Oleh :
Umar bin Fauzi Baladraf
Tuduhan
demi tuduhan tak henti-hentinya dihembuskan kepada Dakwah Salafiyah yang
mubarokah ini dan para pengembannya. Tapi dengan izin Allah, Dakwah Salafiyah
ini kan terus maju dan semakin menebarkan keharuman sunnah dan atsar di tengah
umat. Dakwah Salafiyah kan selalu tegak diatas kebenaran, menampakkan yang
benar dan tidak akan menyembunyikannya.
Di
antara tuduhan yang dilontarkan kepada para pengemban dakwah ini adalah sebuah
artikel yang berjudul “Kritik Untuk Saudara-Saudaraku Sesama Salafy” yang
ditulis oleh saudara Abdullah Sholeh Hadrami.
Dalam
artikel tersebut beliau berkata : Kita sering mendengar sebuah hadits yang sangat terkenal bahwa umat
Islam terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka hanya satu golongan
yang masuk surga.
Salafy
berkata : Hadits yang beliau maksud adalah Sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam
وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ
وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً
كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Sesungguhnya
bani Israel terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73
golongan, semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan saja.” Para
sahabat bertanya “Siapakah mereka wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab : “Yaitu
mereka yang berada di atas jalanku dan para sahabatku” [HR. Tirmidzi dan yang
lainnya]
Lalu beliau berkata : Salafy mempunyai keyakinan bahwa satu golongan yang masuk surga itu hanya Salafy
saja sedangkan yang lainnya masuk neraka.
Salafy
berkata : Sepertinya beliau masih kurang paham tentang siapa itu Salafiyyin. Salafiyyin (secara umum) adalah mereka yang mengikuti para
salaf (sahabat, tabi’in dan tabiut tabiin) dalam memahami agama ini, atau yang
lebih dikenal dengan Manhaj Salaf.[1]
Salah besar apabila ada yang menganggap bahwa Salafiyyin
adalah sebuah kelompok/partai/golongan/organisasi yang memiliki ketua/wakil,
pimpinan pusat/pimpinan cabang, dan lainnya. Maka, siapa saja yang
menjalankan Islam sesuai dengan pemahaman para salaf otomatis menjadi Salafiy
tanpa registrasi apapun.
Dengan
demikian, sesuai dengan sabda Nabi di atas, siapa saja (secara umum) yang tidak
menjalankan Islam sesuai dengan pemahaman para salaf, otomatis terancam sebagai
golongan penghuni Neraka.
Beliau
berkata : Menurut
keyakinan Salafy golongan seperti; Asy’ari, Maturidi, NU, Muhammadiyah,
Haba’ib, Al-Irsyad, Persis, Jama’ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin adalah termasuk
72 golongan yang masuk neraka. Salafy yang tidak berkeyakinan seperti ini pasti
dikeluarkan dari Salafy dan dianggap bukan Salafy lagi.
Salafy
menjawab : Sepertinya beliau juga tidak faham perbedaan
antara paham keyakinan dengan organisasi. Memang, Sesuai dengan dalil di
atas bahwa Salafiyyin sangat anti dengan semua paham keyakinan selain keyakinan
yang dianut oleh para salaf. Salafiyyin hanya akan mengambil paham yang dianut
oleh para salaf saja.
Adapun
organisasi, Salafiyyin tidak pernah anti dengan organisasi selama organisasi
tersebut dibangun dengan dasar Tauhid dan Sunnah, bukan organisasi yang
dibangun di atas Ta’asshub Hizbiyah (fanatik golongan) yang selalu taklid buta
dengan pimpinan organisasi. Oleh karena itu, Salafiyyin memandang organisasi
hanyalah sebuah kendaraan untuk berdakwah.[2]
Beliau
juga sepertinya tidak paham antara Hukum Muthlaq dan
Hukum Muqayyad. Hal ini terbukti ketika beliau menuduh Salafiyyin
berkeyakinan bahwa semua orang yang di luar Salafiyyin adalah penghuni neraka.
