhshah (keringanan) dalam uang hasil penjualan anjing untuk berburu” [Sunan At-Tirmidziy, 2/553].
Rukhshah berupa istitsnaa’ (pengecualian) tersebut shahih dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan juga dari sebagian salaf.
أَخْبَرَنِي
إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَسَنِ الْمِقْسَمِيُّ، قَالَ: حدَّثَنَا حَجَّاجُ
بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ،
عَنْ جَابِرٍ، " أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
نَهَى عَنْ ثَمَنِ السِّنَّوْرِ، وَالْكَلْبِ إِلا كَلْبَ الصَّيْدِ ".
Telah
mengkhabarkan kepada kami Ibraahiim bin Al-Hasan bin Al-Miqsamiy, ia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Hajjaaj bin Muhammad, dari
Hammaad bin Salamah, dari Abuz-Zubair, dari Jaabir : Bahwasannya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallammelarang
uang hasil penjualan kucing dan anjing, kecuali anjing untuk berburu
[Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 4295 & 4668 dan dalam dalam Al-Kubraa no. 4788 & 6219].
Meskipun
dhahir sanad riwayat di atas adalah shahih, An-Nasaa’iy
mengatakan bahwa hadits Hajjaaj dari Hammaad bin Salamah tidak shahih.
Di lain tempat ia mengatakan : “Munkar”. Hajjaaj mempunyai mutaba’aat dari beberapa orang perawi, di antaranya Al-Haitsam bin Jamiil :
ثنا
أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ، نَا إِسْحَاقُ بْنُ الْجَرَّاحِ
بِأَذْنَةَ، نَا الْهَيْثَمُ بْنُ جَمِيلٍ. ح وَنا عُثْمَانُ بْنُ
أَحْمَدَ الدَّقَّاقُ، نَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْوَلِيدِ بْنِ
بُرْدٍ، نَا الْهَيْثَمُ بْنُ جَمِيلٍ، نَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ
أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَالسِّنَّوْرِ، إِلا
كَلْبَ صَيْدٍ "
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr An-Naisaabuuriy : Telah mengkhabarkan
kepada kami Ishaaq bin Al-Jarraah di Adznah : Telah mengkhabarkan
kepada kami Al-Haitsam bin Jamiil. Dan telah mengkhabarkan kepada kami
‘Utsmaan bin Ahmad Ad-Daqqaaq : Telah mengkhabarkan kepada kami
Muhammad bin Ahmad bin Al-Waliid bin Burd : Telah mengkhabarkan kepada
kami Al-Haitsam bin Jamiil : Telah mengkhabarkan kepada kami Hammaad
bin Salamah, dari Abuz-Zubair, dari Jaabir, ia berkata :
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang
hasil penjualan anjing dan kucing, kecuali anjing untuk berburu”
[Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy 4/43 no. 3068].
Selain Al-Haitsam bin Jamiil, juga dari ‘Ubaidullah bin Muusaa[3] dan Suwaid bin ‘Amru[4] rahimahumullah.
Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah menshahihkannya dalam Shahiih Sunan An-Nasaa’iy 3/159.
Diriwayatkan pula secara mauquuf dari Jaabir radliyallaahu ‘anhu :
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ،
عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ. وَعَنْ أَبِي الْمُهَزَّمِ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ: " أَنَّهُمَا كَرِهَا ثَمَنَ الْكَلْبِ إلا كلب صيد "
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Wakii’, dari Hammaad bin Salamah, dari Abuz-Zubair,
dari Jaabir – dan dari Abul-Muhazzim, dari Abu Hurairah :
Bahwasannya keduanya membenci uang hasil penjualan anjing, kecuali
anjing untuk berburu [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 6/244 no.
21307].
Perkataan Jaabir adalah shahih, sedangkan perkataan Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhumaa tidak shahih karena kelemahan Abul-Muhazzim.
Wakii’ dalam periwayatan mauquuf tersebut mempunyai mutaba’aat dari Abu Nu’aim[5]dan ‘Abdul-Waahid bin Ghiyaats[6].
Kesimpulan : Haram jual-beli anjing, kecuali anjing untuk berburu atau penjaga hewan ternak.
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[1] Makna makruh di sini adalah haram, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat :
حَدَّثَنَا
أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ، عَنْ
قَيْسِ بْنِ حَبْتَرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَفَعَ الْحَدِيثَ، قَالَ: "
ثَمَنُ الْكَلْبِ، وَمَهْرُ الْبَغِيِّ، وَثَمَنُ الْخَمْرِ، حَرَامٌ "
Telah
menceritakan kepada kami Abu Nu’aim : Telah menceritakan kepada
kami Israaiil, dari ‘Abdul-Kariim, dari Qais bin Habtar, dari
Ibnu ‘Abbaas dan ia memarfu’kannya (pada Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam), ia berkata : “Uang hasil penjualan anjing, upah pelacur, dan uang hasil penjualan khamr adalah haram” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 1/355; shahih].
