Oleh
Syaikh Su’ud Syuraim
Syaikh Su’ud Syuraim
Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan rahmat. Pada bulan
ini, jiwa-jiwa yang suci akan tampak nyata, dan semangat meraih derajat keimanan
paling tinggi semakin kuat. Pada bulan ini, kecintaan kepada al-Qur’ân,
keinginan untuk mentadabburinya dan mentaatinya semakin bertambah. Kaum
Muslimin bagai tidak mau lepas dari al-Qur’an, yang merupakan sebaik-baik teman
yang tidak pernah membosankan perkataannya. Barangsiapa membacanya seolah-olah
dia sedang berbicara dengan ar-Rahmân.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴿١٥﴾ يَهْدِي
بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allâh, dan Kitab
yang menerangkan. Dengan Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allâh
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [al-Mâidah/5:15-16]
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ
الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا
كَبِيرًا
Sesungguhnya al-Qur’ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang
mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. [al-Isra’/17:9]
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba di dunia dan di
akhirat selain memandang dan membaca al-Qur’an sepanjang waktu serta
mentadabburi (merenungi)nya. Amalan ini akan membuat seorang hamba mengetahui
berbagai kebaikan dan keburukan serta kondisi para pelakunya, juga akan
menampakkan gambaran hakikat dunia. Amalan ini juga membawa para pelakunya
seakan berada diantara umat-umat terdahulu sembari menyaksikan adzab dan siksa
yang Allâh Azza wa Jalla timpakan kepada umat-umat terdahulu tersebut.
Orang yang mentadabburi (merenungi) al-Qur’ân seakan melihat
proses tenggelamnya kaum Nûh juga Fir’aun beserta pengikutnya; Mereka juga
seakan mendapati bekas-bekas petir yang menyambar kaum ‘Ad dan Tsamûd.
Orang yang mentadabburi al-Qur’ân akan mengetahui dan memahami
hakikat jalan kebaikan beserta buah yang akan diraih oleh para pelakunya juga
akan mengetahui hakikat jalan keburukan beserta akibat yang akan menimpa para
pelakunya.
Allâh telah menjadikan al-Qur’ân ini sebagai pembeda antara yang
haq dan yang bathil. Orang yang mencari petunjuk dari al-Qur’ân, maka Allâh
akan memuliakannya, sebaliknya barangsiapa mencari petunjuk dari selain
al-Qur’ân, maka kehinaan pasti akan menimpanya.
Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu menemui Nafi’ bin Abdil Hârist
di ‘Usfân – beliau adalah wakil dari Umar di Mekah, Umar bertanya, “Siapa yang
kau jadikan pemimpin bagi penduduk lembah?” Nâfi’ Menjawab, “Ibnu Abza.” Umar
bertanya lagi, Nafi’ menjawab lagi, “Salah seorang mantan budak
kami.” Umar bertanya, “Siapakah dia?”“Kalian mengangkat seorang mantan budak?” Nafi’ berkata,
“Dia pandai membaca (hafal) al-Qur’ân dan dia juga alim dibidang farâ’id (ilmu
waris).” Lantas Umar berkata, “Sesungguhnya Nabi kalian Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda.
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ
آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allâh akan mengangkat derajat suatu kaum dengan
sebab al-Qur’ân, dan menghinakan yang lainnya dengan sebab al-Qur’ân.” [HR.
Muslim]
Al-Qur’ân adalah cahaya yang tidak bisa dipadamkan. Dia adalah
jalan yang tidak pernah tersesat orang yang melaluinya; Dia sumber keimanan dan
ilmu; Dia hidangan para Ulama dan penyejuk hati; Dia adalah undang-undang
kehidupan, juga obat (penyembuh).
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا
يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى
Katakanlah, “Al-Qur’ân itu adalah petunjuk dan penawar bagi kaum
Mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan,
sedang al-Qur’ân itu suatu kegelapan bagi mereka. [Fusshilat/41: 44]
Al-Qur’ân adalah kitab yang dijaga oleh Allâh Azza wa Jalla. Para
pengikut hawa nafsu sangat berharap dan terus berusaha agar bisa menghapus
ayat-ayat al-Qur’an beserta hukum-hukumnya dengan air laut agar tidak tersisa,
tetapi itu sebatas keinginan yang tidak akan terwujud dan usaha yang tidak akan
pernah berhasil, karena mereka tidak akan bisa mengalahkan Allâh Azza wa Jalla
yang menjaga al-Qur’an.
Inilah dia kitab Allâh Azza wa Jalla yang turun melalui Jibril
Alaihissallam. Lalu apakah yang telah dan yang akan kita lakukan dengannya?
Akankah kita menjadikannya sebagai petunjuk dan undang-undang bagi kita dalam
kehidupan kita? Ataukah hanya menjadi pajangan di rak buku, tidak tersentuh
kecuali di bulan Ramadhân? Apakah kita akan berpegang teguh dengannya ataukah
kita seperti unta yang kehausan di tengah padang pasir sambil membawa air di
punggunghnya? Atau telinga kita seperti corong, ayat-ayat al-Qur’ân masuk
melalui telinga kanan lalu keluar melalui telinga kiri?
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahîhnya, bahwa Allâh Azza wa
Jalla berfirman pada Nabi-Nya.
إِنَّمَا بَعَثْتُكَ لِأَبْتَلِيَكَ وَأَبْتَلِيَ بِكَ، وَأَنْزَلْتُ
عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ، تَقْرَؤُهُ نَائِمًا وَيَقْظَانَ
“Sungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka untuk mengujimu dan
menguji yang lain denganmu dan aku menurunkan sebuah kitab yang tidak bisa di
cuci dengan air, kamu membacanya tatkala tidur dan terjaga.”
Inilah al-Qur’ân, kitab pegangan kaum Muslimin, yang mengatur tata
cara hidup setiap insan. Maka wahai kaum Muslimin! Hendaklah kita bertakwa
kepada Allâh! Hendaklah kita memperlihatkan amalan kita terkait kitab Allâh ini
dengan cara membaca, mentadabburinya dan selanjutnya mengamalkannya.
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ
عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ
سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allâh. Yang
demikian itu adalah karunia yang amat besar. [Fathir/35:32]
Hendaklah kita senantiasa bertakwa kepada Allâh! Hendaklah kita
memanfaatkan bulan yang penuh berkah ini dengan membaca al-Qur’ân dan
mentadabburi ayat-ayatnya, meraup faidah sebanyak-banyaknya dari pelajaran dan
nasehat yang ada padanya. Karena di dalam al-Qur’ân terdapat berita orang
sebelum dan sesudah kita. Alangkah beruntung orang yang mentadabburinya dengan
benar; juga alangkah berutung orang yang hati dan kulitnya bergetar serta takut
saat mendengar ayat-ayat al-Qur’ân lalu ia bergegas mengingat Allâh.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى
السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. [Qâf/50:37]
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang senantiasa
membaca al-Qur’ân, mentadabburinya lalu mengamalkannya dalam kehidupan kita
sehari-hari.
(Diangkat dari Khutbah jum’at di Masjidil Haram pada tanggal 15
Ramadhan 1433 oleh Syaikh Su’ud Syuraim, dengan judul al-Qur’ân …Ya ummatal
Islam)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XVIII/1435H/2014M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak
Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]Telp.
0271-858197 Fax 0271-858196]
Share Ulang:
- Cisaat, Ciwidey
- Sumber: https://almanhaj.or.id/9245-inilah-alquran-wahai-ummat-islam.html