Apakah hadits:
"Janganlah kalian mencela Al-Waktu karena Allah adalah Al-Waktu"
shahih dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam? Bila shahih bagaimana Anda
menafsirkannya?
Published Date: 2002-04-14
Hadits tersebut lafadznya
bukanlah:
"Janganlah
kalian mencela Al-Waktu karena sesungguhnya Allah itu adalah Al-Waktu."
Tetapi
lafadz yang benar adalah:
"Janganlah
kalian mencela Ad-Dahr karena sesungguhnya Allah itu Ad-Dahr."
Sedangkan
lafadz tadi barangkali hanya karena penerjemahan dari pertanyaan. Hadits ini
diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu (5827). Dan di
dalam lafadz lain:
"Janganlah
salah seorang di antara kalian mencela Ad-Dahr karena sesungguhnya Allah adalah
Ad-Dahr (waktu)."
Dan
di dalam lafadz lain:
"Janganlah
salah seorang di antara kalian berkata: 'Wahai dahr (waktu) yang sial' karena
sesungguhnya Allah adalah Ad-Dahr."
Di
dalam lafadz lainnya lagi Allah berfirman:
"Anak
Adam telah menyakiti-Ku, dia berkata: 'Wahai waktu yang sial !' Maka janganlah
kalian berkata: 'Wahai waktu yang sial' karena Aku adalah Ad-Dahr (waktu). Aku
membolak-balikkan malam dan siang, maka apabila Aku menghendaki pasti Kucabut
kedua-duanya."
Adapun
makna hadits, dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullah:
"Mereka
(para ulama) berkata bahwa hadits ini adalah ungkapan (bukan hakiki) karena
dulu orang Arab suka mencela waktu ketika terjadi malapetaka dam musibah yang
menimpa mereka, baik berupa kematian, pikun, kehilangan harta dan yang lainnya,
lalu mereka berkata: "Wahai waktu yang sial!' atau kalimat lainnya yang
mengandung celaan terhadap waktu. Maka berkatalah Nabi Shalallahu 'Alaihi
Wassalam:
"Janganlah
kalian mencela waktu karena sesungguhnya Allah itu adalah waktu."
Artinya
janganlah kalian mencela pembuat kejadian karena apabila kalian mencela pembuat
kejadian terkenalah celaan itu kepada Allah Ta'ala, karena Dialah Pembuat
kejadian itu. Adapun Ad-Dahr itu sendiri maknanya adalah waktu (masa), dia
tidak punya perbuatan bahkan dia adalah makhluk di antara makhluk-makhluk Allah
Ta'ala. Dan makna "Sesungguhnya Allah adalah Ad-Dahr (waktu)" artinya
pembuat dan pencipta peristiwa dan kejadian. Wallahu A'lam." (Syarah
Muslim 3/10)
Harus
diketahui pula bahwa Ad-Dahr bukanlah salah satu di antara nama-nama Allah.
Adapun penisbatan Ad-Dahr kepada Allah hanyalah penisbatan penciptaan dan
pengaturan. Artinya Dialah yang menciptakan dan yang mengatur Ad-Dahr (waktu) karena
adanya beberapa lafadz di dalam hadits lain yang semakna.
Seperti
firman Allah :
"
Di tangan-Kulah segala urusan. Aku bolak-balikkan malam dan siang."
Maka
tidak mungkin di dalam hadits ini yang membolak-balikkan dan yang
dibolak-balikkan adalah sama, akan tetapi yang membolak-balikkan adalah Allah
sedangkan yang dibolak-balikkan adalah waktu yang diatur oleh Allah baik
kejadiannya ataupun waktunya sesuai dengan kehendak-Nya. (Lihat: Fatawa Aqidah
Syaikh Al Utsaimin 9/163).
Al
Hafidz Ibnu Katsir, ketika menafsirkan firman Allah Ta'ala yang berbunyi:
"Dan
mereka berkata: 'Hal itu tidak lain kecuali hanya kehidupan kita di dunia, kita
mati hidup dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita kecuali Ad-Dahr
(waktu)." (Al Jatsiyah :5).
Berkata
(Ibnu Katsir): "Telah berkata Syafii, Abu Ubaidah, dan yang lainnya ketika
menafsirkan perkataan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam: "Janganlah kalian
mencela waktu karena sesungguhnya Allah itu adalah waktu." Dahulu orang
Arab di zaman jahiliyah, bila mereka ditimpa kesulitan, musibah, atau bencana,
mereka berkata: 'wahai waktu yang sial' lalu mereka menyandarkan kejadian itu
kepada waktu dan mencelanya, padahal pembuat kejadian itu hanyalah Allah Ta'ala
maka seolah-olah mereka hanyalah mencela Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena
sesungguhnya Dialah pembuat kejadian itu secara hakiki. Oleh karena itu Dia
melarang mencela waktu dengan ungkapan tadi karena Allah adalah Ad-Dahr yang
mengatur waktu dan mereka mengandarkan kejadian itu kepada-Nya. Inilah
sebaik-bail perkataan dalam menafsirkan hadits ini dan inilah yang dimaksud.
Wallahu A'lam (Tafsir Ibnu Katsir 4/152)
As-Syaikh
Al Utsaimin telah ditanya tentang hukum mencela waktu, lalu beliau menjawab sbb
:
Mencela
waktu terbagi menjadi tiga bagian :
Pertama:
Dimaksudkan hanya sekedar mengabarkan tanpa bermaksud mencela. Maka ini boleh.
Seperti berkata: "Kita sangat kepayahan dengan amat panasnya hari ini atau
amat dingin." Atau dengan kalimat yang senada dengan itu, karena setiap
amal itu tergantung niat dan kalimat itu benar hanya pengabaran.
Kedua:
Mencela waktu dengan anggapan bahwa waktulah sebagai pembuat kejadian. Seperti
mencela waktu dengan anggapan bahwa waktulah yang membolak-balik urusan menjadi
baik atau buruk. Maka ini adalah musyrik besar karena dia meyakini ada pencipta
lain selain Allah karena dia menisbatkan kejadian kepada selain Allah.
Ketiga:
Mencela waktu dan meyakini bahwa pembuat adalah Allah tapi dia mencela waktu
karena hal-hal yang dibenci, maka ini adalah haram karena menghapus kesabaran
yang diwajibkan dan ini tidak termasuk kafir karena dia tidak mencela Allah
secara langsung. Seandainya dia mencela Allah secara langsung maka kafirlah
dia. (Fatawa Aqidah 1/197)
Dan
di antara kalimat-kalimat yang mungkar di tengah-tengah manusia adalah suka
melaknat waktu atau hari ketika terjadi sesuatu yang tidak disukai di dalamnya
maka dia berdosa atas laknat dan kata-kata jeleknya, selain itu diapun berdosa
pula karena melaknat sesuatu yang tidak berhak dilaknat. Lalu apakah dosa waktu
dan hari? Dia itu tidak lain kecuali hanya sarana masa terjadinya sesuatu. Dia
hanyalah makhluk yang tidak punya andil mengatur ataupun dosa. Demikian pula
bila seseorang mencela waktu celaan itu akan kembali kepada Pencipta waktu.
Maka hendaklah setiap muslim membersihkan lisannya dari kekejian dan kemunkaran
ini, dan Allahlah tempat minta pertolongan.
Islam Tanya & Jawab
Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid
From <https://islamqa.info/id/9571>