Saya pernah mendengar bahwa siapa yang menghidupkan malam hari raya maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana semua hati akan mati. Benarkah demikian? Apa ada hadisnya?
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Ada dua redaksi yang menyebutkan anjuran menghidupkan malam hari raya.
Redaksi pertama,
من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى، لم يمت قلبه يوم تموت القلوب
Siapa yang menghidupkan malam idul fitri dan idul adha maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana semua hati akan mati.
Status Hadis
Dalam sanad hadis ini terdapat perawi bernama Umar bin Harun al-Bulkhi. Ibnu Main (guru Imam Bukhari) menilainya sebagai kadzab (pendusta). Demikian pula yang dinyatakan oleh Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu’at. (Silsilah ad-Dhaifah, 2/11)
Ibnul Jauzi juga mengatakan dalam al-Ilal al-Mutanahiyah,
عمر متروك تركه ابْن مهدي ، وأحمد
Umar al-Bulkhi perawi yang matruk (ditinggalkan). Tidak dipakai oleh Ibnu Mahdi dan Ahmad (al-Ilal al-Mutanahiyah, 3/691).
Mengingat perawi di atas, para ulama menggolongkan hadis ini sebagai hadis palsu.
Redaksi kedua,
من قام ليلتي العيدين محتسبا لله، لم يمت قلبه يوم تموت القلوب
Siapa yang beribadah di malam dua hari raya karena mengharap pahala Allah maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana semua hati akan mati.
Status Hadis
Hadis ini diriwayatkan Ibnu Majah dari jalur Baqiyah bin Walid dari Tsaur bin Yazid. Al-Iraqi dalam Takhrij Ihya mengatakan,
أخرجه بإسناد ضعيف
“Diriwayatkan dengan sanad dhaif.” (Takhrij no. 1286)
Dalam Silsilah ad-Dhaifah dinyatakan,
بقية سيء التدليس، فإنه يروي عن الكذابين عن الثقات ثم يسقطهم من بينه وبين الثقات ويدلس عنهم! فلا يبعد أن يكون شيخه الذي أسقطه في هذا الحديث من أولئك الكذابين
Baqiyah pelaku tadlis yang buruk. Dia meriwayatkan dari para pendusta dari perawi tsiqah. Kemudian dia membuang perawi pendusta diantara perawi tsiqah dan ditutupi keberadaan perawi tsiqah. Tidak jauh jika dikatakan bahwa perawi yang dia tutupi dalam hadis ini adalah perawi pendusta itu. (Silsilah Ahadits Dhaifah, 2/11)
Berdasarkan keterangan di atas, para ulama menggolongkan hadis ini sebagai hadis dhaif jiddan (dhaif sekali).
Mengingat hadis yang menganjurkan menghidupkan malam hari raya adalah hadis yang tidak bisa dipertanggung jawabkan maka tidak dibenarkan kita meyakini hal itu sebagai sunah dalam islam.
Sementara kaidah mengamalkan hadis dhaif dalam masalah fadhilah amal, tidak berlaku untuk hadis palsu dan hadis dhaif jiddan. Menurut ulama yang membolehkan mengamalkan hadis dhaif, diantara syaratnya adalah dhaifnya ringan.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/23123-dianjurkan-tidak-tidur-di-malam-hari-raya.html