Kita, seringkali beralasan tidak punya waktu untuk belajar agama. Terutama sekali bagi sebagian ikhwan yang
bekerja di kisaran Jabodetabek. Berangkat dari rumah sebelum matahari
terbit, dan baru kembali mengetuk pintu rumah setelah tenggelamnya.
Kita menghilang pada rutinitas duniawiah selama 12 jam dalam sehari, 5
atau 6 hari dalam sepekan. Bahkan, tidak terasa telah menghabiskan
hampir dua pertiga usia kehidupan kita. Benar, ada sebagian di antara
saudara kita yang mabuk dalam urusan dunia. Namun tidak sedikit di
antara mereka melakukannya karena tuntutan dan kebutuhan.
Apapun
itu, sungguhlah merugi jika waktu kita habis untuk menggali tambang
dunia tanpa menginvetasikan sebagiannya untuk keuntungan akhirat. Allah ta’ala berfirman :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?’ [QS. Al-An’aam : 32].
وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا مَتَاعٌ
“Mereka
bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu
(dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)” [QS. Ar-Ra’d : 26].
اعْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ
بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ
أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ
يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ
اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu” [QS. Al-Hadiid : 20].
Allah ta’ala tidak mengharamkan kita bersibuk dengan urusan dunia. Namun ikhwan,….Allah ta’ala telah berfirman tentang bagaimana seharusnya seorang muslim meletakkan orientasi kehidupannya :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi” [QS. Al-Qashshaash : 77].
Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullah berkata terkait makna ayat di atas :
أَمَرَهُ أَنْ يَأْخُذَ مِنْ مَالِهِ قَدْرَ عِيشَتِهِ وَأَنْ يُقَدِّمَ مَا سِوَى ذَلِكَ لآخِرَتِهِ
“Allah
telah memerintahkan untuk mengambil bagian hartanya sekedar mencukupi
hidupnya, dan mendahulukan selain dari itu untuk kepentingan
akhiratnya” [Diriwayatkan oleh Abu Haatim dalam Tafsiir-nya no. 17116 dengan sanad hasan].
So,….
– sesuai dengan judul – belajar atau mencari ilmu adalah
salah satu investasi penting untuk menuai keuntungan di akhirat.
Saya
adalah salah seorang yang sangat-sangat tidak sepakat jika sibuk kerja
dari pagi hingga petang atau malam menjadi alasan bagi sebagian ikhwan tidak sempat untuk belajar. Dengan ketidaksepakatan itu, berikut akan saya coba susun alternatif jadwal sederhana bagi ikhwan yang sibuk bekerja, dengan sedikit kiat-kiat sederhananya :
Jam
|
Aktifitas
|
04.00 WIB
|
Bangun pagi
|
04.00 – 06.30 WIB
|
Kegiatan pra-shalat Shubuh, shalat Shubuh, dan persiapan berangkat bekerja/ke kantor.
|
06.30 – 08.00 WIB
|
Berangkat bekerja/ke kantor, perjalanan, sampai di kantor.
Jika kita berangkat ke kantor naik angkutan umum (bus atau kereta api), kita bisa manfaatkan waktu untuk :
a. Membaca buku-buku agama; atau
b. Tidur (untuk menjaga kondisi badan).
|
08.00 – 12.00 WIB
|
Bekerja.
|
12.00 – 13.00 WIB
|
ISHOMA (istirahat, shalat, dan makan siang).
Kita manfaatkan waktu ± 15 menit untuk membaca sehalaman dua halaman mushhaf seusai shalat Dhuhur. Jika ada fasilitas internet di tempat kita bekerja, sambil makan siang di depan computer kerja[1],
kita bisa membuka dan membaca situs-situs Islam yang bermanfaat.
Aktifitas ini tentu tidak bisa kita lakukan jika kita biasa makan di
kantin atau semisalnya.
|
13.00 – 17.00 WIB
|
Bekerja
|
17.00 – 19.00 WIB
|
Selesai bekerja, dan dalam perjalanan pulang (include shalat Maghrib).