Ketahuilah
wahai saudaraku Abdullah, semoga Allah memberikanmu TaufiqNya.. Ketika
Salafiyyin berkeyakinan bahwa semua golongan yang tidak mengikuti para Salaf
termasuk 72 golongan yang masuk neraka, maka itu adalah hukum secara umum,
tidak merujuk kepada individunya. Atau bisa dikatakan itu adalah sebuah ancaman, bukan vonis penetapan. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah berkata :
أَنَّ التَّكْفِيرَ الْعَامَّ – كَالْوَعِيدِ الْعَامِّ – يَجِبُ الْقَوْلُ بِإِطْلَاقِهِ وَعُمُومِهِ . وَأَمَّا الْحُكْمُ عَلَى الْمُعَيَّنِ بِأَنَّهُ كَافِرٌ أَوْ
مَشْهُودٌ لَهُ بِالنَّارِ : فَهَذَا يَقِفُ عَلَى الدَّلِيلِ
الْمُعَيَّنِ فَإِنَّ الْحُكْمَ يَقِفُ عَلَى ثُبُوتِ شُرُوطِهِ وَانْتِفَاءِ مَوَانِعِهِ
“Sesungguhnya
pengkafiran secara umum itu seperti ancaman secara umum, maka hendaknya sebuah
ucapan itu dibawa secara lepas atau umumnya. Adapun hukum secara individu bahwa
dia adalah seorang kafir atau dipastikan masuk neraka, maka ini berhenti pada
dalil yang khusus. Karena hukum secara individu terhenti dengan terkumpulnya
syarat-syarat pengkafiran dan hilangnya penghalang-penghalang pengkafiran. [3]
Salafiyyin
bukan seperti para Teroris Khawarij yang mengobral murah vonis kafir kepada
individu. Salafiyyin sangat berhati-hati dan tidak serampangan dalam
mengkafirkan seseorang, mereka menganggap bahwa permasalahan ini adalah
wewenang para ulama.
Beliau
berkata : Apalah artinya
kita berpura-pura baik dan dakwah lemah lembut serta akrab dengan tokoh-tokoh
NU dan yang lainnya sementara kita berkeyakinan bahwa kelompok tersebut
termasuk 72 golongan yang masuk neraka, bukankah ini adalah “taqiyah” mirip
ajaran syi’ah, yaitu berpura-pura karena masih minoritas dan takut..?!
Salafy
berkata : Husnuzhon saya, beliau mungkin menulis ini dalam keadaan lelah dan
mengantuk karena aktifitas dakwah beliau yang sangat padat (Barakallahu fiih).
Jika tidak demikian, bagaimana mungkin beliau menyamakan harumnya dakwah
(mengajak semua manusia kepada tauhid) yang telah dijalankan oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dengan busuknya Taqiyah yang dijalankan oleh
Rafidhah ??!!
Bukankah
inti daripada dakwah adalah menunjukkan jalan kebenaran kepada orang-orang yang
tersesat ??
Bukankah
Allah sendiri yang memerintahkan untuk berdakwah secara lemah lembut ?
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah
manusia kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan kebaikan, dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik [QS. al-Nahl : 125]
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَسَكِّنُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
Mudahkanlah,
jangan kalian persulit, tenangkanlah, jangan membuat mereka lari [Muttafaq
alaih]
Dan
itupula yang dipraktekkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri
dalam dakwahnya. Beliau sering menyampaikan tentang Neraka dan Adzab yang pedih
kepada kaum Musyrikin Quraisy. Bahkan beliau menyakini bahwa semua orang yang
musyrik adalah penghuni Neraka yang kekal abadi. Beliau bersabda
مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa
yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun,
maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik
pada Allah, maka ia akan masuk neraka” [HR. Muslim]
Meskipun
demikian, mengapa beliau akrab dan berlemah lembut kepada pamannya yang musyrik
(Abu Thalib), bahkan sampai menjelang wafatnya pun beliau masih berlemah lembut
kepadanya dengan mengatakan
يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أَشْهَدُ
لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ
Wahai
pamanku, katakanlah Laa Ilaaha Illallah, sebuah kalimat yang dengannya kelak
akan aku persaksikan di hadapan Allah. [Muttafaq alaih]
Beranikah
anda mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang melakukan
taqiyah kepada pamannya ??
