Kewajiban Mensyukuri Segala Kenikmatan Dan Tidak Menggunakannya Bukan Pada
Tempatnya.
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga Allah mencurahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba'du.
"Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepadaNya lah kami kembali" [Al-Baqarah : 155-156]
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga Allah mencurahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba'du.
Adakalanya Allah سبحانه و تعالى menguji hambaNya dengan kefakiran dan kemiskinan,
sebagaimana terjadi pada penduduk negeri ini (Saudi Arabia) pada awal abad 14
Hijriah. Allah سبحانه و تعالى telah berfirman.
"Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepadaNya lah kami kembali" [Al-Baqarah : 155-156]
Allah سبحانه و تعالى memberikan
cobaanNya berupa kenikmatan dan kelapangan rizki, sebagaimana realita kita saat
ini, untuk menguji iman dan kesyukuran mereka. Dia berfirman sebagai berikut.
"Artinya : Sesungguhnya harta dan anak-anak kamu adalah cobaan. Dan Allah
di sisiNya ada pahala yang sangat besar" [A-Taghabun : 15]
Kesudahan yang terpuji di dalam semua cobaan itu adalah bagi orang-orang yang
bertaqwa, yaitu orang-orang yang amal perbuatan mereka sejalan dengan apa yang
disyari'atkan Allah, seperti sabar dan hanya mengharap pahala di dalam kondisi
fakir, bersyukur kepada Allah atas segala karuniaNya dan menggunakan harta pada
penggunaan yang tepat di waktu kaya dan sederhana di dalam membelanjakan harta
kekayaan pada tempatnya, baik untuk keperluan makan dan minum, dengan tidak
pelit terhadap diri dan keluarga, dan tidak pula israf (berlebih-lebihan) di
dalam menghabiskan harta kekayaan pada sesuatu yang tidak ada perlunya.
Allah سبحانه و تعالى telah melarang
sikap buruk tersebut, seraya berfirman.
"Artinya : Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (israf) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal" [Al-Isra : 29]
Dan firmanNya.
"Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta mereka (yang dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan" [An-Nisa : 5]
Pada ayat di atas Allah melarang menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, sebab mereka akan membelanjakannya bukan pada
tempatnya. Maka hal itu berarti bahwa membelanjakan harta kekayaan bukan pada
tempatnya (yang syar'i) adalah merupakan perkara yang dilarang.
Allah سبحانه و تعالى juga berfirman.
"Artinya : Hai anak Adam (manusia), pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"
[Al-A'raf : 31]
"Artinya : Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan" [Al-Isra
: 26-27]
Israf adalah membelanjakan harta kekayaan melebihi kebutuhan yang semestinya.
Sedangkan tabdzir adalah membelanjakannya bukan pada tempat yang layak.
Sungguh, banyak sekali manusia saat ini yang diberi cobaan, yaitu
berlebih-lebihan di dalam hal makanan dan minuman, terutama ketika mengadakan
pesat-pesta dan resepsi pernikahan, mereka tidak puas dengan sekedar kebutuhan
yang diperlukan, bahkan banyak sekali diantara mereka yang membuang makanan
yang tersisa dari makanan yang telah dimakan orang lain, dibuang di dalam tong
sampah dan di jalan-jalan. Ini merupakan kufur nikmat dan merupakan faktor
penyebab hilangnya kenikmatan.
Orang yang berakal adalah orang yang mampu menimbang semua perkara dengan
timbangan kebutuhan, maka apabila ada sedikit kelebihan makanan dari yang
dibutuhkan, ia segera mencari orang yang membutuhkannya, dan jika ia tidak
mendapatkannya, maka ia tempatkan sisa tersebut jauh dari tempat yang
menghinakan, agar dimakan oleh binatang melata atau siapa saja yang Allah
kehendaki, dan supaya terhindar dari penghinaan. Maka wajib atas setiap
muslim berupaya semaksimal mungkin menghindari larangan Allah سبحانه و تعالى dan menjadi
orang yang bijak di dalam segala tindakannya seraya mengharap keridhaan
Allah, mensyukuri karuniaNya, agar tidak meremehkan atau menggunakannya bukan
pada tempat yang tepat.
Allah سبحانه و تعالى berfirman.
"Artinya : Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih" [Ibrahim
: 7]
"Artinya : Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kamu mengingkari
(ni'mat)-Ku" [Al-Baqarah : 152]
Allah سبحانه و تعالى juga
menginformasikan bahwa bersyukur (terima kasih) itu haruslah dengan amal, tidak
hanya sekedar dengan lisan. Dia berfirman.
"Artinya : Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah) Dan
sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur" [Saba : 13]
Jadi bersyukur kepada Allah itu dilakukan dengan hati, lisan dan perbuatan.
Barangsiapa yang bersyukur kepadaNya dalam bentuk ucapan dan amal perbuatan,
niscaya Allah tambahkan kepadanya sebagian dari karuniaNya dan memberinya
kesudahan (nasib) yang baik, dan barangsiapa yang mengingkari ni'mat Allah dan
tidak menggunakannya pada yang benar, maka ia berada dalam posisi bahaya yang
sangat besar, karena Allah سبحانه و تعالى telah mengancamnya dengan adzab
yang sangat pedih.
Semoga Allah berkenan memperbaiki kondisi kaum muslimin dan membimbing kita serta
mereka untuk bisa bersyukur kepadaNya dan mempergunakan semua karunia dan
ni'matNya untuk ketaatan kepadaNya dan kebaikan bagi hamba-hambaNya. Hanya
Dialah yang Maha Kuasa melakukan itu semua. Shalawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad, keluarganya dan para shabatnya.
[Ibnu Baz, Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah jilid 4, hal. 37]
[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Darul Haq]
Kategori: Nikah
Sumber: http://www.almanhaj.or.id
Sumber: http://www.almanhaj.or.id
Dibuat oleh SalafiDB http://salafidb.googlepages.com