Islam Pedoman Hidup: Antara Kedzaliman dan Pelurusan : Sayyid Qutb

Rabu, 26 Agustus 2015

Antara Kedzaliman dan Pelurusan : Sayyid Qutb

Fadhilatusy-Syaikh Masyhur Hasan Salman ditanya mengenai pendapatnya tentang Sayyid Qutb sebagaimana bisa dijumpai dalam website pribadi beliau http://almenhaj.net/makal.php?linkid=388.


Beliau hafidzahullah menjawab : Terdapat dua kesalahan pembicaraan mengenai Sayyid Qutb, dan ucapan ini adalah ibadah. Dan saya (meniatkan) ibadah dalam apa yang akan saya katakan. Sungguh telah salah orang yang mengkafirkan Sayyid Qutb dengan menginteraksinya yakni dengan membawa ungkapan-ungkapan beliau yang (sebenarnya) tidak merusak keadaan beliau. Dan sebuah buku berisikan pengkafiran Sayyid Qutb, maka ini adalah bentuk kedzaliman terhadap beliau. Dan diantara kedzaliman terhadapnya adalah membawa lafadz-lafadz Sayyid Qutb padahal sesungguhnya tidak menciderai keadaan beliau. Bahkan dari kedzaliman juga terhadap Sayyid Qutb dengan menginteraksi dan menghukumi lafadz-lafadz serta ungkapan Sayyid dengan ungkapan serta istilah-istilah para ulama (definisi keilmuan syariat). Hanya saja seharusnya kita menghukuminya dengan ungkapan dan istilah kesusasteraan. Disanalah ada dua perbedaan besar antara dua hal.
Sayyid Qutb dalam bukunya berkata tentang Rabb kita ‘azza wa jalla dengan ungkapan “Risyatul Kauni Al-Mubdi’ah” (Pena yang mencipta alam semesta). Dan berkata juga tentang Rabb kita dengan ungkapan “Muhandisul Kauni Al-A’dzom”(Arsitek alam yang maha agung). Maka engkau lihat bagaimana Sayyid Qutb mensifati Allah dengan “Pena yang mencipta”. Apakah Sayyid berkeyakinan bahwa Allah itu pena? Dan apakah Allah itu seorang arsitek yang disisinya ada peralatan teknik? Tentu tidak.
Maka siapa yang mengkafirkan Sayyid Qutb karena menurut persangkaannya Sayyid itu mengatakan bahwa Allah adalah pena, ini adalah kedzaliman terhadapnya. Oleh karenanya siapa yang mengkafirkan Sayyid Qutb berarti dia menghukumi ungkapan-ungkapannya dengan istilah para ulama. Sayyid Qutb adalah seorang sustrawan dan bukan ulama. Dan pemahaman akan hal seperti ini cukup melegakan kita. Dan kami menyingkatnya dari pembahasan yang panjang serta luas. Dan (yang seperti diatas) ini bagian dengki dalam mendudukkan Sayyid Qutb
Dan menurut kami ada bagian lain dari anggapan terhadap Sayyid dengan ucapan yang diharamkan. Dan amat celaka bagi yang berbicara tentangnya, dengan berkata : Sayyid melakukan demikian dan demikian……Kami katakan, “Apa yang telah dilakukannya adalah bagi dirinya!?”. Dan kami memohon kepada Allah agar menerimanya dan Allah lah yang maha luas bijaknya dari seluruh hakim.
Akan tetapi yang penting adalah apa yang dia telah tulis dan segala sesuatunya selayaknya diluruskan. Dan kewajiban terhadap pelurusan ini dapat ditemui pada saudara nya yakni Al-Ustadz Muhammad Qutb. Beliau telah mencetak buku-buku saudaranya (Sayyid Qutb) dan dalam catatan-catatan kakinya dia berikan komentar-komentar akan penjelasan kesalahan-kesalahan Sayyid Qutb. Dan juga dijelaskan bahwa maksud Sayyid bukan demikian dan demikian. Maka sekarang kami lega dari extrimnya para kaum kafir dan dari takwilnya para pentakwil yang tidak mau (jujur) berkata bahwa Sayyid Qutb telah tersalah dalam perkataannya.
Dan saya memandang bahwa hal seperti ini adalah hal yang wajib, meskipun para ulama telah menulis kesalahan-kesalahan Sayyid Qutb,kitab - kitab beliau masih tersebar dan tidak sampai pelurusan-pelurusan yang disampaikan ahli ilmu. Diantaranya seperti apa yang ditulis Asy-Syaikh Rabi’ dan selainnya dengan bahasa ilmu (syariat) serta kritikan para ulama tidak sampai (dimengerti) semua orang, terutama bagi para pengagum Sayyid Qutb.
