Dalam artikel hadits tsaqalain di blog ini[1] telah dijelaskan bagaimana ‘aqidah Syi’ah tentang ke-ma’shuman para imam mereka dengan mendudukkannya – secara ghulluw –
di atas derajat para Nabi dan Rasul. Pada kesempatan kali ini, saya
akan tuliskan secara ringkas beberapa nukilan perkataan Al-Khomainiy
– semoga Allah membalas kejahatannya terhadap Islam dan kaum
muslimin dengan setimpal – akan pelecehannya terhadap diri
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Satu pelecehan yang tidak ia katakan pada imam mereka, namun malah ia lemparkan pada imam kaum muslimin sepanjang jaman, Muhammad Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Khomainiy berkata :
لو
كانت مسألة الإمامة قد تم تثبيتها في القرآن، فإنَّ أولئك الذين لا يعنون
بالإسلام والقرآن إلَّا لأغراض الدنيا والرئاسة، كانوا يتخذون من القرآن
وسيلة لتنفيذ أغراضهم المشبوهة، ويحذفون تلك الآيات من صفحاته، ويسقطون
القرآن من أنظار العالمين إلى الأبد.....
“Seandainya perkara imaamah telah ditetapkan dalam Al-Qur’an secara sempurna,
maka mereka yang tidak memberikan perhatian kepada Al-Qur’an dan
Islam kecuali keinginan memperoleh dunia dan kepemimpinan; akan
mengambil Al-Qur’an sebagaiwasilah (perantara)
untuk melaksanakan keinginan-keinginan mereka yang tersembunyi. Mereka
juga membuang ayat-ayat dari lembar-lembar Al-Qur’an dan
menggugurkannya dari pandangan alam semesta untuk
selama-lamanya…..” [Kasyful-Asraar, hal. 131].
وواضح
أنَّ النبي لو كان بلغ بأمر الإمامة طبقاً لما أمر به الله، وبذل المساعي
في هذه المجال، لما نشبت في البلدان الإسلامية كل هذه الإختلافات....
“Dan telah jelas bahwasannya Nabi jika ia menyampaikan perkara imaamahsebagaimana yang Allah perintahkan (padanya) dan
mencurahkan segenap kemampuannya dalam permasalahan ini, niscaya
perselisihan yang terjadi di berbagai negeri Islam tidak akan
berkobar…..” [idem, hal. 155].
لقد
جاء الأنبياء جميعاً من أجل إرساء قواعد العدالة في العالم؛ لكنَّهم لم
ينجحوا حتَّى النبي محمد خاتم الأنبياء، الذي جاء لإصلاح البشرية وتنفيذ
العدالة وتربية البشر، لم ينجح في ذلك....
“Sungguh semua Nabi telah datang untuk menancapkan keadilan di dunia, akan tetapi mereka tidak berhasil. Bahkan termasuk Nabi Muhammad, penutup para Nabi,
dimana beliau datang untuk memperbaiki umat manusia, menginginkan
keadilan, dan mendidik manusa – tidak berhasil dalam hal
itu….” [Nahju Khomainiy, hal 46].
إِنَّ
النبي أحجم عن التطرق إلى الإمامة في القرآن؛ لخشيته أن يُصاب القرآن من
بعده بالتحريف، أو أن تشتد الخلافات بين المسلمين، فيؤثر ذلك على
الإسلام...
“Sesungguhnya Nabi menahan diri dari menyinggung permasalahan imaamah dalam Al-Qur’an karena beliau khawatir Al-Qur’an akan mengalami perubahan (tahriif)
sepeninggalnya, atau semakin hebatnya perselisihan di antara kaum
muslimin sehingga berpengaruh terhadap Islam…” [Kasyful-Asraar, hal 149].
Ada beberapa ‘pelajaran’ yang dapat kita petik dari perkataan Al-Khomeini di atas, yaitu :
1. Al-Khomainiy mengakui bahwa Al-Qur’an yang disampaikan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menyinggung tentang imaamah (versi Raafidlah) sebagaimana yang mereka gembar-gemborkan. Ini benar.
