Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
الفطرة خمس أو خمس من الفطرة الختان والاستحداد ونتف الإبط وتقليم الأظفار وقص الشارب
”Fithrah manusia ada lima hal – atau – lima
hal termasuk fithrah manusia, yaitu : khitan, istihdaad (mencukur bulu
kemaluan), mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memotong
kumis” [HR. Al-Bukhari no. 5889, Abu Dawud no. 4198, dan An-Nasa’i no. 9-11 dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu].
من الفطرة قص الشارب
“Termasuk fithrah adalah memotong kumis” [HR. Al-Bukhari no. 5888 dari Ibnu ‘Umarradliyallaahu ‘anhuma].
خالفوا المشركين وفروا اللحى وأحفوا الشوارب
”Selisilah oleh kalian orang-orang musyrik, lebatkanlah jenggot dan potonglah kumis” [HR. Al-Bukhari no. 5892 dan Muslim no. 259].
عن أنس قال وقت لنا في قص الشارب وتقليم الأظفار ونتف الإبط وحلق العانة أن لا نترك أكثر من أربعين ليلة
Dari Anas radliyallaahu ‘anhu ia
berkata : “Kami diberi waktu dalam memotong kumis, memotong kuku,
mencabut buku ketiak, dan mencukur bulu kemaluan agar kami tidak
membiarkannya lebih dari 40 malam” [HR. Muslim no. 258, Abu Dawud
no. 4200, An-Nasa’i no. 14, Abu ‘Awanah no. 354, dan yang
lainnya].
Banyak
hadits yang memerintahkan kita untuk memotong kumis sebagaimana
tersebut di atas. Sebagian ikhwah muslimin melakukannya dengan mencukur
habis kumis tersebut. Menurut sebagian ulama, mencukur habis kumis
bukanlah hal yang diperintahkan dalam hadits. Akan tetapi, perintah
memotong di sini adalah memotong kumis yang melebihi bibir. Tidak ada riwayat tentang perbuatan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat radliyallaahu ‘anhum mencukur habis kumis. Mari kita perhatikan dua riwayat berikut :
عن
شرحبيل بن مسلم الخولاني قال رأيت خمسة من أصحاب رسول الله صلى الله عليه
وسلم يقصون شواربهم ويعفون لحاهم ويصفرونها أبو أمامة الباهلي وعبد الله
بن بسر وعتبة بن عبد السلمي والحجاج بن عامر الثمالي والمقدام بن معد يكرب
الكندي كانوا يقصون شواربهم مع طرف الشفة
Dari Syarahbiil bin Muslim Al-Khaulaniy ia berkata : “Aku melihat lima orang dari kalangan shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang
memotong kumis mereka dan memelihara jenggot mereka dan dengan
mewarnainya warna kuning. Mereka adalah : Abu Umamah Al-Bahiliy,
‘Abdullah bin Busr, ‘Utbah bin ‘Abd As-Sulamiy,
Al-Hajjaj bin ‘Amir Ats-Tsamaliy, dan Al-Miqdam bin
Ma’dikarib Ak-Kindiy. Mereka semua memotong kumis mereka hingga tepi bibir bagian atas” [HR. Al-Baihaqi 1/151 no. 698].
عن
مالك بن أنس إحفاء بعض الناس شواربهم فقال مالك ينبغي أن يضرب من صنع ذلك
فليس حديث النبي صلى الله عليه وسلم في الإحفاء ولكن يبدي حرف الشفتين
والفم قال مالك بن أنس حلق الشارب بدعة ظهرت في الناس
Dari
Malik bin Anas bahwa ia ditanya tentang perbuatan sebagian manusia yang
memotong pendek/habis kumis mereka, maka beliau menjawab : ”Layak
bagi orang yang melakukannya untuk dipukul. Tidaklah hadits Nabi
shallallaahu ’alaihi wasallam memerintahkan untuk memotong
pendek/habis, akan tetapi ia hanya memotong yang lebih dari tepi dua
bibir dan mulut”. Malik kemudian berkata : ”Mencukur habis
kumis merupakan bid’ah yang berkembang di kalangan manusia”
[Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi 1/151 no. 699].
Walaupun
perbuatan mencukur kumis hingga habis ini tidak sampai pada derajat
haram, namun sudah selayaknya hal ini menjadi perhatian kita bukan ? [1]
[Abul-Jauzaa’ – Dzulqa’dah 1429].
[1] Sebenarnya
ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hal ini. Sebagian
ulama membolehkan mencukur habis kumis sesuai dengan dhahir hadits,
sebagian yang lain melarang/memakruhkan berdasarkan riwayat yang
ternukil dari praktek shahabat atas perintah Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam.
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2008/11/tentang-kumismu.html
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2008/11/tentang-kumismu.html