48965: Menghidupkan Dan Merayakan Malam
Lailatul Qadar
Bagaimana (cara) menghidupkan malam
lailatul qadar, apakah dengan shalat atau bacaan Al-Qur’an, sirah nabawiyah,
memberikan nasehat, mengarahkan dan merayaknnya di masjid?
Published Date: 2013-08-08
--------------------------------------------------------
Alhamdulillah
Pertama: Kebiasaan Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam adalah bersemangat pada sepuluh malam terakhir bulan
Ramadan, melebihi selainnya, baik dengan shalat, bacaan Al-Qur’an, maupun
berdoa. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiallahu’anha,
sesungguhnya Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كان إذا دخل العشر الأواخر أحيا الليل
وأيقظ أهله وشد المئزر . (ولأحمد ومسلم) كان يجتهد في العشر الأواخر مالا يجتهد في
غيرها.
“Apabila memasuki sepuluh malam
akhir, biasanya beliau (Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam)
menghidupkan malam, membangunkan keluarganya serta mengencangkan kainnya
(meninggalkan jimak dan semangat beribadah)." Dalam riwayat Ahmad dan
Muslim: “Beliau bersungguh-sungguh pada sepuluh malam akhir tidak seperti malam
selainnya.”
Kedua: Nabi sallallahu ‘alaihi wa
sallam menganjurkan qiyam (shalat) pada Lailatul Qadar dalam keadaan iman
dan harap.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam sesungguhnya beliau
bersabda:
من قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً
غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه الجماعة إلا ابن ماجه)
“Barangsiapa yang berdiri
(menunaikan shalat) pada Lailatul Qadar dengan iman dan berharap (pahala), maka
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (Diriwayatkan oleh jama’ah,
kecuali Ibnu Majah)
Hadits ini menunjukkan
disyariatkannya menghidupkan Lailatul Qadar dengan shalat.
Ketiga: Di antara doa yang terbaik
untuk dibaca pada Lailatul Qadar seperti yang Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wa sallam ajarkan kepada Aisyah radhiallahu’anha sebagaimana
diriwayatkan oleh Tirmizi dan dia nyatakan shahih dari Aisyah radhiallahu’anha,
dia berkata:
يا رسول الله ، أرأيت إن علمت أي ليلة
القدر ما أقول فيها ؟ قال : قولي : اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
“Wahai Rasulullah, bagaimana
pendapat anda kalau saya mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang saya ucapkan
ketika itu? beliau menjawab: “Katakanlah, Allahumma innaka 'afuwwun,
tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mema'afkan dan
senang memaafkan, maka maafkanlah diriku).”
Keempat: Mengkhususkan malam
tertentu di bulan Ramadan sebagai Lailatul Qadar memerlukan dalil untuk
menentukannya. Akan tetapi malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir lebih
mendekati (Lailatul Qadar) di banding malam-malam lainnya, dan malam dua
puluh tujuh lebih dekat di banding malam-malam lainnya dengan Lailatul Qadar.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits yang menunjukkan hal itu.
Kelima: Adapun berbagai perbuatan
bid’ah tidak diperkenankan, baik di bulan Ramadan maupun selain Ramadan.
Terdapat riwayat dari Rasulullah sallalahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya
beliau bersabda:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو
رد (و في رواية) من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد.
“Barangsiapa yang membuat perkara
baru dalam urusan kami (agama) yang tidak bersumber darinya maka ia tertolak.”
Dalam riwayat lain: “Barangsiapa beramal dalam suatu amalan yang tidak
bersumber dari kami, maka ia tertolak.”
Apa yang dilakukan pada sebagian
malam bulan Ramadan dengan mengadakan perayaan, kami tidak mengetahui asal
usulnya. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan seburuk-buruk
urusan adalah perkara baru dalam agama (bid’ah).
Wabillahi taufiq .
Fatawa
AL-Lajnah Ad-Daimah, 10/413
------------------
Share Ulang
·
Citramas,
·
Sumber=
https://islamqa.info/id/48965