Sayyid Qutb menulis (kitab-kitabnya) dengan perasaannya, dan menulis dengan kiasan, dan menulis dengan ungkapan-ungkapan sastra sehingga (tentu) terdapat hal-hal yang berlawanan dengan bahasa ulama (definis syariat). Kita berbicara dalam (bahasan) tauhid, bahwa Sayyid Qutb mengingkari bahwa Allah ber-istiwa (bersemayam) diatas Arsy-nya. Dimana Sayyid berkata istiwa dengan makna istawlaa (menguasai). Dan ini adalah kesalahan besar. Bahkan dia ingkari dengan takwilnya. Juga dapat ditemui dalam kitab Sayyid Qutb ungkapan-ungkapan keras mengenai sahabat (Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam) terkhusus Amr bin Ash dan Muawiyah, misalnya dalam “Kutub Syakhshiat” (hal 242) berkata : “Tatkala Muawiyah dan sahabatnya cenderung kepada kedustaan, kecurangan, bertipu muslihat, nifaq, suap, jual beli darah, (maka) Ali tidaklah memiliki kemampuan sampai pada tingkatan terendah seperti ini”. Ini adalah ungkapan yang berbahaya sekali terhadap sahabat Rasulillah shalalllahu ‘alaihi wasalam dan tidak akan mengatakannya orang yang paham tentang aqidah serta mengetahui bahwa kewajiban kita adalah menahan diri dari perselisihan yang terjadi dikalangan sahabat Rasulillah shalallahu ‘alaihi wasalam sebagaimana datang dalam hadist “Idzaa dzakaro ashhabii fa amsikuu” (Apabila disebutkan tentang sahabatku maka tahanlah). Adapun disifatinya Muawiyah dan ‘Amr dengan dusta dan curang serta penipu, maka kami berlepas diri menyerahkannya kepada Allah akan urusan ini.
Juga dalam kitabnya “Al-’Adalah Al-Ijtimaiyah” (hal 172) Sayyid mensifati khalifah yang terbimbing Utsman bahwa dia celah antara hukum Abu Bakr, Umar dan Ali. Dan dalam halaman 159, Sayyid berkata : (Telah berubah keadaan pada zaman kekuasaan Ustman, meskipun masih dalam pagar islam). Bahkan juga Sayyid berkata : (Ali datang untuk membantah gambaran islam dalam hukum kepada jiwa-jiwa penguasa dan manusia). Maka pernyataan ini seolah-olah Utsman tidak berhukum dengan islam, dan ungkapan seperti ini keras dan kami tidak menerimanya.
Maka salahlah siapa yang mengkafirkan Sayyid Qutb dan juga salah orang yang membiarkan atau membaikkan. Dan selayaknya kita berani agar orang-orang yang bodoh tidak lancang (keblablasan), terhadap Sayyid. Maka kita jelaskan dengan mengatakan, ini salah dan itu salah serta maksudnya demikian dan demikian agar batu di wajahnya bagi yang mengkafirkan Sayyid Qutb. Dan meletakkan sesuatu pada tempat-tempatnya. Maka dalam berlebihan terhadap Sayyid dan berlebihan dalam kebencian terhadapnya. Dan kebanyakan para syabab (pemuda) hari ini sangat disayangkan, dimana mereka belajar agama Allah dan tumbuh bersama kitab-kitab Sayyid Qutb padahal tidak didapati pada kitab-kitab Sayyid ilmu syar’iy (yang mencukupi). Maka adalah yang pokok bagi para pemuda ini agar mengokohkan diri dalam ilmu syariat. Maka selayaknya mereka menerima KItab dan Sunnah. Dan inilah menurut saya pada permasalahan ini. Semoga Allah memberikan taufiq kepada antum akan kebaikan dan menjauhkan saya serta antum kejelekan -kejelekan dan kemungkaran

[direpro Abul-Jauzaa’ dari : http://salafyitb.wordpress.com/2007/08/21/antara-kedzaliman-dan-pelurusan-sayyid-qutb/ - thanks to Ustadz Abu ‘Umair dan Ustadz Abu Ishaaq].

from= http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2011/10/antara-kedzaliman-dan-pelurusan-sayyid.html