Pembagian Nadzar
- Nadzar mutlak: seperti perkataan: Saya bernadzar atas nama Allah untuk tidak melakukan ini, apabila dia melakukannya, maka dia wajib untuk membayar kafarat yamin.
- Nadzar ketika marah: yaitu ketika mengikat nadzarnya dengan suatu syarat yang bertujuan untuk tidak melaksanakannya, atau agar bisa melaksanakannya, atau untuk meyakinkannya ataupun juga untuk mendustakannya, seperti perkataan: Apabila berbicara terhadapmu, maka saya harus melaksanakan haji, pada saat ini dia diberi pilihan antara melaksanakan apa yang dia nadzarkan atau dengan membayar kafarat.
- Nadzar melakukan perbuatan mubah: seperti orang yang bernadzar untuk memakai pakaiannya atau menunggangi hewan tunggangannya ataupun lainnya, pada kesempatan inipun dia diberi pilihan antara pelaksanaan nadzar dan kafarat yamin.
- Nadzar makruh: seperti nadzar untuk bercerai dan semisalnya, pada kesempatan ini dia dianjurkan untuk membayar kafarat dan tidak melaksanakan nadzarnya.
- Nadzar maksiat: seperti orang yang bernadzar untuk membunuh seseorang, meminum khomer, berzina ataupun untuk berpuasa pada hari lebaran, nadzar yang seperti ini tidak dibenarkan dan haram untuk dilaksanakan, baginyapun kafarat yamin, sebagaimana sabda Rasulullah:
لاَ نَذْرَ فِي مَعْصِيَةٍ، وَكَفَّارَتُهُ كَفَّارَةُ يَمِيْنٍ. ( أخرجه أبو داود والترمذي )
“Tidak ada nadzar dalam kemaksiatan, dan kafaratnya adalah kafarat yamin” HR. Abu Dawud dan Tirmidzi[1]
- Nadzar ta’at:
Baik
itu secara mutlak, seperti mengerjakan shalat, puasa, haji, umroh,
I’tikaf dan semisalnya dengan niat bertakarrub kepada Allah, yang
seperti ini wajib untuk dilaksanakan.
Atau juga yang bentuknya mu’allaq (bergantung
pada sesuatu), seperti: apabila Allah menyembuhkan penyakitku atau
apabila aku mendapatkan keuntungan, maka atas nama Allah aku harus
mengeluarkan sekian untuk sedekah atau aku harus berpuasa dan
semisalnya. Apabila apa yang dia syaratkan tercapai, maka dia wajib
untuk melaksanakannya. Pelaksanaan nadzar merupakan suatu ibadah yang
wajib untuk dilaksanakan. Allah telah memuji kaum Mukminin karena
mereka melaksanakan nadzarnya.
- Allah berfirman tentang sifat orang-orang yang berbuat kebajikan:
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana” QS. Al-Insaan: 7
- Allah berfirman:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُمْ مِنْ نَذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” QS. Al-Baqarah: 270
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيْعَ اللهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ
نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ. ( أخرجه البخاري )
- Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha: bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa yang bernadzar untuk melaksanakan keta’atan terhadap Allah maka hendaklah dia melaksanakannya, dan barang siapa yang bernadzar untuk bermaksiat terhadap-Nya maka hendaklah dia tidak memaksiati-Nya” HR. Bukhori[2].
Barang
siapa yang telah bernadzar untuk melaksanakan suatu keta’atan dan dia
meninggal sebelum melaksanakannya, maka hendaklah nadzar itu
dilaksanakan oleh walinya.
Barang
siapa yang telah bernadzar untuk melaksanakan keta’atan kemudian dia
tidak mampu melaksanakannya, maka dia wajib untuk membayar kafarat
yamin.
Nadzar
merupakan suatu yang berhukum makruh, sebagaimana perkataan Ibnu Umar:
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam melarang nadzar dan bersabda:
” إِنَّهُ لاَ يَرُدُّ شَيْئًا وَلَكِنَّهُ يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنَ الْبَخِيْلِ. ( متفق عليه )
“Sesungguhnya dia tidak menolak sesuatu, akan tetapi dia bersumber dari seorang kikir” Muttafaq Alaihi[3].
Nadzar dimakruhkan terhadap segala sesuatu yang memberatkan seorang hamba dari amalan serta keta’atan.
Barang
siapa yang bernadzar dengan sesuatu yang tidak dia sanggupi dan
mendatangkan kesulitan besar baginya, seperti dia yang bernadzar untuk
melaksanakan tahajjud semalam penuh, berpuasa selamanya, bersedekah
dengan seluruh hartanya, pergi haji atau umroh dengan berjalan kaki,
maka yang demikian tersebut tidak wajib untuk dilaksanakan, dan dia
berkewajiban untuk membayar kafarat yamin.
Riwayat Tirmidzi no (1524), shohih Sunan Tirmidzi no (1231). [1]
from=http://klikuk.com/ringkasan-fikih-islam-macam-macam-nadzar/