Kisah Imam Ahmad rahimahullah ketika Menghadapi Fitnah
Perhatikanlah begitu menakjubkan sikap Imam Ahmad rahimahullah,
sosok yang mendapatkan anugerah Allah berupa ketajaman pandangan jauh
ke depan, beliau mampu melihat akibat buruk yang akan ditimbulkan dari
sebuah fitnah. Pahami dan hayati kisah sang Imam tersebut, dan
bayangkan bagaimanakah seandainya fitnah yang dihadapi oleh Imam Ahmad
tersebut terjadi di tengah-tengah masyarakat kita?
Berikut kisah singkatnya, suatu saat sejumlah ulama Baghdad mendatangi Imam Ahmad rahimahullah di
rumahnya. Ketika itu kaum muslimin sedang menghadapi fitnah munculnya
pendapat dari penguasa yang menyatakan bahwa Alquran itu makhluk dan
masalah lainnya. Mereka mengatakan kepada Imam Ahmad, “Wahai Abu Abdillah (Imam Ahmad), masalah ini sudah semakin membesar dan tersebar (luas), maka Imam Ahmad pun balik bertanya tentang maksud mereka,“Apa yang kalian inginkan?”
“Kami
ingin bermusyarah (dengan Anda) untuk menyatakan sikap politik bahwa
kita tidak ridha dengan kepemimpinannya dan pemerintahannya” jawab mereka.
Lalu Imam Ahmad rahimahullah mendebat mereka sesaat lamanya dan beliaupun berkata,
عليكم
بالنكرة بقلوبكم ولا تخلعوا يدا من طاعة ولا تشقوا عصا المسلمين ولا
تسفكوا دماءكم ودماء المسلمين معكم، انظروا في عاقبة أمركم واصبروا حتى
يستريح بر أو يستراح من فاجر
“Saudara-saudara
wajib mengingkarinya dengan hati, namun janganlah kalian mencabut
ketaatan kalian (kepada penguasa) dan janganlan kalian memecah belah
barisan kaum muslimin. Janganlah pula kalian alirkan darah kalian dan
darah kaum muslimin bersama kalian. Perhatikanlah akibat (buruk) dari
sikap kalian dan bersabarlah hingga orang yang baik dapat hidup tentram
atau masyarakat merasa aman dari keburukan orang-orang yang jahat” (Diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Khallali dalam kitab As-Sunnah, no. 90).
Ajakan Imam Ahmad rahimahullah ini
sesungguhnya didasarkan kepada pandangan beliau yang jauh terhadap
akibat buruk yang dikhawatirkan menimpa pelakunya. Namun, sangat
disayangkan bahwa mereka tidak menghiraukan nasehat sang Imam! Bahkan,
mereka malah mengajak putra dari saudara laki-laki Imam Ahmad untuk
ikut serta mengambil langkah politis tersebut. Bapaknyapun tidak
tinggal diam, saudara Imam Ahmad itu melarang putranya untuk ikut serta
dengan mengatakan, “Hati-hatilah,
(jangan sampai) engkau menyertai mereka, karena sesungguhnya Imam Ahmad
tidaklah melarang mereka kecuali agar mereka tidak terjatuh kedalam
keburukan!” lalu iapun menyampaikan udzurnya.
Singkat
cerita, mereka tetap mengambil langkah politis keluar dari ketaatan
kepada penguasa tatkala itu, akibatnya apa yang dikhawatirkan oleh sang
Imam pun terjadi, diantara mereka ada yang terbunuh, dan ada pula yang
dipenjara, semua itu terjadi tanpa menghasilkan perbaikan apa-apa.
Kisah ini membuktikan bahwa sikap berhati-hati, mempertimbangkan
masak-masak akibat buruk sebuah masalah, dan tidak terburu-buru dalam
mengambil keputusan, termasuk sesuatu yang paling bermanfaat bagi
seorang hamba, baik untuk dunianya maupun nasib di akhiratnya.
Nasehat Pakar Tafsir di Kalangan Sahabat, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tentang Sikap yang Benar dalam Menghadapi Fitnah
Seorang sahabat yang mulia, Ahli Tafsir Alquran, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah mengucapkan ucapan emas, sebagai nasehat bagi kita semua di dalam menghadapi fitnah.
Beliau berkata,
إنها ستكون أمور متشابهات: فعليكم بالتُّؤَدَة، فإنك أن تكون تابعا في الخير خيرً من أن تكون رأساً في الشر
“Sungguh
kelak akan muncul perkara -perkara yang samar (fitnah), maka kalian
harus bersikap tenang (tidak terburu-buru), karena sesungguhnya engkau
menjadi seorang pengikut dalam kebaikan itu lebih baik daripada engkau
menjadi pemimpin dalam keburukan” (Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al-Mushannaf : 38343 dan Al-Baihaqi dalam kitab Asyu’ab: 9886).
[Bersambung]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.or.id
Sumber: http://muslim.or.id/29252-dampak-fitnah-3.html