Liberalisasi Indonesia
Bagaimana menyikapi orang-orang liberal yang mulai banyak menduduki posisi jabatan dalam kenegaraan? Trlebih dedengkot JIL dalam berbagai statusnya, suka mengelluarkan statement yang memancing emosi. Mohon pencerahannya.
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Perseteruan antara ahlul haq dan ahlul bathil akan terus berlangsung sampai kiamat. Mukmin akan selalu bermusuhan dengan kafir, ahli tauhid akan bermusuhan dengan penghasung syirik, ahlus sunah akan bermusuhan dengan ahlul bi’dah. Termasuk permusuh antara kaum muslimin dengan komunitas munafiq, yaitu orang liberal yang ngaku islam.
Anda layak bersyukur, ketika anda di posisi muslim yang baik, muslim ahlus sunah. Bukan syiah, bukan liberal dan bukan pembela syirik dan bid’ah. Keindahan hidayah yang Allah berikan kepada kita.
Sebebanrnya, di Indonesia, JIL hanyalah komunitas kecil. Itupun sebagian besar hanya berkutat di wilayah kampus. Sementara masyarakat bawah, nyaris tidak mengenal pemikiran liberal yang mereka canangkan.
Karena itu, sebagian tokoh muslim yang menyelami masalah JIL menyatakan, bahwa tantangan besar kita bukan JIL. JIL hanya kelompok kecil di masyakat kita. Memang mereka nampaknya lebih banyak keluar suara, karena mereka suka membuat sensasi kontroversial, memancing emosi kaum muslimin.
Jangan Emosi, Konspirasi Mereka Tak Berarti
Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia yang paling banyak membuat konspirasi untuk menusuk kaum muslimin dari dalam adalah orang-orang munafik. Mereka mengaku muslim, ikut shalat jamaah, dengan tujuan agar bisa mendapatkan pengakuan sebagai penduduk Madinah.
Sama persis seperti JIL di tempat kita. Mereka memperjuangkan pluralisme, semua agama sama, tapi diminta pindah agama, keluar dari islam, tidak mau. Secara KTP muslim, namun faktanya membenci islam.
Konspirasi terbesar orang munafik di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bagaimana bisa mengusir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum Muhajirin dari Madinah. Sampai mereka mendirikan masjid Dhirar, yang tujuan utamanya sebagai markas orang nasrani untuk mengintai kekuatan kaum muslimin Madinah.
Mereka lah manusia yang paling ‘nyelekit’ bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Mereka senang ketika melihat sahabat susah. Sebaliknya, mereka susah melihat sahabat senang.
Allah berfirman,
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا
Ketika kalian mendapatkan kebaikan, mereka (orang munafiq) merasa susah. Dan ketika kalian tertimpa kesusahan, mereka senang… (QS. Ali Imran: 120)
Sejarah berulang. Di masa silam ada munafiq, di zaman kita ada JIL. Sehingga cara paling tepat untuk mengatasi JIL adalah dengan meniru bagaimana solusi yang Allah berikan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menghadapi orang munafiq.
Salah satunya, solusi yang Allah berikan untuk menghadapi orang munafiq yang getol melakukan makar.
Kita lihat, bagaimana solusi yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di lanjutan ayat, Allah berfirman,
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا؛ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Jika kalian bersabar, dan bertaqwa kepada Allah, maka konspirasi mereka sama sekali tidak akan membahayakan kalian sama sekali. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan rinci terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. Ali Imran: 120)
Allahu akbar…
Konspirasi musuh islam, orang munafik, tidak berarti apa-apa, ketika kaum muslimin berusaha melakukan dua hal,
Pertama, berusaha bersabar, tidak terpancing emosi, tidak membalas dengan amarah, tidak membalas dengan caci maki. Diamkan dan tinggalkan mereka. Tidak perlu digubris.
Kedua, berusaha bertaqwa kepada Allah.
Kondisikan kaum muslimin agar bertaqwa kepada Allah. Ajak mereka untuk bersama-sama mengikuti al-Quran dan sunnah sesuai pemahaman para sahabat. karena ini cara paling mujarab untuk membentengi aqidah umat dari pengaruh buruk pemikiran liberal. Sehingga upaya JIL untuk mengotori aqidah masyarakat sama sekai tidak akan memberikan pengaruh.
Kita simak keterangan Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini,
يرشدهم تعالى إلى السلامة من شر الأشرار وكَيْدِ الفُجّار، باستعمال الصبر والتقوى، والتوكل على الله الذي هو محيط بأعدائهم، فلا حول ولا قوة لهم إلا به، وهو الذي ما شاء كان، وما لم يشأ لم يكن. ولا يقع في الوجود شيء إلا بتقديره ومشيئته، ومن توكل عليه كفاه
Allah membimbing kaum muslimin agar selamat dari kejahatan orang bejat dan konspirasi orang jahat, dengan berusaha sabar, bertaqwa, dan tawakkal kepada Allah, yang Dia Maha Mengetahui semua musuh mereka. Tidak ada daya dan kekuatan bagi mereka, kecuali dengan pertolongan Allah. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki, tidak akan terjadi. Dan kejadian apapun tidak akan terjadi kecuali dengan taqdir dan kehendak-Nya. Dan orang yang berusaha bertawakkal kepada Allah, maka Dia yang akan mencukupinya. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/109).
Karena itu, tidak perlu terlalu berlebihan dalam menyikapi JIL. Tidak perlu dianggap sebagai masalah yang sangat besar. Terlalu banyak tenaga yang harus kita keluarkan, jika setiap kicauan JIL harus kita tanggapi.
Janji Allah Menolong Orang yang Bertaqwa
Allah menjanjikan, orang yang berusaha menolong agama Allah, maka mereka akan ditolong oleh Allah dari kejahatan orang lain,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Wahai orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan langkah kalian. (QS. Muhammad: 7).
Yang dimaksud menolong agama Allah adalah dengan mempelajari sesuai sumbernya (al-Quran, Sunah, dan ijma umat), mengamalkannya, dan mendakwahkannya kepada orang lain.
Orang JIL dan syiah bisa saja memiliki posisi dan peran di pemerintahan. Namun konspirasi mereka tidak akan berarti bagi kaum muslimin, ketika mereka berusaha komitmen dengan kebenaran. Kembali kepada ajaran islam murni.
Demikian, semoga bermanfaat…
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/25684-liberalisasi-indonesia.html