2. Keyakinan Raafidlah tentang perkara imaamah bukan berasal dari Al-Qur’an dan penjelasan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang disampaikan pada umatnya.
3. Khomainiy telah menuduh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan sebagian risalah – terutama imaamah – kepada umat manusia dan tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah ta’ala kepadanya.
Ini merupakan satu kelancangan yang teramat besar dari Khomainiy yang ia lontarkan kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam demi menegakkan ‘aqidahnya dan ‘aqidah kaumnya yang buram. Padahal Allah ta’ala telah berfirman :
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا إِنْ عَلَيْكَ إِلا الْبَلاغُ
“Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)” [QS. Asy-Syuuraa : 48].
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
“Hai
Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya” [QS. Al-Maaidah : 67].
قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا * إِلا بَلاغًا مِنَ اللَّهِ وَرِسَالاتِهِ
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku
dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat
berlindung selain daripada-Nya". Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya.“ [QS. Al-Jin : 22-23].
إِنَّ
الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى
مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ
يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati
Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat
melaknati” [QS. Al-Baqarah : 159].
Allah ta’ala telah memberi kewajiban kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan semua risalah dari Allah ta’ala dalam
penyampaian isi/kandungan Al-Qur’an kepada manusia. Allah pun
memberi ancaman jika beliau tidak melaksanakannya, pada hakekatnya
beliau tidak menyampaikan amanat. Selain itu, Allah juga memberi
ancaman akan adzab yang pedih bagi siapa saja yang menyembunyikan apa
yang diturunkan Allah berupa keterangan dan petunjuk.
‘Aqidah
Ahlus-Sunnah mengatakan bahwa beliau telah menyampaikan semua risalah
yang telah dibebankannya kepada manusia. Tidak ada satu kewajiban
melainkan beliau telah tunaikan. Konsekuensinya, jika beliau tidak
menyampaikan perkaraimaamah (sebagaimana
keyakinan Raafidlah), maka perkara tersebut memang bukan bagian yang
Allah wajibkan untuk beliau sampaikan kepada umatnya.
Jika Khomainiy mengatakan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menyampaikan risalah imaamah, maka hanya ada dua kemungkinan yang harus ia ambil – yang tidak ada bagian ketiganya :
a. Perkara imaamah itu memang tidak ada, sehingga beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukan termasuk orang yang menyembunyikan (tidak menyampaikan) amanat Allah.
b. Perkara imaamah itu ada, sehingga beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam termasuk orang yang menyembunyikan (tidak menyampaikan) amanat Allah.
Silakan
ditimbang-timbang,…. kemungkinan mana kira-kira yang akan
diambil kaum Syi’ah Raafidlah pendukung Khomainiy……
4. Khomeini menyatakan bahwa para Nabi, termasuk Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah gagal dalam pembinaan umat.
Jika Khomainiy menganggap para Nabi telah gagal, siapakah yang dianggap berhasil menurut timbangannya ? Para imamnya ?
Inilah
sebagian ‘kekurangajaran’ Khomainiy – semoga Allah
memberikan balasan setimpal atas kejahatannya terhadap Islam dan kaum
muslimin - …..
Ajaran imaamah (versi Syi’ah) memang bukan berasal dari Al-Qur’an dan penjelasan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah mengetahui ‘kenyataan pahit’ itu, Khomainiy justru ‘rela’ mengorbankan diri pribadi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam demi hawa nafsunya daripada meninggalkan agamanya yang sarat dengan kebusukan.
Semoga sedikit keterangan ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan kaum muslimin.
[Abul-Jauzaa’ – yang dalam masalah ini banyak mengambil manfaat dari keterangan Prof. Dr. Ahmad Al-Ghaamidiy hafidhahullah – http://abul-jauzaa.blogspot.com – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor, 16610].
[1] Silakan baca : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/11/ahlul-bait-adalah-jaminan-keselamatan.html.
from= http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2010/02/hinaan-al-khomainiy-terhadap-rasulullah.html