Pertanyaan:
Saya
melihat di koran-koran dan selebaran di jalan-jalan bahwa mereka
menyesalkan masih adanya umiyyah, dan mereka menganggap hal ini
merupakan tanda keterbelakangan. Padahal Allah Ta’ala menyifatkan umat ini sebagai umat yang ummi. Ia berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ
“Ia lah Allah yang mengutus Rasul kepada umat yang ummi dari kalangan mereka” (QS. Al Jumu’ah: 2).
Maka saya mohon penjelasan dari anda mengenai hal ini. (Muhammad A. – Riyadh)
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjawab:
Umat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dahulu dari kalangan Arab dan kalangan ‘ajam (non-Arab), mereka tidak biasa membaca dan tidak biasa menulis. Oleh karena itu mereka disebut sebagai umat yang ummi. Ummi artinya yang menulis dan membaca di antara mereka sangat-sangat sedikit jika dibandingkan dengan kaum-kaum selain mereka.
Demikian juga Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau tidak biasa membaca tulisan dan tidak biasa menulis. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
“Dan
kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan
kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu;
andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang
yang mengingkari(mu).” (QS. Al Ankabut: 48).
Dan fakta ini merupakan bukti benarnya kerasulan dan kenabian Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.
Karena beliau membawa Al Qur’an yang luar biasa dan istimewa di mata
orang-orang Arab dan juga non-Arab, yang tidak lain ini adalah wahyu
dari Allah kepadanya (bukan karangan beliau sendiri, pent.), yang
diturunkan kepada beliau melalui ruuhul amin (Jibril) ‘alaihissalam.
Dan Allah juga mewahyukan as sunnah (hadits) yang suci dan berbagai ilmu tentang keadaan di zaman dahulu. Allah Ta’ala juga
mewahyukan kepada beliau ilmu mengenai hal-hal yang terjadi di akhir
zaman dan hal-hal yang terjadi di hari kiamat. Sebagaimana Rasulullah
telah mengabarkan kepada kita mengenai keadaan surga, neraka dan
penduduknya. Itu diantara keutamaan yang Allah berikan kepada beliau
yang tidak diberikan kepada selain beliau. Dan beliau telah memberi
bimbingan kepada manusia untuk mencapai kedudukan yang tinggi walaupun
beliau disifati dengan ummiyyah.
Karena sifat ummiyah pada diri Rasulullah adalah salah satu bukti yang paling jelas atas kenabian dan kerasulan beliau. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
“Dan
kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan
kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu;
andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang
yang mengingkari(mu)” (QS. Al Ankabut: 48).
Adapun Allah menyifati umat dengan ummiyyah ini
bukanlah maksudnya anjuran untuk tetap berada dalam keadaan tersebut.
Namun maksudnya adalah sekedar kabar mengenai kondisi mereka ketika
itu, yaitu ketika Allah mengutus Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam kepada
mereka. Dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah banyak yang
menunjukkan anjuran untuk mempelajari ilmu, untuk bisa baca-tulis, dan
keluar dari kondisi ummiyyah. Allah Subhanahu berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?” (QS. Az Zumar: 9).
Allah Subhanahu juga berfirman:
أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al Mujadalah: 11).
Allah Subhanahu juga berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة
“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah akan mudahkan ia masuk surga dengan sebab hal itu” (HR. Muslim).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقه في الدين
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, niscaya Allah akan pahamkan ia ilmu agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
Ayat dan hadits yang semakna dengan ini sangat banyak sekali. Wabillahi at taufiq.
***
Sumber: https://binbaz.org.sa/fatawa/169