Islam Pedoman Hidup: Perayaan Malam Lailatul Qadar

Jumat, 01 Juni 2018

Perayaan Malam Lailatul Qadar

Apa hukum merayakan malam lailatul qadar yang biasa dilaksanakan tiap tanggal 27 Ramadhan?

Jawab:
Lajnah Da’imah menjawab:
Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Adapun petunjuk Nabi dalam bulan Ramadhan adalah memperbanyak ibadah, seperti shalat, membaca Al-Qur’an, bersedekah dan bentuk-bentuk amal shaleh lainnya. Begitulah yang biasa dilakukan oleh Rasulullah pada tiap-tiap bulan Ramadhan. Bila Ramadhan telah memasuki sepuluh malam terakhir beliau lebih bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah. Pada malam-malam tersebut biasanya beliau membangunkan keluarganya, mengencangkan ikat pinggangnya dan menghidupkan malam-malam tersebut dengan shalat tarawih. Rasulullah  bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah juga bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan shalat malam pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengaharap pahala dari Allah akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(Hadits Muttafaq ‘alaih)[1]
Rasulullah  menjelaskan, bahwa malam Lailatul Qadar terdapat pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tepatnya pada salah satu dari malam ganjilnya. Dalam hal ini beliau bersabda:
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي الْوِتْرِ مِنْهَ
“Carilah (lailatul qadar) pada malam ganjil sepuluh hari terakhir.”[2]
Beliau juga bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِي تِسْعٍ يَبْقَيْنَ أَو سَبْعٍ يَبْقَيْنَ أَوْ خَمْسٍ يَبْقَيْنَ أَوْ ثَلَاثِ أَوَاخِرِ لَيْلَةٍ
“Carilah pada sembilan, tujuh, lima atau tiga malam yang tersisa atau pada akhir malam.[3]
Nabi pernah mengajari Aisyah sebuah doa yang dibaca ketika mendapatkan malam lailatul qadar. Dalam kitab Musnad-nya Ahmad meriwayatkan, bahwa Aisyah berkata, ‘Wahai Nabi Allah, jika aku mendapatkan malam tersebut, apa yang aku katakan?” Nabi menjawab, “Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka memaafkan, maka maafkanlah aku.[4]
Itulah petunjuk Rasulullah dalam mengisi bulan Ramadhan dan malam lailatul qadar.
Adapun perayaan malam lailatul qadar, yang dianggap jatuh pada tanggal 27 Ramadhan, maka itu adalah perbuatan yang menyimpang dari petunjuk Rasulullah karena Rasulullah  tidak pernah merayakan malam lailatul qadar. Jadi, perayaan malam lailatul qadar tidak lain hanyalah bid’ah, yaitu perkara yang baru dalam agama kita ini, yang tidak ada contohnya dari Rasulullah . [5]

[1] Bukhari no. 37, 1905, 1802; Muslim no. 759, 760
[2]
H.R. Ahmad di dalam Musnad-nya V/40; dan asalnya ada dalam Shahihain, Bukhari no. 1912, 1913; Muslim no. 1165.
[3]
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (hadits no. 794) dan beliau berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih At-Tirmidzi I/417
[4]
Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam As-Sunan Al Kubra no. 7712, Ibnu Majah no. 3580 dan At-Tirmidzi no. 3513. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih At-Tirmidzi III/446
[5]
Fatawa Lajnah Da’imah 111/40, dinukil dari kitab Fatawa Muhimmah li Umumil Ummah
Disalin dari Majalah Fatawa Vol. 01/I/1423_2002, hal 11-12 dengan judul: Fatwa Perayaan Malam “Lailatul Qadar” Pada Tiap Tanggal 27 Ramadhan
------------------------
Share ulang:
·         Citramas
·         Sumber= https://soaldanjawab.wordpress.com/2011/05/26/perayaan-malam-lailatul-qadar/