Doa Ziarah Ke Makam
Assalammu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.. Ustadz
ana boleh minta teks do’a Ziarah k.Maqam sama do’a untuk mendo’akan org yg udh
wafat ? Syukron. Wassalammu’alaikum..
Dikirim
dari iPhone saya (Dari:
Fachry Zayn Qalby)
Jawaban:
Wa
alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh
Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertama, tujuan yang
manfaatnya kembali kepada orang yang berziarah. Bentuknya mengingatkan orang
yang berziarah akan kematian dan kehidupan dunia yang fana. Bekal utama mereka
adalah iman dan amal soleh.
Tujuan
ini yang sering ditekankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam hadis dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمِ الْآخِرَةَ
”Dulu
aku melarang kalian untuk ziarah kubur. Sekarang lakukanlah ziarah kubur,
karena ziarah kubur mengingatkan kalian akan akhirat.” (HR. Ahmad 1236
dan dishahihkan oleh Syuaib al-Arnauth).
Dalam
riwayat lain, beliau bersabda,
فَزُورُوَا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكّركُمُ الـمَوتَ
“Lakukanlah
ziarah kubur, karena ziarah kubur akan mengingatkan kalian tentang kematian.”
(HR. Ibn Hibban 3169 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
Kedua, tujuan yang
manfaatnya kembali kepada mayit
Bentuknya
adalah salam dari pengunjung dan doa kebaikan untuk mayit, serta seluruh
penghuni kubur lainnya. Orang mati yang sudah tidak mampu menambah amal, dia
sangat membutuhkan doa orang yang masih hidup.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita doa ketika
berziarah kubur. Teks doanya,
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
“Semoga
keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan)
orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati orang-orang
yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami insya Allah
akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.” (HR.
Ahmad 25855, Muslim 975, Ibnu Hibban 7110, dan yang lainnya).
Hadis
ini diajarkan kepada A’isyah radhiyallahu ‘anha, ketika beliau
bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang doa yang
dibaca pada saat ziarah kubur.
Bisa
juga dengan bacaan yang lebih ringkas,
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mengunjungi kuburan. Kemudian beliau berdoa,
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ
“Keselamatan
untuk kalian, wahai penghuni rumah kaum mukiminin. Kami insyaa Allah akan
menyusul kalian.” (HR. Muslim 249).
Tidak Dianjurkan Membaca al-Quran di Kuburan
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika
seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal;
dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang
mendoakannya.” (HR. Muslim 1631).
Imam
an-Nawawi (w. 676 H) – salah satu ulama madzhab Syafiiyah – menjelaskan hadis
ini, dengan mengatakan,
وَفِيهِ أَنَّ الدُّعَاء يَصِل ثَوَابه إِلَى الْمَيِّت , وَكَذَلِكَ الصَّدَقَة ….وَأَمَّا قِرَاءَة الْقُرْآن وَجَعْل ثَوَابهَا لِلْمَيِّتِ وَالصَّلاة عَنْهُ وَنَحْوهمَا فَمَذْهَب الشَّافِعِيّ وَالْجُمْهُور أَنَّهَا لا تَلْحَق الْمَيِّت
Dalam
hadis ini terdapat dalil bahwa doa akan sampai pahalanya kepada mayit, demikian
pula sedekah… sedangkan bacaan al-Quran, kemudian pahalanya dihadiahkan untuk
mayit, atau shalat atas nama mayit, atau amal ibadah lainnya, menurut madzhab
Imam as-Syafii dan mayoritas ulama, amalan ini tidak bisa diberikan kepada
mayit. (Syarh Shahih Muslim, 11/85).
Mendoakan Mayit Bisa Dimanapun
Seluruh
orang yang telah meninggal, sangat membutuhkan doa baik dari mereka yang hidup,
karena mayit tidak lagi mampu beramal.Karena itu, jangan sampai kita memiliki
prinsip, hanya mendoakan keluarga yang telah meninggal jika kita ziarah kubur.
Padahal, ziarah kubur tidak mungkin bisa sering kita lakukan. Umumnya orang
hanya setahun sekali.
Untuk
itu, penting dipahami bahwa mendoakan mayit bisa dilakukan kapanpun dan
dimanapun. Anda tidak perlu bergantung kepada kuburan, ketika hendak mendoakan
mayit. Anda bisa doakan keluarga yang telah meninggal, ketika di masjid, seusai
shalat tahajud, atau ketika di tempat mustajab pada saat haji atau umrah.
Allah
ajarkan prinsip mendoakan saudara kita yang telah meninggal, dalam firman-Nya,
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
“Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman
lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Jika
kita renungkan, sejatinya adanya saling mendoakan antara yang hidup dan yang
mati, merupakan bagian dari nikmat Allah kepada orang yang beriman. Karena
ikatan iman, orang yang masih hidup bisa tetap memberikan doa kepada orang
lain, meskipun dia sudah meninggal.
Tidak Boleh Mendoakan Orang Kafir yang Meninggal
Ketika Abu Thalib meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat sedih. Sedih bukan karena ditinggal pamannya, tapi sedih karena sang paman mati dalam keadaan musyrik. Pamannya tidak bersedia mengucapkan laa ilaaha illallah.
Karena
saking sedihnya, sampai beliau bersumpah untuk memohonkan ampunan bagi
pamannya,
وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ
”Demi
Allah, aku akan memohonkan ampunan untukmu, selama aku tidak dilarang.” (HR. Bukhari
1360 & Muslim 24).
Karena
peristiwa ini, Allah menurunkan teguran kepada beliau,
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ( ) وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
Tiadalah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada
Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum
Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu
adalah penghuni neraka jahanam. ( ) Sementara permintaan ampun dari Ibrahim
(kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa
bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun. (QS. At-Taubah:
113 – 114).
Nabi
Ibrahim pernah mendoakan ayahnya dengan doa ampunan,
سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
Berkata
Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS. Maryam:
47)
Dan doa
ini beliau panjatkan sebelum beliau tahu, ayahnya akan mati kafir.
Allahu
a’lam
Share Ulang:
- Cisaat, Ciwidey.
- Sumber: https://konsultasisyariah.com/20865-doa-ziarah-kubur.html