Dan
perlu anda ketahui, Salafiyyin tidak akan pernah takut kepada siapapun selain
Allah meskipun jumlah mereka minoritas. Salafiyyin sangat yakin dengan sabda
Rasulullah
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ
لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
Senantiasa
ada sekelompok umatku yang nampak di atas kebenaran, tidak akan membahayakan
mereka orang-orang yang memusuhinya sampai datang perkara Allah dan mereka
masih tetap seperti itu [Muttafaq alaih]
Beliau berkata : Kita harus
jujur bahwa tidak ada kelompok yang sempurna
Salafy
berkata : Jika kesempurnaan yang dimaksud adalah kesempurnaan secara
perorangan, maka memang demikian adanya. Karena tidak ada satupun manusia yang
sempurna selain para Nabi dan Rasul. Selain para Nabi dan Rasul masuk dalam
sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Semua
anak cucu Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah
adalah mereka yang senantiasa bertaubat [HR. Ibnu Majah]
Demikian
pula apabila yang beliau maksud adalah kesempurnaan kelompok berupa organisasi,
partai, golongan, dan lainnya. Maka memang benar adanya bahwa semua kelompok
organisasi itu tidak ada yang sempurna.
Namun
apabila yang beliau maksud adalah kelompok berupa paham keyakinan (Salafy,
Asy’ari, Maturidi, dan lainnya), maka hendaknya beliau merujuk kembali kepada
al-Qur`an dan Hadits-hadits Nabi. Sungguh terlalu banyak bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa Allah menghendaki hanya ada satu jalan kelompok yang
sempurna, yaitu jalannya kelompok yang berkeyakinan sebagaimana keyakinannya
para salaf. Allah azza wa jalla berfirman
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang
terdahulu lagi pertama (masuk islam) dari golongan muhajirin dan anshor dan
orang-orang yang MENGIKUTI MEREKA dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan
mereka ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar. [QS. al-Tawbah 100]
Abdullah
ibnu Mas’ud pernah meriwayatkan akan hal ini, beliau mengatakan
خَطَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَطًّا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ مُسْتَقِيمًا قَالَ ثُمَّ
خَطَّ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ السُّبُلُ وَلَيْسَ مِنْهَا
سَبِيلٌ إِلَّا عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ { وَانَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا
تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam pernah membuat sebuah garis dengan tangannya lalu
berkata “Ini adalah Jalan Allah yang lurus”. Lalu beliau membuat garis lagi di
kanan dan kirinya seraya berkata “Ini adalah Jalan yang banyak, tidaklah di
setiap jalan itu melainkan ada setan yang mengajak ke sana.” Lalu beliau
membaca firman Allah “Dan inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah, janganlah
kalian mengikuti jalan yang banyak itu, niscaya kalian akan bercerai berai dari
jalanNya.” [HR. Ahmad]
Dengan
demikian, saya mengajak saudaraku, Abdullah, untuk berpikir kembali dan tidak
terus menerus berada dalam keyakinan yang seperti itu. Apalah artinya istiqamah
dan kokoh tapi dalam keyakinan yang salah..?!
[1]
Syaikh Salim bin Id al-Hilaly, Limaadza Ikhtartu al-Manhaj al-Salafy, hal.33
[2]
Penulis adalah seorang Salafy Mahasiswa Pascasarjana Univ. Muhammadiyah
Surabaya, dan Pengajar Tarbiyah Diniyah Al-Irsyad Al-Islamiyyah Surabaya.
[3]
Syaikhul Islam, Majmu’ Fatawa 14/498
====================================
Surabaya,
24 Rabi’ al-Awwal 1437
Umar
bin Fauzi Baladraf