Prediksi Kiamat 21-12-2012, Benarkah?
Artikel berikut adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya
“Hancurnya Dunia Semakin Dekat”. Tulisan ini akan membongkar kekeliruan
prediksi kiamat yang akan terjadi 21-12-2012. Isu ini sudah beredar di
dunia maya sejak setahun yang lalu. Semoga tulisan ini bisa membentengi
setiap muslim dari isu yang keliru semacam ini. Hanya Allah yang memberi
taufik.
Beberapa kelompok dari seluruh dunia sedang berkumpul dan mulai
menghitung mundur tanggal misterius yang telah dinanti-nanti ratusan
tahun: 21 Desember 2012. Berbagai kelompok dari Amerika, Kanada dan
Eropa, para pengikut sekte apokaliptis (kiamat) dan beberapa individu
mengatakan bahwa hari tersebut adalah hari terakhir dunia ini.
Mereka yang percaya bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012,
mendasarkan kepercayaan mereka pada kalender yang dibuat oleh suku Maya,
yang ditemukan di reruntuhan di Meksiko. Masyarakat Maya Kuno, yang
dikenal maju ilmu matematika dan astronominya, mengikuti “perhitungan
panjang” kalender yang mencapai 5126 tahun. Ketika peta astronomi mereka
dipindahkan ke kalender Gregorian, yang digunakan secara standar
sekarang, waktu perhitungan bangsa Maya berhenti pada 21 Desember 2012.
Mereka yang percaya juga mengatakan adanya hubungan lain selain antara
kalender maya dan kehancuran yang akan datang. Matahari akan terhubung
lurus dengan pusat Tata Surya pertama kalinya semenjak 26000 tahun yang
lalu, yang menandai puncak musim dingin. Beberapa orang mengatakan hal
ini akan mempengaruhi aliran energi ke bumi, atau karena adanya sunspot
dan sunflare yang jumlahnya membengkak, menyebabkan adanya efek terhadap
medan magnet bumi.
Tukang ramal Indonesia, Mama Lauren pun sempat angkat bicara di
transTV bahwa paranormal tidak bisa menembus tahun 2013 (hanya mentok di
2012).
Apakah betul prediksi kiamat 2012? Semoga ajaran Islam yang haq bisa mengungkapkannya. Hanya Allah yang memberi kemudahan dan taufik.
Tidak Ada yang Mengetahui Kapan Datangnya Hari Kiamat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh
malaikat Jibril yang datang dalam wujud seorang Arab Badui, beliau
ditanya mengenai kapan hari kiamat terjadi. Lantas beliau menjawab,
مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
“Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”[1]
Sungguh sangat mengherankan yang terjadi saat ini. Beberapa kelompok
atau tukang ramal yang sudah pasti suka berdusta, ada yang mengetahui
kapan terjadinya kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sendiri tidak mengetahui terjadinya hari kiamat, padahal beliau adalah
orang yang paling dekat dengan Allah. Begitu pula malaikat Jibril selaku
penyampai wahyu dari Allah juga tidak mengetahui kapan terjadinya hari
kiamat. Jika Nabi yang paling mulia dan malaikat yang mulia saja tidak
mengetahui tanggal, bulan atau tahun terjadinya hari kiamat, sudah
sepantasnya orang selain keduanya tidak mengetahui hal tersebut.
Perlu ditegaskan pula bahwa waktu terjadinya hari kiamat termasuk
perkara ghoib dan menjadi kekhususan Allah yang mengetahuinya. Sehingga
sungguh sangat dusta jika beberapa paranormal (yang sebenarnya tidak
normal) bisa menentukan waktu tersebut, baik Mama Laurent, suku Maya di
Meksiko atau pun yang lainnya. Ingatlah, hanya Allah yang mengetahui
terjadinya kiamat.
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ
رَبِّي لا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ لا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ
عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Kapan terjadinya?”
Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada
sisi Rabbku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi
makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang
kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu
seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.” (QS. Al A’raf: 187)
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah:
“Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi
Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu
sudah dekat waktunya.” (QS. Al Ahzab: 63)
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا, فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا, إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari
berbangkit, kapankah terjadinya?. Siapakah kamu (sehingga) dapat
menyebutkan (waktunya). Kepada Rabbmulah dikembalikan kesudahannya
(ketentuan waktunya).” (QS. An Naazi’at: 42-44)
Ayat-ayat di atas dengan sangat jelas menunjukkan bahwa tidak satu
pun makhluk yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, tidak ada yang
mengetahui waktunya selain Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
tidak mengetahui karena waktu tersebut termasuk di antara mafaatihul
ghoib (kunci-kunci ilmu ghoib) yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
Mengenai mafaatihul ghoib yang dimaksudkan dapat dilihat pada firman
Allah,
إِنَّ
اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا
فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat;
dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Disebutkan pula dalam kitab Shahih Al Bukhari dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ
“Kunci ilmu ghoib itu ada lima.”[2]
Kemudian beliau pun membaca firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, …
dst”.
Sebelum Terjadinya Kiamat, Akan Muncul Tanda-Tanda Terlebih Dahulu
Ketika menjelaskan tentang hadits Jibril yang datang dengan penambilan Arab Badui dan bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kapan terjadinya hari kiamat, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa
beliau sendiri tidak mengetahui tentang kapan terjadinya kiamat
dibanding dengan yang bertanya. Orang yang bertanya tersebut nampak
seperti orang Arab Badui dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengetahui bahwa dia adalah Jibril setelah dia pergi. Ketika menjawab pertanyaan kapankah kiamat terjadi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyangka bahwa bahwa orang itu adalah Arab Badui. Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja
mengatakan tentang dirinya bahwa beliau tidak mengetahui kapan
terjadinya hari kiamat dibanding Arab Badui tadi, maka lebih-lebih lagi
dengan orang-orang selain beliau tidak pantas untuk mengetahui hal itu. Anehnya
lagi, Al Qur’an dan hadits Nabi menyatakan bahwa kiamat itu memiliki
tanda-tanda sebelumnya dan itu amatlah banyak yang datang satu demi satu. Namun ketika waktu sesuai dengan prediksi mereka datang, anehnya tidak ada satu pun tanda-tanda kiamat yang muncul.”[3] Itulah anehnya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
bahwa kiamat itu akan datang setelah muncul beberapa tanda sebagaimana
disebutkan dalam hadits Hudzaifah bin Asid Al Ghifariy,
اطَّلَعَ
النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ «
مَا تَذَاكَرُونَ ».قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ. قَالَ « إِنَّهَا لَنْ
تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ ». فَذَكَرَ الدُّخَانَ
وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا
وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- وَيَأْجُوجَ
وَمَأْجُوجَ وَثَلاَثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ
بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ
تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan kami ketika
berbincang-bincang. Beliau berkata, ‘Apa yang sedang kalian
perbincangkan?’ Kami menjawab, ‘Kami sedang berbincang-bincang tentang
hari kiamat.’ Beliau berkata, ‘Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda.’
Beliau menyebutkan, ’[1] Dukhan (asap), [2] Dajjal, [3] Daabah, [4]
terbitnya matahari dari barat, [5] turunnya Isa ‘alaihis salam, [6]
keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, [7,8,9] terjadinya tiga gerhana yaitu di
timur, barat dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah [10] keluarnya
api dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat berkumpulnya mereka’.”[4]
Nabi ‘Isa sendiri turun kembali ke muka bumi dan beliau tinggal selama 40 tahun lamanya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Nabi ‘Isa,
فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ سَنَةً ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّى عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
“Nabi ‘Isa tinggal di muka bumi selama 40 tahun kemudian meninggal dan dishalatkan oleh kaum muslimin.”[5] Dari sini, mungkinkah kiamat terjadi tahun 2012?!
Perlu diketahui bahwa berdasarkan berbagai dalil dari Al Qur’an dan
As Sunnah, para ulama membagi tanda hari kiamat menjadi dua macam yaitu
tanda shughro (kecil) dan tanda kubro (besar). Tanda kiamat shughro
sendiri ada yang telah terjadi dan ada yang belum terjadi, ada pula yang
berlangsung bukan sekali bahkan terus menerus dan lama kelamaan tanda
tersebut lebih banyak terjadi dari waktu-waktu sebelumnya.
Secara lebih lengkap, tanda-tanda kiamat dapat dibagi menjadi empat macam:
Pertama, tanda shughro yang pernah terjadi dan telah berakhir. Contohnya adalah diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terbelahnya bulan.
