Benarkah Celah Shaf itu Diisi Iblis?
Ada salah satu
tokoh ormas besar menyatakan bahwa merapatkan shaf ketika shalat jamaah itu gak
bener.
Klo
iblis hadir di celah shaf, lalu dia bilang: “saya:
alhamdulillah kalo Iblis mau jamaah…” videonya bisa
disimak di https://youtu.be/lLwY4Eeeynw
Mohon
pencerahannya..
Jawab:
Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Sebelumnya kami ingatkan, semua setan bisa
disebut Iblis, karena setan bertindak sesuai kemauan Iblis.
Kita akan membaca beberapa hadis yang berisi
perintah merapatkan shaf ketika shalat berjamaah,
Pertama, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan
shaf shalat jamaah dengan memerintahkan,
رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا
بِالأَعْنَاقِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ
مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ
“Rapatkan shaf kalian, rapatkan barisan
kalian, luruskan pundak dengan pundak. Demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, Sungguh aku melihat setan masuk di sela-sela shaf, seperti anak
kambing.” (HR. Abu Daud 667, Ibn Hibban 2166, dan
dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Kedua, hadis dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan
shaf shalat jamaah. Beliau memerintahkan makmum,
أَقِيمُوا الصُّفُوفَ فَإِنَّمَا تَصُفُّونَ بِصُفُوفِ
الْمَلاَئِكَةِ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا فِى
أَيْدِى إِخْوَانِكُمْ وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ
صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ
اللَّهُ
Luruskan
shaf, agar kalian bisa meniru shafnya malaikat. Luruskan pundak-pundak, tutup
setiap celah, dan buat pundak kalian luwes untuk teman kalian. Serta jangan
tinggalkan celah-celah untuk setan. Siapa yang menyambung shaf maka Allah Ta’ala akan menyambungnya dan siapa yang memutus shaf, Allah akan
memutusnya. (HR. Ahmad 5724, Abu Daud 666, dan
dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Ketiga, hadis dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
merapatkan shaf, beliau mengatakan,
وَسُدُّوا الْخَلَلَ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ فِيمَا
بَيْنَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْحَذَفِ
“Tutup
setiap celah shaf, karena setan masuk di antara shaf kalian, seperti anak
kambing.” (HR. Ahmad 22263 dan
dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Wajib Diyakini!
Setan tidak bisa kita lihat.
Namun Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bisa melihatnya. Sangat mudah bagi Allah untuk membuat Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam bisa melihat setan.
Kita telah mengikrarkan syahadat, menyatakan
beliau sebagai utusan Allah.
Konsekuensinya, kita wajib mengimani dan
meyakini setiap informasi yang beliau sampaikan.
Ketika beliau menyatakan, “Setan masuk di celah shaf kalian ketika
shalat, seperti anak kambing..”
akankah kita tertawakan?
Di mana pengagungan kita kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Kita bisa bayangkan, andai tokoh
ormas ini ada di tengah shaf sahabat, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyuruhnya untuk
merapatkan shafnya, agar tidak diisi setan. Lalu dia komentar, “Ya Rasulullah, alhamdulillah kalo setan mau
jamaah…”
Di mana kira-kira pukulan Umar
bin Khatab radhiyallahu ‘anhu akan
melayang??
Tujuan Setan
Hadir di Tengah Shaf
Semua orang yang membaca tentu
sadar, bahwa kehadiran setan di sela-sela shaf tentu saja bukan untuk ikut
shalat jamaah. Kehadiran setan adalah untuk menggoda peserta shalat jamaah.
Kita simak hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا نُودِىَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ
ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِينَ ، فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ ،
حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ ، حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ
أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطُرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ ، يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا ،
اذْكُرْ كَذَا . لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ ، حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لاَ
يَدْرِى كَمْ صَلَّى
Ketika adzan
dikumandangkan, setan menjauh sambil terkentut-kentut, sehingga tidak
mendengarkan adzan. Setelah adzan selesai, dia datang lagi. Ketika iqamah
dikumandangkan, dia pergi. Setelah selesai iqamah, dia balik lagi, lalu
membisikkan dalam hati orang yang shalat: ingat A, ingat B, menngingatkan
sesuatu yang tidak terlintas dalam ingatan. Hingga dia lupa berapa jumlah
rakaat yang dia kerjakan. (HR. Ahmad 8361, Bukhari 608, Muslim 885
dan yang lainnya).
Disamping menggoda ingatan, setan juga
menggoda konsentrasi dengan diganggu fisiknya, agar dia merasa telah berhadas,
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menasehatkan
kepada orang yang suka was-was dengan hadas ketika shalat,
إنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ وَهُوَ فِي الصَّلاَة
فَيَبَلُّ إحْلِيلَهُ حَتَّى يَرَى أَنَّهُ قَدْ أَحْدَثَ ، وَأَنَّهُ يَأْتِيهِ
فَيَضْرِبُ دُبُرَهُ ، فَيُرِيهِ أَنَّهُ قَدْ أَحْدَثَ ، فَلاَ تَنْصَرِفُوا
حَتَّى تَجِدُوا رِيحًا ، أَوْ تَجِدُوا بَلَلا
Sesungguhnya
setan mendatangi kalian ketika shalat, lalu dia basahi tempat keluarnya
kencing, hingga kalian merasa berhadas (ada kencing yang keluar). Dia juga
datang dan menabok dubur kalian, sehingga kalian merasa telah berhadas
(kentut). Karena itu, jangan kalian batalkan shalat, sampai mencium bau kentut
atau ada yang basah di celana. (HR. Ibnu Abi Syaibah, 8083)
Setan itu
Bernama Khinzib
Dalam hadis dari Utsman bin Abil
‘Ash radhiallahu ‘anhu, Beliau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengadukan gangguan yang dia alami ketika shalat. Kemudian,
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خِنْزِبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ
فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا
“Itu adalah setan. Namanya Khinzib. Jika kamu
merasa diganggu, mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguannya dan
meludahlah ke kiri tiga kali.”
Kata Utsman, “Aku pun melakukannya, kemudian Allah
menghilangkan gangguan itu dariku.” (HR. Muslim 2203)
Benci
Karena Nafsu, Menyebabkan Benci Kebenaran
Berkali-kali Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengingatkan kepada
para sahabat akan kehadiran setan pada saat kita shalat. Dan tidak ada sahabat
yang terbayang, setan ikut shalat jamaah…!
Kita sangat menyayangkan ketika setingkat
tokoh ormas besar di Indonesia memiliki pemahaman konyol seperti itu.
Meskipun kami sangat yakin, tokoh ini tidak
sebodoh yang kita bayangkan. Dia tahu hadisnya, dia paham sunahnya, tapi
semangat kedengkian menutupi itu semua. Setelah dia menyebut wahabi (yang dia
maksud salafy) berusaha merapatkan shaf ketika shalat jamaah, dia membencinya
dan sekaligus membenci sunahnya.
Laa ilaaha
illallaah.
Seerti itulah kebencian karena hawa nafsu.
Akhirnnya yang menjadi sasaran kedengkiannya bukan hanya pelaku, sampai atribut
kebenaran yang selalu dibawa pelaku.
Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari
kejahatan pemikiran orang munafiq.
Allahu
a’lam
Dijawab
oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)