Islam Pedoman Hidup: Ancaman Allah Untuk Media-Media Penyebar Dusta

Jumat, 27 Januari 2017

Ancaman Allah Untuk Media-Media Penyebar Dusta


Media saat ini dengan mudahnya membolak-balikkan fakta. Yang benar terlihat salah. Dan yang salah terlihat benar. Itu semua karena ulah beberapa media yang menjamur saat ini. Baik itu media cetak maupun media online. Semua hal bisa berubah hanya untuk mementingkan isi perut belaka.

Terlebih beraninya mereka membuat sebuah tuduhan dan fitnah tanpa adanya bukti yang disahkan. Seseorang dapat dituduh berselingkuh, namun bukti tak ada. Seseorang dapat difitnah tidur malam di hotel esek-esek, namun bukti itu tak ada lagi. Seseorang dapat dituding korupsi, namun lagi-lagi bukti itu tak ada. Namun mengapa mereka begitu berani untuk memfitnah dan menuduh kehormatan seseorang? Ya, jawabannya adalah “itulah media bobrok dan bejat”.

Ini semua  adalah ulah sebagian media, dan sangat disayangkan banyak orang-orang pintar yang tertipu dengan beberapa media bobrok seperti ini. Orang pintarnya saja bisa tertipu dan ikut share, maka bagaimana dengan orang bodohnya?!

Media-media seperti ini diancam oleh Allah ta’ala dengan ancaman yang sangat keras. Dan orang-orang yang menyebarkannya juga mendapatkan ancaman yang sama.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang suka agar kekejian tersebar mengenai orang-orang yang beriman maka dia mendapatan adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui apa yang tidak kalian ketahui” (QS. An-Nur: 19)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di -rahimahullah- berkata ketika menafsirkan ayat ini:

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ أي: الأمور الشنيعة المستقبحة المستعظمة، فيحبون أن تشتهر الفاحشة {فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} أي: موجع للقلب والبدن، وذلك لغشه لإخوانه المسلمين، ومحبة الشر لهم، وجراءته على أعراضهم، فإذا كان هذا الوعيد، لمجرد محبة أن تشيع الفاحشة، واستحلاء ذلك بالقلب، فكيف بما هو أعظم من ذلك، من إظهاره، ونقله؟ " وسواء كانت الفاحشة، صادرة أو غير صادرة. وكل هذا من رحمة الله بعباده المؤمنين، وصيانة أعراضهم، كما صان دماءهم وأموالهم، وأمرهم بما يقتضي المصافاة، وأن يحب أحدهم لأخيه ما يحب لنفسه، ويكره له ما يكره لنفسه

Firman Allah ta’ala: ‘Sesungguhnya orang-orang yang menyukai kekejian tersebar’. Maksudnya adalah Perkara-perkara yang mengerikan,  yang buruk, dan yang besar. Maka mereka suka agar kekejian itu dikenal luas pada orang-orang yang beriman. Maka mereka mendapatkan adzab yang pedih. Yakni: yang menyakitkan hati dan badan. Dan hal tersebut karena kecurangan mereka untuk saudara-saudara yang muslim, dan rasa suka mereka agar keburukan terjadi padanya, dan karena keberanian mereka untuk menghancurkan kehormatannya.

Jika ancaman keras ini Allah munculkan hanya karena sebab kecintaan mereka agar kekejian tersebar, maka bagaimana dengan perbuatan yang lebih besar dari itu dengan memunculkan fitnah dan menyebarkanya? Baik keburukan itu sudah tampak atau belum tampak. Dan semua ini adalah dari kasih sayang Allah ta’ala untuk hamba-hambaNya yang beriman dan dari penjagaan Allah untuk kehormatan mereka. Sebagaimana Allah menjaga darah dan harta mereka, maka Allah juga memerintahkan apa yang menjadi konsekuensi agar untuk memurnikan kehormatan mereka. Dan agar mereka mencintai untuk saudaranya apa yang mereka cintai untuk dirinya. Dan agar mereka membenci untuk saudaranya apa yang mereka benci untuk dirinya” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman hal. 563)

Dan kita semua tahu hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ

Setiap muslim atas muslim lainnya maka haram darahnya, dan haram hartanya, serta haram kehormatannya” (HR. Muslim)

Seandainya benar apa yang terjadi, maka haram atas kita untuk menyebar luaskan kesalahan saudara kita. Karena itu termasuk ghibah. Jika yang benar saja haram untuk kita sebar luaskan, lantas bagaimana jika hal itu tidak benar? Maka ini adalah fitnah dan dosanya jauh lebih besar dari pada ghibah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

أتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟  قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: «إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

Tahukah kalian apa itu ghibah?’ Maka para sahabat berkata: ‘Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui’. Maka beliau bersabda: ‘Ghibah adalah engkau menyebut identitas saudaramu dengan apa yang tidak ia suka’. Maka beliau ditanya: ‘Bagaimana jika seandainya apa yang aku katakan benar-benar terjadi pada saudaraku?’ Maka beliau menjawab: ‘Jika benar apa yang kamu katakan mengenai saudaramu, maka engkau telah meng-ghibahi-nya. Dan jika tidak benar apa yang kamu katakan mengenai saudaramu, maka kamu telah memfitnahnya” (HR. Muslim)

Jika dosa ghibah saja adalah dosa besar, maka bagaimana lagi dengan dosa fitnah?!

Terlebih orang-orang yang ikut menyebarkannya dan men-share beritanya juga mendapatkan bagian dosa yang sama.

Allah ta’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah kalian tolong menolong di atas dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah begitu keras hukumannya” (QS. Al-Maidah: 2)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukuplah seseorang itu dikatakan pendusta, ketika dia selalu berbicara setiap apa yang ia dengar (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, beliau bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukuplah seseorang mendapatkan dosa, ketika dia selalu berbicara setiap apa yang ia dengar” (HR. Abu Daud)

Inilah yang terjadi. Setiap berita apa yang ia dapatkan, dishare seketika. Setiap kabar yang ia terima, disebarkan dalam sekejap. Inilah pendusta dan pendosa yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maksud.


Semoga kita semua terhindar dari media-media saat ini. Dan semoga Allah memberi hidayah untuk seluruh kaum muslimin yang masih suka menyebarkan sebuah berita namun belum diketahui akan kebenarannya. Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.
____________

PenulisMuhammad Abdurrahman Al Amiry

Artikelalamiry.net (Kajian Al Amiry)

from=http://www.alamiry.net/2017/01/ancaman-allah-untuk-media-media-penyebar-dusta.html