Kedua, tanda shughro
yang terus menerus terjadi dan berulang. Contohnya adalah menyerahkan
amanah kepada orang yang bukan ahlinya, muncul para pendusta yang
mengaku sebagai nabi, muncul wanita-wanita yang berpakaian namun
hakekatnya telanjang dan merebaknya perzinaan.
Ketiga, tanda shughro yang belum terjadi. Contohnya adalah tanah Arab akan menjadi subur dan penuh pengairan.
Keempat, tanda
kubro, artinya bila tanda-tanda ini muncul, maka kiamat sebentar lagi
akan tiba. Di antara tanda tersebut adalah munculnya Dajjal. Akhirnya
Dajjal pun dibunuh oleh Nabi ‘Isa. Kemudian muncul pula Ya’juj dan
Ma’juj di zaman Nabi ‘Isa. Ya’juj dan Ma’juj juga dimusnahkan oleh Nabi
‘Isa.
Prediksi Kiamat dengan Cara Apapun Tidaklah Tepat
Sudah sejak dulu banyak orang yang mengklaim terjadinya kiamat pada
tanggal-tanggal tertentu. Anehnya lagi yang dipilih adalah angka-angka
cantik layaknya memilih angka menarik ketika beli voucher perdana. Ada
yang mengatakan bahwa kiamat akan terjadi tanggal 19 September 1990
(19-9-1990), sebagaimana yang pernah kami dengar ketika duduk di bangku
SD. Ada yang memprediksi tanggal 9 September 1999 (9-9-1990). Ada pula
yang memprediksi 1 Januari 2000 (1-1-2000). Namun prediksi-prediksi
dengan angka cantik ini semuanya meleset. Entah mereka membuat alasan
apa lagi untuk mengelak jika kiamat benar-benar tidak terjadi tanggal 21
Desember 2012 (21-12-2012). Atau mereka mau membuat tanggal cantik
lainnya. Mungkin saja bisa diprediksikan bahwa kiamat terjadi tanggal 10
Oktober 2010 (10-10-2010) atau 21 Desember 2112 (21-12-2112). Setiap
orang mungkin bisa saja mengarang-ngarang hal ini sekehendaknya, sesuai
dengan angka mana yang ia sukai. Namun ingatlah, janganlah sampai kita
membicarakan tentang ilmu Allah tanpa dasar sama sekali. Perkara kapan
kiamat itu terjadi adalah perkara ghoib, tidak perlu sibuk-sibuk
membahasnya. Sibuk-sibuk mencari-cari waktu tersebut sangat bertentangan
sekali dengan metode Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk tidak
membahasnya.
Dr. ‘Umar Sulaiman Al Asyqor mengatakan, “Semestinya yang dilakukan adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,
para sahabat dan para ulama umat ini dalam sejarah. Seandainya
membicarakan kapan terjadinya kiamat adalah suatu kebaikan untuk
manusia, tentu Allah Ta’ala akan memberitahukannya kepada
mereka. Akan tetapi, Allah sendiri tidak memberitahukan hal tersebut.
Maka inilah yang terbaik bagi mereka.”[6]
Selain itu pula para sahabat tidaklah pernah membicarakan hal ini,
maka barangsiapa yang sibuk-sibuk mencari-cari waktu tersebut dan
membicarakannya atau dengan memprediksi melalui perhitungan-perhitungan
yang dianggap ilmiah, atau memprediksi melalui gejala-gejala alam,
berarti dia telah melakukan sesuatu yang tidak ada tuntunannya sama
sekali (baca: bid’ah). Para ulama salaf seringkali mengatakan,
لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita untuk melakukannya.”
Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang
tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan
semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu
kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya.[7]
Beberapa ulama masa silam, memang ada yang sempat membicarakan waktu
kapan terjadinya kiamat bahkan mereka memiliki kitab tersendiri yang
membahas hal itu. Sampai-sampai ada di antara mereka mengatakan bahwa
dunia ini akan fana (binasa) setelah 500 tahun dari masa diutusnya Nabi
Muhammad. Namun setelah 500 Hijriyah, kiamat pun tidak terjadi dan ini
sebagai bukti kelirunya sangkaan mereka.
Di antaranya pula ada ulama besar yang memprediksikan waktu tersebut,
yaitu Imam As Suyuthi –semoga Allah merahmati beliau-. Beliau bahkan
membahas pada juz tersendiri yang dinamakan “Al Kasyfu (Mengungkap Terjadinya Hari Kiamat)”.
Beliau menentukan tahun tertentu. Namun waktu yang ia perkirakan
ternyata telah berlalu dan tidak terjadi kiamat sama sekali, bahkan
belum juga muncul tanda-tandanya.
Begitu pula As Suhailiy memprediksi datangnya hari kiamat dengan menghitung-hitung huruf muqoto’ah (seperti alif laam miim dan haamiim)
yang berada di awal-awal surat dalam Al Qur’an. Beliau memprediksikan
bahwa kiamat akan terjadi 703 tahun setelah diutusnya Nabi, atau setelah
Nabi berhijrah atau dihitung setelah Nabi wafat.[8] Hasil prediksi As Suhailiy pun meleset jauh. Sudah ratusan tahun, belum juga terjadi kiamat.
Begitu pula yang belakangan meneliti hal serupa adalah Dr. Baha’i.
Beliau mengklaim bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 1710 H. Beliau
melakukan perhitungan dari huruf-huruf muqotho’ah yang terdapat
di awal-awal surat sebagaimana yang dilakukan sebelumnya oleh As
Suhailiy. Anehnya walaupun dari cara yang sama, hasil perhitungan
keduanya berbeda jauh. Dr. ‘Umar Sulaiman Al Asyqor pun membantah
pernyataannya, “Ini adalah suatu metode yang benar-benar keliru.
Orang-orang sebelum dia ada yang menggunakan metode yang sama melalui
hitungan huruf-huruf muqhoto’ah. Namun hasil perhitungan orang-orang
sebelum Dr. Baha’i tidaklah sama dengannya. Mereka memiliki cara
perhitungan yang sama, tetapi hasil perhitungannya jauh berbeda. Inilah
yang menunjukkan kelirunya cara mereka dan menunjukkan pula tidak
terbuktinya penelitian mereka.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pun memiliki bantahan terhadap
orang-orang semacam Dr. Baha’i dan yang sepemikiran dengannya. Beliau
mengatakan,
“Siapa saja yang menyibukkan diri memprediksikan terjadinya kiamat pada tahun tertentu; di antaranya yang menulis kitab “Ad Durro Al Munazzom Fii Ma’rifati Al A’zhom”
(dalam kitab tersebut disebutkan sepuluh dalil yang menunjukkan kapan
terjadinya kiamat), begitu pula ada yang memprediksi dalam kitab “Huruful Mu’jam”, atau dalam kitab ‘Anqo’ Mughrib,
atau orang-orang lain yang melakukan prediksi yang sama; walaupun itu
dianggap suatu hal yang menakjubkan oleh pengikutnya, namun perlu
diketahui bahwa mayoritas mereka adalah pendusta, yang telah tertipu,
dan telah terbukti bahwa mereka hanya berbicara tanpa dasar ilmu.
Sungguh mereka telah mengklaim dan mengungkap suatu yang ghoib tanpa
dasar ilmu sama sekali. Padahal Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ
إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ
مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا
لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar
hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui“.” (QS.Al A’rof: 33)”[9]
Ibnul Qayyim ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah
mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan
menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al fawaahisy
(perbuatan keji). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari
itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah
beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu berbuat syirik
kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar
dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan
berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama
dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.”[10]
Oleh karena itu, hati-hatilah berbicara tentang kapan terjadinya
kiamat tanpa dasar ilmu. Yang mengetahui hal tersebut hanyalah Allah.
Prediksi apapun baik dengan penelitian ilmiah ataupun melalui
perhitungan-perhitungan akurat, tidak bisa memastikan kapan terjadinya
kiamat. Cukuplah kita menutup mulut dan menjaga lisan dari berbicara
mengenai perkara ghoib semacam ini.
Kenapa Allah Menyembunyikan Kapan Terjadinya Kiamat?
Di antara alasannya adalah,
Alasan pertama: agar
kiamat masih tetap jadi perkara yang ghoib. Seandainya kapan terjadinya
kiamat itu diberitahu kepada makhluk, maka perkara tersebut tidaklah
menjadi ghoib lagi. Padahal ciri orang beriman yang membedakannya dengan
orang kafir adalah beriman pada yang ghoib. Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.” (QS. Al Baqarah: 3)
Alasan kedua: agar
manusia tidak mengulur-ulur waktu untuk beriman dan beramal sholih.