حَدَّثَنَا
يُونُسُ، قَالَ: أنبا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مَعْرُوفُ بْنُ
سُوَيْدٍ الْجُذَامِيُّ، أَنَّ عَلِيَّ بْنَ رَبَاحٍ حَدَّثَهُمْ، أَنَّهُ
سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لا يَحِلُّ ثَمَنُ الْكَلْبِ، وَلا حُلْوَانُ
الْكَاهِنِ، وَلا مَهْرُ الْبَغِيِّ "
Telah
menceritakan kepada kami Yuunus, ia berkata : Telah memberitakan Ibnu
Wahb, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Ma’ruuf bin
Suwaid Al-Judzaamiy, bahwasannya ‘Aliy bin Rabaah pernah
menceritakan kepada mereka, bahwasannya ia pernah mendengar Abu
Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Tidak halal uang hasil penjualan anjing, bayaran dukun, dan upah pelacur” [Diriwayatkan oleh Abu ‘Awaanah dalam Al-Mustakhraj 3/354-355 no. 5273; shahih].
[2]
Tentang pendapat Ishaaq (bin Rahawaih), ada nukilan lain yang
menyatakan ia termasuk orang yang memberikan rukhshah dalam uang hasil penjualan anjing. Ibnul-Mundzirrahimahullah berkata :
وَرَخَّصَ
فِي ثَمَنِ الْكَلْبِ إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ، وَعَطَاءُ بْنُ أَبِي
رَبَاحٍ، وَإِسْحَاقُ بْنُ رَاهُوَيْهِ، وَاحْتَجَّ بِأَنَّ عُثْمَانَ
قَضَى بِثَمَنِهِ عَلَى قَاتِلِهِ
“Ibraahiim An-Nakha’iy, ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah, dan Ishaaq bin Rahawaih memberikanrukhshah (keringanan)
pada uang hasil penjualan anjing; dimana mereka berhujjah bahwa
‘Utsmaan pernah memutuskan orang yang membunuh anjing tersebut
untuk mengganti uang yang senilai” [Al-Ausath no. 172].
Riwayat Ibraahiim rahimahullah adalah sebagai berikut :
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سَعِيدٍ،
عَنْ إبْرَاهِيمَ، قَالَ: لَا بَأْسَ بِثَمَنِ كَلْبِ الصَّيْدِ "
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Wakii’, dari Sufyaan, dari Sa’iid, dari
Ibraahiim, ia berkata : “Tidak mengapa dengan uang hasil
penjualan anjing untuk berburu” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah 6/246 no. 21312; shahih].
Riwayat ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah rahimahullah adalah sebagai berikut :
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي
زَائِدَةَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، قَالَ: إنْ قَتَلْتَ
كَلْبًا لَيْسَ بِعَقُورٍ، فَاغْرَمْ لِأَهْلِهِ ثَمَنَهُ "
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Yahyaa bin Zakariyyaa bin Abi Zaaidah, dari Ibnu Juraij,
dari ‘Athaa’, ia berkata : “Jika engkau membunuh
anjing yang tidak buas, bayarlah ganti rugi uang kepada
pemiliknya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 6/247 no. 21314;
shahih].
Pengecualian anjing yang digunakan untuk berburu juga merupakan pendapat Az-Zuhriy dan sebagian salaf lainnya rahimahumallah.
حَدَّثَنَا
ابْنُ أَبِي دَاوُدَ، قَالَ: ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، قَالَ:
حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَقِيلٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ،
أَنَّهُ قَالَ: " إِذَا قُتِلَ الْكَلْبُ الْمُعَلَّمُ، فَإِنَّهُ
يُقَوِّمُ قِيمَتَهُ فَيَغْرَمُهُ الَّذِي قَتَلَهُ "
Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abi Daawud, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Shaalih, ia berkata :
Telah menceritakan kepadaku Al-Laits, ia berkata : Telah menceritakan
kepadaku ‘Aqiil, dari Ibnu Syihaab, bahwasannya ia pernah berkata
: “Apabila seekor anjing terlatih dibunuh, maka orang yang
membunuhnya harus membayar uang ganti rugi yang senilai”
[Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar 4/59 no. 5730; hasan].
حَدَّثَنَا
بَحْرٌ، قَالَ: ثنا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ
بِلالٍ، عَنْ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى ابْنِ
حِبَّانَ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ: كَانَ يُقَالُ يُجْعَلُ فِي الْكَلْبِ
الضَّارِي إِذَا قُتِلَ أَرْبَعُونَ دِرْهَمًا "
Telah
menceritakan kepada kami Bahr, ia berkata : Telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Sulaimaan bin
Bilaal, dari Yahyaa bin Sa’iid, dari Muhammad bin Yahyaa bin
Hibbaan Al-Anshaariy, ia berkata : “Dulu dikatakan apabila seekor
anjing untuk berburu dibunuh, maka ganti rugi yang mesti dibayar
sebesar empatpuluh dirham” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar 4/59 no. 5731; shahih].
[3] Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy no. 3067; shahih.
[4] Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy no. 3069; dla’iif.
[5] Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar 4/58 no. 5728; shahih.
[6] Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 6/6; shahih.
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2012/08/hukum-jual-beli-anjing.html
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2012/08/hukum-jual-beli-anjing.html