Jika kita pulang dari kantor naik angkutan umum (bus atau kereta api), kita bisa manfaatkan waktu untuk :
a. Membaca buku-buku agama; atau
b. Tidur (untuk menjaga kondisi badan).
|
19.00 – 20.00 WIB
|
Sampai di rumah, istirahat, shalat (‘Isyaa’), dan makan malam.
|
20.00 – 22.00 WIB
|
Berkomunikasi dengan keluarga, termasuk mendampingi anak-anak belajar.
|
22.00 – 24.00 WIB
|
Belajar agama.
Kita
bisa manfaatkan waktu ini dengan membuka dan membaca buku-buku agama,
serta mencatat faedah-faedah penting di buku tulis atau komputer. Waktu
inilah yang – menurut saya – paling efektif harus
dimanfaatkan, karena anak-anak telah tidur. Banyak hal yang bisa kita
dapatkan dalam waktu dua jam ini.
|
24.00 – 04.00 WIB
|
Istirahat (tidur).
|
Menurut
saya, alternatif jadwal di atas masih memberikan waktu yang cukup bagi
kita untuk hidup sebagai manusia normal yang mempunyai waktu untuk
bekerja, istirahat (4 - 6 jam sehari),[2] berinteraksi dengan keluarga, dan belajar agama.
Jadwal di atas adalah untuk hari-hari bekerja. Berikut adalah alternatif jadwal ketika hari libur :
Jam
|
Aktifitas
|
04.00 WIB
|
Bangun pagi
|
04.00 – 06.00 WIB
|
Kegiatan pra-shalat Shubuh, shalat Shubuh, dan kegiatan pasca-Shubuh.
Kegiatan pasca-Shubuh bisa kita isi dengan dzikir (termasuk baca Al-Qur’an) dan mengikuti ta’lim di masjid (jika ada).
|
06.00 – 08.00 WIB
|
Membantu istri menyelesaikan pekerjaan rumahnya (menyapu, mengepel, belanja ke pasar, masak, mandiin anak-anak (kalau masih kecil/balita), dan yang lainnya.
Berbahagialah ikhwan yang dapat menggaji pembantu rumah tangga, sehingga mempunyai waktu luang lebih banyak.
|
08.00 – 09.00 WIB
|
Berkomunikasi dan bersantai dengan keluarga.
|
09.00 – 13.00 WIB
|
Berangkat mengikuti ta’lim.
Di Jabodetabek, pada rentang waktu ini biasanya banyak diadakan ta’lim yang disampaikan para ustadz kita. Usahakan dengan sangat untuk menghadiri ta'lim selagi kita bisa hadir.
|
13.00 – 15.00 WIB
|
Pulang ta’lim, makan siang, dan istirahat.
|
15.00 – 16.30 WIB
|
Shalat ‘Asar dan membantu pekerjaan istri di rumah.
|
16.30 – 17.30 WIB
|
Acara
bebas, yang bisa kita manfaatkan untuk ziarah ke tetangga atau kolega.
Bisa juga kita manfaatkan untuk kepentingan keluarga.
|
17.30 – 18.00 WIB
|
Persiapan
shalat Maghrib. Bisa kita manfaatkan untuk mengulang catatan dan
membaca buku-buku bermanfaat. Kita bisa ajak keluarga untuk turut serta.
|
18.00 – 20.00 WIB
|
· Shalat maghrib.
· Kegiatan pasca Maghrib : membaca Al-Qur’an, ikut ta’limdi masjid (kalau ada), atau mengadakan ta’lim keluarga.
· Shalat ‘Isyaa’.
· Makan malam.
|
20.00 – 21.00 WIB
|
Berkomunikasi dengan keluarga, termasuk mendampingi anak-anak belajar.
|
21.00 – 24.00 WIB
|
Belajar (sebagaimana disebutkan sebelumnya).