Seandainya kita diberitahu tanggal pasti terjadinya hari kiamat
–misalnya tanggal 21 Desember 2012- , maka orang pun akan menunda-nunda
untuk beramal dan terus bersantai ria. Paling yang terbetik dalam
benaknya, “Ah, masih ada waktu untuk menikmati hidup, kiamat masih dua
tahun lagi. Tunggu sampai bulan Oktober 2012 saja, barulah kita mulai
beramal.” Lihatlah ada sikap menunda-nunda. Hal ini berbeda apabila
kiamat disembunyikan waktunya. Karena setiap orang sudah mengetahui
bahwa kiamat sudah dekat, tentu mulai saat ini juga dia banyak bertaubat
pada Allah dan melakukan banyak ketaatan karena waktu yang tersisa
cukup singkat. Oleh karena itu, janganlah menunda-nunda waktu selama
masih diberi kehidupan dan janganlah terlalu panjang angan-angan. Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
إِذَا
أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ
تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ
حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Apabila engkau berada pada sore hari, janganlah menunggu waktu
pagi. Apabila engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu
sore. Ambillah masa sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum datang
matimu.”[11]
Yang Mesti Dipersiapkan
Setelah pembahasan di atas, jelaslah bahwa berbagai klaim terjadinya
hari kiamat pada tanggal, bulan dan tahun tertentu sungguh suatu
kekeliruan karena hal ini sama saja telah berbicara tentang ilmu Allah
tanpa dasar ilmu sama sekali. Sibuk-sibuk mencari-cari waktu tersebut
sangat bertentangan sekali dengan metode Al Qur’an yang memerintahkan
kita untuk tidak membahasnya. Yang semestinya dipersiapkan adalah bekal untuk menghadapi masa tersebut yaitu bekal iman dan amal sholih.
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu memberi petuah kepada kita,
ارْتَحَلَتِ
الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ
وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ
تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ
حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ
“Dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan
berada di hadapan kita. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah
anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di
dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab),
sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan
bukanlah hari beramal.”[12]
Meskipun Kiamat Belum Terjadi, Namun Masih Ada Kematian
Satu lagi yang mesti diperhatikan. Meskipun belum muncul beberapa
tanda kubro, namun ada kematian yang pasti akan menghampiri setiap
insan. Walaupun dia tidak menemui tanda kiamat kubro, setiap orang akan
merasakan kematian cepat ataupun lambat. Tidak ada seorang pun yang bisa
lari dari yang namanya maut. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ
الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ
تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,
maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.” (QS. Al Jumu’ah: 8)
Kematian akan tetap menghampiri seseorang, walaupun dia berusaha bersembunyi di dalam benteng yang kokoh. Allah Ta’ala berfirman,
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الموت وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78)
Jadi, kematian (maut) adalah benar adanya.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf: 19)
Sehingga pantaskah terbetik untuk menunda-nunda beriman dan beramal
sholih. Sungguh, hanya orang yang hatinya tertutup dengan kelamnya
maksiat yang tidak mau memperhatikan hal ini.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaaf: 37)
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk mempersiapkan diri
menghadapi hari kebangkitan dan menghadapi kematian yang setiap kita
pasti menemuinya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel https://rumaysho.com
Panggang, Gunung Kidul, 22 Syawwal 1430 H
[1] HR. Bukhari no. 50 dan Muslim no. 9, 10.
[2] HR. Bukhari no. 4778
[3] Majmu’ Al Fatawa, 4/341-342.
[4] HR. Muslim no. 2901
[5] HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih
[6] Al Qiyamah Ash Shugro, hal. 122.
[7] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, pada tafsir surat Al Ahqof ayat 11
[8] Lihat ‘Umdatul Qori Syarh Shohih Al Bukhari, Badaruddin Al ‘Ainiy Al Hanafiy, 7/424, Multaqo Ahlil Hadits, Asy Syamilah
[9] Majmu’ Al Fatawa, 4/342
[10] I’lamul Muwaqi’in, 1/38, Darul Jail Beirut
[11] HR. Bukhari no. 6416
[12] Diriwayatkan oleh Al Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad-. Atsar ini adalah potongan dari perkataan ‘Ali, ada yang mauquf (sampai pada sahabat) dan marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Lihat Fathul Baari, 18/225, Mawqi’ Al Islam Asy Syamilah.