Islam Pedoman Hidup: Pembagian Laba dan Rugi dalam Mudlarabah

Rabu, 17 Februari 2016

Pembagian Laba dan Rugi dalam Mudlarabah

Pertanyaan :
“Ada seseorang menerima modal (uang) untuk diusahakan. Pada kali pertama ia mendapatkan keuntungan, dan kali kedua ia mendapatkan kerugian. Pihak pengelola modal berkata : ‘Kita bagi dulu keuntungan yang didapat pada kali pertama, dan kemudian kerugian yang timbul pada kali kedua merupakan tanggungan pemilik modal’. Apakah ini dibenarkan ?
Jawab :
Perkataan yang diucapkan oleh pengelola modal itu keliru/salah. Yang benar dalam permasalahan itu adalah : ‘Keuntungan itu menambal kerugian’. Apabila keuntungan masih tersisa setelah pengembalian pokok modal, maka itulah yang dibagi antara pengelola modal dan pemilik modal sesuai dengan persyaratan/perjanjian yang telah disepakati. Demikianlah yang dikatakan oleh para ulama.
Dalam Al-Mughniy (5/169) Ibnu Qudamah berkata :
مسألة : وليس للمضارب ربح حتى يُسَلِّم رأس المال إلى ربه - أي صاحبه - ومتى كان في المال خسران ورِبْح ؛ جُبِرَتْ الوضيعة من الربح ، سواء كان الخسران والربح في مرة واحدة ، أو الخسران في صفقة ، والربح في أخرى ، أو أحدهما في سفرة ، والآخر في أخرى ؛ لأن معنى الربح هو الفاضل عن رأس المال ، وما لم يفضل ؛ فليس بربح ، ولا نعلم في هذا خلافًا " اهـ
“Permasalahan : Tidak diperbolehkan bagi pihak pengelola modal (dalam mudlarabah) mengambil keuntungan hingga ia mengembalikan pokok modal kepada pemiliknya. Apabila terjadi kerugian dan keuntungan, maka kerugian itu ditambal/ditutup dengan keuntungan. Sama saja, apakah kerugian dan keuntungan itu terjadi pada waktu yang bersamaan, atau masing-masing kerugian dan keuntungan terjadi pada waktu yang berbeda. Karena makna dari keuntungan adalah tambahan dari pokok modal. Jika tidak ada tambahan, maka tidak ada keuntungan. Kami tidak mengetahui adanya perselisihan pendapat dalam masalah ini” [selesai].
Hal yang semisal juga dikatakan oleh Ibnul-Mundzir dalam Al-Ijmaa’ (hal. 112 no. 534) :
وأجمعوا على أن قَسْمَ الربح جائز إذا أخذ رب المال رأس المال
“Para ulama telah sepakat bahwa pembagian keuntungan diperbolehkan jika pemilik modal telah mengambil pokok modal” [selesai].
Akan tetapi Ibnu Hazm rahimahullah menyebutkan dalam Maraatibul-Ijmaa’ (hal. 93) adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam hal ini. Bagaimanapun, yang raajih adalah yang telah disebutkan sebelumnya dari perkataan Ibnul-Mundzir dan (Ibnu Qudamah) Al-Maqdisiy apabila keuntungan belum diselesaikan (dibagi). Namun jika keuntungan telah diselesaikan (dibagi) dan ditetapkan, serta masing-masing pihak telah mengambil bagian (keuntungan)-nya – lalu setelah itu terjadi kerugian, maka dalam hal ini tidak diperbolehkan bagi pemilik modal berkata (kepada pengelola modal) : “Kembalikanlah keuntungan yang telah engkau ambil untuk menutupi kerugian’. Hal itu dikarenakan keuntungan yang telah diambil oleh pengelola modal telah menjadi miliknya yang tidak boleh dirampas atau dirugikan. Wallaahu a’lam.
[Asy-Syaikh Abul-Hasan Musthafa As-Sulaimaniy Al-Mishriy dalam Silsilah Al-Fataawaa Asy-Syar’iyyah – ditulis oleh Abul-Jauzaa’ Al-Bogoriy, menjelang buka puasa, tanggal 2 Ramadlan 1430 H]
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2009/08/pembagian-laba-dan-rugi-dalam.html