Catatan : Khusus hari libur, kita bisa memulai waktu belajar malam lebih cepat dari biasanya.[3]
|
24.00 – 04.00 WIB
|
Istirahat (tidur).
|
Alternatif
jadwal di atas masih bisa kita otak-atik sesuai dengan sikon dan
keadaan pribadi kita masing-masing. Harapan saya, alternatif jadwal di
atas dapat membuat kita semakin kreatif melakukan berbagai inovasi
memanfaatkan dan mengefisienkan waktu, meskipun sedikit.
Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan agar belajar kita lebih efektif :
1. Manfaatkan
waktu yang sedikit sebaik mungkin. Jika kita pintar memanfaatkan waktu
yang sedikit, maka – lazimnya – kita akan lebih pintar
memanfaatkan waktu yang banyak.
2. Mulai membaca buku yang sederhana dan tipis yang memuat prinsip-prinsip penting dalam agama, yang mudah diingat dan dihapal.
3. Jangan
‘malu’ membaca buku terjemahan bagi orang yang belum
bisa/lancar berbahasa Arab. Kita terlahir dan dibesarkan dengan bahasa
Indonesia, yang tentunya akan lebih mudah memahami penjelasan dalam
bahasa Indonesia.
Catatan :
Pandai-pandailah
kita membeli dan memilih buku terjemahan. Beberapa hal yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan adalah : nama pengarang, nama penerjemah,
dan nama penerbit. Hendaknya kita membeli buku yang ditulis,
diterjemahkan, dan diterbitkan oleh orang-orang yang berkomitmen
terhadap manhaj salaf. Jangan asal membeli buku.
4. Mencatat
point-point penting dari hal yang kita baca dan dengar dalam buku
catatan atau komputer. Itu sangat membantu kita untuk mengingat dan
memahaminya.
5. Lebih
fokus pada usaha untuk belajar dan memahami sesuatu, daripada tergoda
untuk membantah sesuatu atau bahkan mencari-cari jawaban syubhat (yang pernah kita baca atau dengar).
6. Serius
dalam belajar agama laiknya kita serius dalam belajar ilmu dunia.
Bahkan harus lebih serius lagi. Jangan menganggap belajar agama itu
hanya sekedar mengisi waktu kosong, daripada nganggur.
Bayangkan
kalau kita besok pagi mau ujian semester, pasti malam hari kita belajar
dan mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Demikian pulalah
seharusnya kita belajar agama,….. meskipun hanya membaca buku
terjemahan. Apalagi kalau kita hadir langsung dalam majelis ilmu.
7. Jika kita memiliki radio, please stay tuned pada stasiun radio dakwah, seperti Radio Rodja, Radio Hang, dan yang lainnya. Kita bisa mendengarkan ta’lim atau murattalsambil melakukan berbagai aktifitas di rumah. Ini adalah nikmat yang besar yang wajib kita syukuri.
Terakhir,…. Ibnul-Mubaarak rahimahullah berkata :
أول العلم النية، ثم الاستماع، ثم الفهم، ثم الحفظ، ثم العمل، ثم النشر
"Awal dari ilmu adalah niat, lalu mendengarkan, lalu memahami, lalu menghapal, lalu mengamalkan, lalu menyebarkannya” [Jaami' Bayaanil-'Ilmi wa Fadhlihi, 1/118].
Sampai dalam tahapan ilmu manakah kita ?
Semoga tulisan kecil ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – sardonoharjo, ngaglik, sleman, yk – 02052012].
[1] Bagi ikhwan yang dapat jatah makan dari kantor, atau biasa dibekali makan siang oleh istri dari rumah.
[2]
Terdiri dari 4 jam tidur malam, 1 jam tidur di angkutan umum ketika
berangkat bekerja, dan 1 jam ketika pulang.
[3] Karena waktu kita untuk berinteraksi dengan keluarga telah kita alokasikan lebih banyak.
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2012/05/waktu-untuk-belajar.html