Pernahkah kita diperlakukan tidak adil atau dizalimi oleh orang lain?
Bagaimana respon kita? Tentu tidak senang dan kita protes, bisa jadi keluar kata-kata mencaci maki bahkan ingin membalas
Mengapa? Karena kita MENGANGGAP perbuatan orang tersebut adalah kejelekan dan dia berniat jelek kepada kita
Nah, begitu juga wahai saudaraku
Ketika kita mendapat takdir yang kita anggap jelek (hakikatnya semua
takdir Allah baik) semisal mendapat musibah, maka janganlah keluar dari
lisan kita kata-kata PROTES, caci-maki, tidak terima bahkan mengumpat
takdir yang terjadi tanpa bisa memberi solusi
Padahal takdir dan kejadian di dunia adalah ciptaan Allah, bisa saja
artinya menganggap dan BERPRASANGKA Allah bermaksud jelek pada kita.
Ini harus kita hindari, karena bisa berpotensi MENGURANGI TAUHID
seseorang dan bisa jadi mengurangi POTENSI MASUK SURGA TANPA HISAB
Hindarilah walaupun hanya protes dengan perkatan halus, bahkan puncak
keimanan bahwa kita bersyukur dengan semua takdir Allah. Allah sesuai
prasangka hamba-Nya. Allah berfirman dalam hadits qudsi,
“Aku sesuai persangkaan hamba-Ku.”(HR. Bukhari)
Jika kita ridha maka Allah akan ridha, jika kita marah maka Allah akan marah dalam hal takdir.
“Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang
besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan
memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka
Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka
Allah murka kepadanya.”( HR. At-Tirmidzi no. 2396, Hasan)
Padahal Allah sangat sayang kepada Hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya.
Dari Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu , beliau menuturkan
ﺍﻟﺴﺒﻲ ﺃﺧﺬﺗﻪ، ﻓﺄﻟﺼﻘﺘﻪ ﺑﺒﻄﻨﻬﺎ ﻭﺃﺭﺿﻌﺘﻪ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻨﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : (ﺃﺗﺮﻭﻥ ﻫﺬﻩ ﻃﺎﺭﺣﺔ ﻭﻟﺪﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ). ﻗﻠﻨﺎ: ﻻ، ﻭﻫﻲ ﺗﻘﺪﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻻ ﺗﻄﺮﺣﻪ، ﻓﻘﺎﻝ: (ﻟﻠﻪ ﺃﺭﺣﻢ ﺑﻌﺒﺎﺩﻩ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺑﻮﻟﺪﻫﺎ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya.
Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami,
“Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”
Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
_____________
@Gemawang, Yogyakarta tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com