Oleh: Al Ustadz Afifudin
As Sidawi
Perlu dipahami bahwa kita tidak
mengingkari keberadaan bendera di sebuah Negara, karena hal itu ada pada masa
Rasulullah, demikian pula masalah warna bendera, pada dasarnya tidak mengapa
selama tidak ada padanya hal-hal yang melanggar syar’i seperti gambar bernyawa,
simbol-simbol khusus orang kafir dan sebagainya.
Di zaman Rasulullah bendera
Beliau ada yang berwarna putih adapula yang berwarna hitam, dari Ibnu Abbas
Beliau berkata: “Dahulu bendera Rasulullah berwarna hitam.” (HR. Ahmad,
Tirmidzi dengan sanad hasan.) Dalam riwayat At Tirmidzi disebutkan “Bendera
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa salam berwarna putih.”
Dengan dasar ini, maka kami
mengakui keberadaan bendera merah putih untuk negeri kita yang tercinta NKRI.
Namun, kita perlu menengok sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam dalam
masalah bendera ini, apa fungsi dan kegunaannya?
Dalam banyak riwayat di sebutkan
bahwa bendera ini difungsikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam untuk
berjihad fisabilillah melawan orang-orang kafir, orang yang menelaah sejarah
beliau akan dapat memastikan hal ini, bahkan kalau kita melihat dalam sejarah,
mereka (para shahabat) mempertahankan bendera itu sampai titik darah
penghabisan, sedikitpun tidak membiarkan bendera itu jatuh ketanah walaupun
harus mengorbankan jiwa raga mereka. Berikut ini saya bawakan beberapa riwayat
yang menjelaskan masalah ini.
Dari Sahl bin Sa’id, bahwasanya
Rasulullah pada waktu perang khoibar bersabda :
َلأُعْطِيَنَّ
الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يُحِبُّ الله َوَرَسُوْلَهُ
وَيُحِبُّهُ
الله ُوَرَسُوْلُهُ يَفْتَحُ الله ُعَلَى يَدَيْهِ
“Sungguh besok aku akan berikan
bendera ini kepada seorang yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan dicintai
Allahkdan rasul-Nya, Allahkakan menangkan melalui kedua tanganya” (muttafaq
‘alaih)
Dalam lanjutan riwayat di atas
disebutkan bahwa para Shahabat sampai begadang malam membicarakan, siapakah
gerangan yang bakal diserahi bendera? Bahkan mereka semua berkeinginan untuk
mendapatkannya, dan ternyata yang mendapatkannya adalah Ali bin Ali Tholib.
Riwayat ini jelas menunjukkan bahwa bendera tersebut untuk kepentingan Jihad
fisabilillah.
Juga dalam riwayat Imam Ahmad
dalam Musnadnya dari Abdullah bin Ja’far disebutkan, bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa salam mengutus pasukan perang dan menunjuk Zaid bin
Harits sebagai panglima, beliau bersabda: “Bila Zaid terbunuh maka panglima
kalian adalah Ja’far, bia dia terbunuh maka panglima kalian adalah Abdullah bin
Rawahah.” Pasukan pun berhadapan dengan musuh, panglima Zaid pun memegang
bendera, beliau berperang hingga terbunuh, kemudian bendera perang diambil oleh
Ja’far, beliau berperang hingga terbunuh, kemudian bendera diambil oleh
Abdullah bin Rawahah, beliau berperang hingga terbunuh, lalu bendera dipegang
oleh Kholid bin Walid, maka Allah menangkan melalui tangannya. (lihat: ‘
Jami’us Shahih ‘ 3/246-247, karya Syaikh Muqbil dan beliau menshahihkan riwayat
ini.)
Lihatlah! Bagaimana para panglima
tadi mempertahankan bendera, tidak dia lepas sedikit pun hingga dia terbunuh.
Inilah fungsi bendera di masa
itu, dan inilah yang kita baca dalam sejarah perjuangan NKRI, para
pejuang-pejuang kita dengan gigihnya mempertahankan bendera merah putih sampai
titik darah penghabisan, itu semua mereka lakukan untuk melawan kebringasan
para penjajah kafir di masa itu, maka fungsikanlah bendera ini sebagaimana
mestinya!!!
Adapun pemasangan bendera dalam
rangka peringatan hari besar nasional, maka tidak pernah kita lihat dilakukan
di zaman Rasulullah karena tidak ada dalam bimbingan beliau
peringatan-peringatan seperti itu sebagaimana yang kita uraikan dalam
pembahasan sebelumnya.
وخير الهدي
هدي محمد
“Sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Rasulullah.”
Demikianlah apa yang bisa kami
tulis, sebenarnya masih banyak perkara yang tidak bisa ditaati karena adanya
larangan dalam agama Islam seperti PEMILU, dan lainnya. Insya’ Allah bila ada
kesempatan kami akan berusaha melanjutkannya. Semoga Allah memberi hidayah kita
semua ke jalan yang diridloiNya. Amin …..
[Dinukil
dari malzamah Al Ustadz Muhammad Afifudin As Sidawi berjudul Memperingati 17
Agustus Antara Ketaatan dan kemaksiatan]
Sumber: