Hari-hari
ini, hujan di Bogor sangatlah lebat. Bukan menjadi keheranan sebenarnya
(sehingga mesti dituliskan), karena tabiat kota Bogor memang banyak
hujan sehingga disebut kota hujan. Saya tidak akan menulis tentang
kejadian hujan di hari-hari itu. Yang saya tulis kali ini adalah
beberapa sunnah yang sering ditinggalkan saat musim penghujan, yang
kebetulan menginspirasi setelah hujan reda tempo hari.
1. Bergembira dengan turunnya hujan.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ
يَعْنِي ابْنَ بِلَالٍ، عَنْ جَعْفَرٍ وَهُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ
عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، أَنَّهُ سَمِعَ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الرِّيحِ وَالْغَيْمِ،
عُرِفَ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ وَأَقْبَلَ وَأَدْبَرَ، فَإِذَا مَطَرَتْ
سُرَّ بِهِ وَذَهَبَ عَنْهُ ذَلِكَ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَسَأَلْتُهُ،
فَقَالَ: " إِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَكُونَ عَذَابًا سُلِّطَ عَلَى أُمَّتِي
"، وَيَقُولُ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ: " رَحْمَةٌ "
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab
: Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Bilaal, dari
Ja’far bin Muhammad, dari ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah,
bahwasannya ia pernah mendengar ‘Aaisyah istri Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Apabila hari mendung dan angin bertiup kencang, maka hal itu dapat diketahui dari wajah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Beliau bolak-balik ke depan dan ke belakang. Dan ketika hujan telah turun,beliau pun bergembira dan hilanglah kekhawatirannya”. ‘Aaisyah berkata : “Lalu aku bertanya tentang hal itu pada beliau. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : "Aku khawatir hal itu akan menjadi menjadi adzab yang ditimpakan kepada umatku". Ketika melihat hujan turun, beliau bersabda : "(Ini adalah) rahmat" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 889 (14)].
وحَدَّثَنِي
أَبُو الطَّاهِرِ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ
جُرَيْجٍ، يُحَدِّثُنَا، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنْ عَائِشَةَ
زَوْج النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَصَفَتِ
الرِّيحُ، قَالَ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا
فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ "، قَالَتْ: وَإِذَا
تَخَيَّلَتِ السَّمَاءُ تَغَيَّرَ لَوْنُهُ وَخَرَجَ وَدَخَلَ وَأَقْبَلَ
وَأَدْبَرَ، فَإِذَا مَطَرَتْ سُرِّيَ عَنْهُ، فَعَرَفْتُ ذَلِكَ فِي
وَجْهِهِ. قَالَتْ عَائِشَةُ: فَسَأَلْتُهُ، فَقَالَ: " لَعَلَّهُ يَا
عَائِشَةُ كَمَا قَالَ قَوْمُ عَادٍ: فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا
مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا "
Dan
telah menceritakan kepadaku Abuth-Thaahir : Telah mengkhabarkan kepada
kami Ibnu Wahb, ia berkata : Aku mendengar Ibnu Juraij menceritakan
kepada kami, dari ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah, dari
‘Aaisyah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata : Jika angin bertiup kencang, maka Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berdoa : “(Alloohumma
innii as-aluka khoirohaa wa khoiro maa fiihaa, wa khoiro maa ursilat
bihi. Wa a’uudzubika min syarrihaa wa syarri maa fiihaa wa
syarri maa ursilat bihi) Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikannya,
kebaikan yang ada di dalamnya dan kebaikan apa yang Engkau kirimkan
dengannya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang
ada di dalamnya dan keburukan apa yang Engkau kirimkan dengannya”.
‘Aaisyah berkata : “Apabila langit gelap berawan, maka
beliau akan kelihatan pucat, keluar masuk rumah, ke depan dan ke
belakang. Dan jika hujan turun, beliau pun merasa gembira. Aku mengetahuinya dari raut wajah beliau. Saya menanyakan hal itu kepada beliaushallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda : "Barangkali
wahai ‘Aaisyah, kalau cuaca seperti ini, aku khawatir
jangan-jangan akan terjadi seperti apa yang diungkapkan oleh kaum 'Aad
: 'Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke
lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kami (QS. Al-Ahqaaf : 24)’ - (padahal
yang sesungguhnya itu adalah adzab dari Allah ta’ala)" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 899 (15)].
2. Berdzikir atau berdoa saat hujan turun.
Yaitu membaca dzikir atau doa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ صَالِحِ بْنِ
كَيْسَانَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ
مَسْعُودٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، أَنَّهُ قَالَ: صَلَّى
لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ
بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلَةِ،
فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ: " هَلْ تَدْرُونَ
مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ:
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ
بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ
كَافِرٌ بِي وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ "
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah, dari Maalik,
dari Shaalih bin Kaisaan, dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah
bin ‘Utbah bin Mas’uud, dari Zaid bin Khaalid Al-Juhhaniy,
bahwasannya ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengimami kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah di atas bekas-bekas hujan
yang turun pada malam harinya. Ketika selesai shalat, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam (berbalik) menghadapkan ke orang-orang (makmum) dan bersabda : “Apakah kalian mengetahui apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?”. Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Allah
berfirman:) ‘Pada pagi hari (Shubuh) hari ini ada di antara
hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir.
Barangsiapa yang berkata: ‘Muthirnaa bi-fadllillaahi wa rohmatihi (hujan
turun kepada kami karena karunia Allah dan rahmat-Nya)’, maka dia
adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang.
Dan barangsiapa yang berkata: ‘(Hujan turun disebabkan oleh)
bintang ini atau itu’, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman
kepada bintang-bintang” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 846].
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مُقَاتِلٍ أَبُو الْحَسَنِ الْمَرْوَزِيّ، قَالَ:
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، عَنْ
نَافِعٍ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَائِشَةَ، " أَنّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ،
قَالَ: اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا "
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqaatil Abul-Hasan Al-Marwaziy,
ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah, ia
berkata : telah mengkhabarkan kepada kami ‘Ubaidullah, dari
Naafi’, dari Al-Qaasim bin Muhammad, dari ‘Aaisyah :
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallamapabila melihat hujan turun, beliau berdoa : ‘Alloohumma shoyyiban naafi’an (Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat bagi kami)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1032].
Dalam riwayat lain :
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَيِّبًا نَافِعًا
“(Alloohummaj-‘alhu shoyyiban naafi’an) Ya Allah, jadikanlah ia hujan yang bermanfaat bagi kami” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1523; shahih].
Jika hujan sangat deras hingga memberikan mafsadat, maka disunnahkan kita membaca doa : ‘Alloohumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa’.
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ
أَنَسٍ، قَالَ: بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذْ جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَحَطَ الْمَطَرُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَسْقِيَنَا،
فَدَعَا فَمُطِرْنَا فَمَا كِدْنَا أَنْ نَصِلَ إِلَى مَنَازِلِنَا فَمَا
زِلْنَا نُمْطَرُ إِلَى الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ، قَالَ: فَقَامَ ذَلِكَ
الرَّجُلُ أَوْ غَيْرُهُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ
يَصْرِفَهُ عَنَّا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا، قَالَ: فَلَقَدْ رَأَيْتُ السَّحَابَ يَتَقَطَّعُ يَمِينًا وَشِمَالًا يُمْطَرُونَ وَلَا يُمْطَرُ أَهْلُ الْمَدِينَةِ "
Telah
menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Abu ‘Awaanah, dari Qataadah, dari Anas, ia berkata :
“Ketika Rasulullahshallallaahu 'alaihi wa sallam sedang
berkhutbah pada hari Jum'at, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
kepada beliau dan berkata : ‘Wahai Rasulullah, hujan sudah lama
tidak turun, berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan untuk
kami’. Maka beliau pun berdoa sehingga turun hujan kepada kami.
Hampir-hampir kami tidak bisa pulang ke rumah-rumah kami. Dan hujan
terus turun hingga hari Jum'at berikutnya. Laki-laki itu atau lelaki
lain berdiri dan berkata : ‘Wahai Rasulullah, berdoalah kepada
Allah agar hujan segera dialihkan dari kami’. Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berdoa : ‘Alloohumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa (ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja dan jangan kepada kami – sehingga membahayakan kami)”.
Anas berkata : "Sungguh aku melihat awan berpencar ke kanan dan kiri,
lalu hujan turun namun tidak menghujani penduduk Madinah”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 969].
3. Menyingkap sebagian pakaian agar badan terkena hujan.
وحَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ
ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ أَنَسٌ: " أَصَابَنَا
وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ،
قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثَوْبَهُ حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: " لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ
بِرَبِّهِ تَعَالَى "
Dan
telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Yahyaa : Telah mengkhabarkan
kepada kami Ja’far bin Sulaimaan, dari Tsaabit Al-Bunaaniy, dari
Anas, ia berkata : “Kami pernah diguyur hujan bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyingkap[1] pakaiannya
hingga terkena hujan. Kami pun bertanya kepada beliau : ‘Wahai
Rasulullah, mengapa engkau lakukan itu ?’. Beliau menjawab : ‘Karena hujan baru saja diturunkan oleh Rabb-nya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 898].
حَدَّثَنَا
بِشْرُ بْنُ الْحَكَمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَبِيعَةَ، عَنِ
السَّائِبِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّهُ كَانَ إِذَا مَطَرَتِ السَّمَاءُ، يَقُولُ: " يَا جَارِيَةُ،
أَخْرِجِي سَرْجِي، أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُولُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا "
Telah
menceritakan kepada kami Bisyr bin Al-Hakam, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Rabii’ah, dari As-Saaib bin
‘Umar, dari Ibnu Abi Mulaikah, dari Ibnu ‘Abbaas :
Bahwasannya apabila hujan turun, Ibnu ‘Abbaas berkata :
‘Wahai pelayan, keluarkanlah pelanaku dan pakaianku”.
Kemudian ia (Ibnu ‘Abbas) membaca ayat : ‘Dan Kami turunkan dari langit air yang dibekahi’ (QS. Qaaf : 9)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dalam Al-Adabul-Mufrad no. 1228; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil-Mufrad hal. 476].
Tentu saja ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing (aktivitas, kesehatan, dan yang lainnya).
4. Jika Mendengar Guruh, Membaca : Subhaanallaadzii Yusabbihur-Ra’d......
عَنْ
عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ تَرَكَ الْحَدِيثَ،
وَقَالَ: سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ
وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: إِنَّ هَذَا لَوَعِيدٌ
لِأَهْلِ الأَرْضِ شَدِيدٌ
Dari
‘Aamir bin ‘Abdillah bin Az-Zubair, dari ‘Abdullah
bin Az-Zubair : Bahwasannya apabila mendengar guruh, ia meninggalkan
pembicaraan dan kemudian berdoa : ‘Subhaanalladzii yusabbihur-ro’du bi-hamdihi wal-malaaikatu min khiifatih (Maha
Suci Allah, Dzat yang guruh itu bertasbih dengan memuji-Nya, (demikian
pula) para malaikat karena takut kepada-Nya)". Lalu ia berkata :
"Sesungguhnya ini benar-benar merupakan peringatan keras bagi penduduk
bumi” [Diriwayatkan oleh Maalik dalam Al-Muwaththa’ 4/524-525 no. 2019; shahih].
Karena,.... banyaknya petir dan guruh merupakan tanda-tanda hari kiamat.
حَدَّثَنِي
إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ
بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُصْعَبٍ، وَقُرَّةُ بْنُ
حَبِيبٍ، عَنْ عُمَارَةَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " تَكْثُرُ الصَّوَاعِقُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ حَتَّى
يُقَالَ: مَنْ صُعِقَ اللَّيْلَةَ "
Telah
menceritakan kepadaku Ibraahiim bin Muhammad bin Al-Hasan : Telah
menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Sa’iid : Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Mush’ab dan Qurrah bin
Habiib, dari ‘Umaarah, dari Abu Nadlrah, dari Abu Sa’iid radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Petir akan banyak terjadi di akhir jaman, hingga nanti dikatakan : ‘siapakah yang tersambar petir malam ini ?” [Diriwayatkan oleh Abusy-Syaikh dalam Al-‘Adhamah no. 787; sanadnya shahih].
5. Perkataan Muadzdzin dalam Adzannya : Sholluuu fir-Rihaalikum.
أَخْبَرَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، قال: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ،
قال: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ
أَبِيهِ، قال: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: بِحُنَيْنٍ فَأَصَابَنَا مَطَرٌ فَنَادَى مُنَادِي رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ صَلُّوا فِي رِحَالِكُمْ
Telah
mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsannaa, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Qataadah, dari
Abul-Maliih, dari ayahnya, ia berkata : Kami pernah bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Hunain yang ketika itu turun hujan. Lalu muadzdzin Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallammengumandangkan adzan : ‘sholluu fii rihaalikum” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy; no. 854; shahih].
أَخْبَرَنَا
قُتَيْبَةُ، قال: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ
عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ، يَقُولُ: أَنْبَأَنَا رَجُلٌ مِنْ ثَقِيفٍ، أَنَّهُ
سَمِعَ مُنَادِيَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْنِي فِي
لَيْلَةٍ مَطِيرَةٍ فِي السَّفَرِ، يَقُولُ: " حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، صَلُّوا فِي رِحَالِكُمْ "
Telah
mengkhabarkan kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami
Sufyaan, dari ‘Amru bin Diinaar, dari ‘Amru bin Aus, ia
berkata : Telah memberitakan kepada kami seorang laki-laki dari Tsaqiif
yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar muadzdzin Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada malam hari yang hujan di waktu safar. Ia berkata : ‘Hayyaa ‘alash-sholaah, hayyaa ‘alal-falaah,sholluu fii rihaalikum” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 647; sanadnya shahih].
Atau dengan lafadh : ‘Alaa Sholluu fii Rihaalkum, alaa Sholluu fir-Rihaal’ – berdasarkan riwayat:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا أَبِي،
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنِي نَافِعٌ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ،
أَنَّهُ نَادَى بِالصَّلَاةِ فِي لَيْلَةٍ ذَاتِ بَرْدٍ، وَرِيحٍ،
وَمَطَرٍ، فَقَالَ فِي آخِرِ نِدَائِهِ: أَلَا صَلُّوا فِي رِحَالِكُمْ، أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ،
ثُمَّ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يَأْمُرُ الْمُؤَذِّنَ، إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ بَارِدَةٌ، أَوْ
ذَاتِ مَطَرٍ فِي السَّفَرِ، أَنْ يَقُولَ: أَلَا صَلُّوا فِي رِحَالِكُمْ
"
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah bin Numair :
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata : Telah
mengkhabarkan kepada kami Yahyaa, dari ‘Ubaidullah bin
‘Umar, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Naafi’, ia
berkata : “Ibnu ‘Umar pernah mengumandangkan adzan pada
waktu malam yang dingin, berangin, dan hujan; maka ia mengucapkan di
akhir adzannya :‘alaa sholluu fii rihaalikum, alaa sholluu fir-rihaal (hendaknya kalian shalat di rumah-rumah kalian 2x)’. Kemudian ia melanjutkan : “Apabila malam begitu dingin atau turun hujan ketika safar, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan muadzdzin untuk mengucapkan : ‘alaa shollu fii rihaalikum” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 697 (23)].
