Rasulullah ﷺ
bersabda: “Sesungguhnya kalian sekarang ini berada pada zaman yang
banyak para ulamanya dan sedikit para khatib-nya (para penceramah), barangsiapa
yang meninggalkan sepersepuluh dari yang ia ketahui, berarti ia
telah sesat (binasa). Dan setelah itu akan datang suatu zaman yang
banyak khatibnya, tetapi sedikit ulamanya, maka barangsiapa yang
berpegang (beramal) dengan sepersepuluh dari apa yang ia ketahui berarti ia
telah selamat” [Hasan: HR. Al-Harawi dalam Dzmmul Kalaam wa
Ahlihi (I/401-402, no.100) tahqiq Abu Jabir ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Utsman
al Anshari, Cet I, Maktabah Ghuraba’ Atsariyyah th. 1419H, dan Ahmad (V/155)
dari Shahabat Abu Dzarr al Ghifari radi’allahu anhu. Hadits Ini dihasankan oleh
Syaikh Al Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no.2510)]
Sabda beliau ﷺ, “Kalian pada hari ini,” yang
dimaksud adalah para Shahabat, dan mereka betul-betul melaksanakan ajaran Islam
dengan sempurna sehingga bila ada seorang di antara mereka meninggalkan
sepersepuluh saja dari ajaran Islam maka ia telah binasa. Allaahul Musta’aan.
Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah
ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah setan. Sungguh, dia musuh yang nyata bagimu" (QS. Al-Baqarah:208).
Dan para shahabat adalah orang-orang yang masuk Islam secara
kaffah (menyeluruh).
Tetapi nanti akan datang suatu zaman sepeninggal para
shahabat, yang barangsiapa berpegang dengan sepersepuluh dari perkara Islam
yang dia ketahui, maka ia akan selamat. Karena pada zaman itu terdapat banyak
perbuatan syirik, bid’ah, khurafat, dan maksiat. Kaum Muslimin tidak mengetahui
Islam yang murni, yang Nabi ﷺ
ajarkan. Sebagian kaum Muslimin beragama dengan mengikuti ajaran
(warisan) nenek moyang.
Pada zaman sekarang, tolok ukur manusia dalam menilai sesuatu sudah rusak. Mereka menganggap bahwa “orang alim/ulama” adalah setiap orang yang dapat memberikan nasehat yang dapat menyentuh hati atau memberikan ceramah dengan semangat berapi-api, atau khutbah Jum’at dengan retorika yang mengesankan. Mereka inilah yang dianggap sebagai “ulama” sehingga orang-orang awam belajar dengan mereka bahkan meminta fatwa kepada mereka. Wallaahul Musta’aan.
________________
Sumber: Mulia dengan Manhaj Salaf (Bab.3 Hal.53-54)
Oleh : Yazid bin Abdul Qadir Jawas (Abu Fat-hi)