Atau dengan lafadh : ‘Ash-Sholaatu fir-Rihaal’ – berdasarkan riwayat:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ
زَيْدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ صَاحِبُ الزِّيَادِيِّ،
قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْحَارِثِ، قَالَ: " خَطَبَنَا
ابْنُ عَبَّاسٍ فِي يَوْمٍ ذِي رَدْغٍ، فَأَمَرَ الْمُؤَذِّنَ لَمَّا
بَلَغَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، قَالَ: قُلِ الصَّلَاةُ فِي الرِّحَالِ،
فَنَظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ فَكَأَنَّهُمْ أَنْكَرُوا، فَقَالَ:
كَأَنَّكُمْ أَنْكَرْتُمْ هَذَا، إِنَّ هَذَا فَعَلَهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ
مِنِّي يَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهَا
عَزْمَةٌ وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ "
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin ‘Abdil-Wahhaab, ia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, ia berkata :
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Hamiid shaahibu Az-Ziyaadiy,
ia berkata : Aku mendengar ‘Abdullah bin Al-Haarits, ia berkata :
Ibnu ‘Abbaas pernah berkhutbah kepada kami pada hari yang ketika
itu turun hujan. Lalu ia memerintahkan muadzdzin ketika sampai pada bacaan ‘hayya ‘alash-shalaah’ : “Katakanlah : ‘ash-sholaatu fir-rihaal(shalat
di rumah-rumah kalian)’”. Orang-orang pun saling
berpandangan seakan-akan mereka mengingkarinya. Ibnu ‘Abbaas
berkata : “Sepertinya kalian mengingkarinya ini. Sesungguhnya hal
tersebut pernah dilakukan orang yang lebih baik dariku, yaitu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya shalat Jum’at adalah kewajiban, namun aku tidak suka
membuat kalian merasa susah (jika harus mendatangi shalat/masjid saat
turun hujan)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 668].
Atau dengan lafadh : ‘Sholluu fii buyuutikum’ – berdasarkan riwayat:
وحَدَّثَنِي
عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيل، عَنْ عَبْدِ
الْحَمِيدِ صَاحِبِ الزِّيَادِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ قَالَ لِمُؤَذِّنِهِ فِي
يَوْمٍ مَطِيرٍ: إِذَا قُلْتَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَلَا تَقُلْ: حَيَّ عَلَى
الصَّلَاةِ، قُلْ: صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ،
قَالَ: فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا ذَاكَ، فَقَالَ: أَتَعْجَبُونَ
مِنْ ذَا، قَدْ فَعَلَ ذَا مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي، إِنَّ الْجُمُعَةَ
عَزْمَةٌ، وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُخْرِجَكُمْ فَتَمْشُوا فِي الطِّينِ،
وَالدَّحْضِ "
Dan
telah menceritakan kepadaku ‘Aliy bin Hujr As-Sa’diy :
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, dari
‘Abdul-Hamiid bin Az-Ziyaadiy, dari ‘Abdullah bin
Al-Haarits, dari ‘Abdullah bin ‘Abbaas : Bahwasannya ia
pernah berkata kepada mu’adzdzinnya ketika hari hujan :
“Apabila engkau telah mengucapkan ‘asyhadu an-laa ilaaha illallaah, asyhadu anna Muhammadan-Rasuulullah’, maka jangan engkau ucapkan : ‘hayya ‘alash-shalaah’. Akan tetapi ucapkanlah : ‘sholluu fii buyuutikum’”.
Seakan-akan orang orang mengingkarinya. Maka Ibnu ‘Abbaas berkata
: “Apakah kalian heran tentangnya ?. Sungguh, hal tersebut pernah
dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku. Sesungguhnya shalat
Jum’at adalah kewajiban, namun aku tidak suka membuat kalian
keluar rumah sehingga kalian berjalan di atas tanah yang
berlumpur” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 699].
Penerapannya, kalimat yang diucapkan muadzdzin tersebut terletak pada :
a. setelah bacaan hayya ‘alal-falaah di tengah adzan;
b. di akhir adzan;
c. pengganti hayya ‘alash-shalaah.
Semuanya boleh.
Faedah
: Hujan menjadi sebab diberikan keringanan bagi seorang muslim tidak
mendatangi shalat berjama’ah di masjid, dan melaksanakannya di
rumah-rumah mereka.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 17031435/18012014 – 01:25].
[1] Yaitu menyingkap sebagian badan beliau. Syarh An-Nawawiy li-Shahih Muslim 6/195.
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2014/01/beberapa-sunnah-di-musim-penghujan.html
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2014/01/beberapa-sunnah-di-musim-penghujan.html