Renungan Pertama : Waktu dalam pandangan Islam
Orang barat mengatakan “Time is Money“, “Waktu adalah
Uang”. Sebuah semboyan yang setidaknya benar-benar menggambarkan pola
pikir mereka yang individualis, materialistis, dan kapitalis dalam menyikapi
arti sebuah waktu. Yang setidaknya hal ini juga tercermin didalam pola
bermuamalah yang mereka terapkan.
Sedangkan orang arab mengatakan di dalam pepatahnya :
الوقت
كالسيف إن لم تقطعه قطعك ، ونفسك إن لم تشغلها بالحلال شغلتك بالحرام والوقوع في
الآثام
“Waktu diibaratkan pedang, jika
engkau tidak memotongnya maka waktulah yang akan memotongmu, dan jika engkau
tidak menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang halal, maka dia akan menyibukkanmu
dengan sesuatu yang haram serta perbuatan-perbuatan dosa”,
Tentunya sebuah semboyan yang sangat indah serta menyentuh jiwa.
Lalu seperti apakah ajaran agama Islam dalam memandang dan
menyikapi waktu ??, Berikut ini adalah ulasannya secara singkat,
Pertama : Islam menjadikan waktu
sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebagaimana telah diisyaratkan oleh Alloh
yang telah bersumpah dengan nama waktu di dalam banyak ayat, diantaranya
dalam firmanNya :
{ وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
}
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian” (QS. Al-`Ashr: 1-2 )
{ وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى, وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى
}
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang
apabila terang benderang” ( QS. Al-Lail : 1-2 )
{ وَالضُّحَى, وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى }
“Demi
waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)”
(QS. Adh-Dhuha : 1-2)
Dan tidaklah Alloh bersumpah di beberapa ayat dengan nama
waktu, melainkan hal tersebut menunjukkan atas kemuliaan serta keagungan hal
tersebut, yaitu dalam hal ini adalah waktu.
Kedua : Islam mendorong seseorang
untuk menggunakan waktu dengan baik, agar orang tersebut bisa mengambil
pelajaran dan bersyukur atas nikmat waktu yang Alloh anugerahkan
kepadanya.
Alloh Subhanahu wa ta'ala telah berfirman :
{ وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ
أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا }
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih
berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin
bersyukur” (QS. Al-Furqan : 62)
Yaitu dengan perputaran waktu, maka manusia dapat mengambil pelajaran yang sangat penting mengenai
tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah serta menjalankan
Syariat-Nya, mengingat ajal yang pasti
akan menjemputnya, dan mempersiapkan bekal bagi kehidupan di akhiratnya yang
kekal dan abadi.
Ketiga : Islam telah memberikan
pujiannya serta mensifati orang-orang yang mengisi waktunya dengan berfikir dan
menjalankan ketaatan dijalan Alloh dengan sebutan Ulil Albab (Orang yang berakal).
Alloh
Ta'ala telah berfirman :
{ إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ }
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ”
(QS. Ali Imran : 190)
Berdasarkan ayat diatas, maka orang-orang yang tidak bisa
mensyukuri serta mengisi waktunya dengan berfikir dan menjalankan ketaatan
dijalan Alloh maka tidaklah pantas
untuk dikatakan sebagi manusia yang berakal, wal
`iyadzu billah.
Keempat : Waktu adalah nikmat &
karunia Alloh yang terlupakan oleh kebanyakan manusia.
Rasululloh
Shallallahu'alaihi wa sallam pernah bersabda :
(( نعمتانِ مغْبونٌ فيهما كثيرُ من الناس : الصِحةُ والفراغُ
))
“Dua nikmat yang kebanyakan manusia
rugi di dalamnya : Kesehatan dan Waktu Luang ”
(HR. Bukhari)
Akan tetapi, sangat disayangkan sekali, banyak sekali manusia yang lalai akan kedua nikmat ini. Dan merekapun baru menyadari akan besarnya nikmat ini setelah mereka kehilangannya. Kehilangan kesehatan yang telah berganti dengan sakit menahun yang berkepanjangan tidak diketahui ujungnya, dan kehilangan Waktu luang yang telah berganti dengan kegiatan dan kesibukan yang tiada henti dan datang secara bertubi-tubi, wal `iyadzu billah.
Akan tetapi, sangat disayangkan sekali, banyak sekali manusia yang lalai akan kedua nikmat ini. Dan merekapun baru menyadari akan besarnya nikmat ini setelah mereka kehilangannya. Kehilangan kesehatan yang telah berganti dengan sakit menahun yang berkepanjangan tidak diketahui ujungnya, dan kehilangan Waktu luang yang telah berganti dengan kegiatan dan kesibukan yang tiada henti dan datang secara bertubi-tubi, wal `iyadzu billah.
Kelima : Kita akan dimintai
pertanggung jawaban dihadapan Alloh akan waktu yang telah kita pergunakan.
Rasululloh Shallallahu'alaihi wa sallam pernah menjelaskan hal
ini didalam sabdanya :
لنْ تزُولَ قدما عبد يوم القيامة حتى يُسألُ عن أربع
))
عن عمره فيما أفناه ، وعن شبابه فيما أبلاه ، وعن علمه ماذا عمِل
به ،
(( وعن ماله من أين أخذه وفيما أنفقه
“Tidak tergelincir kedua kaki seorang
hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal: Umurnya; dihabiskan
untuk apa, Waktu mudanya; digunakan untuk apa, Ilmunya; apakah diamalkan
atau tidak, Hartanya; darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya”
(Hadist Hasan, Riwayat Tirmidzi )
Apakah umur, masa muda, serta waktu kita telah dipakai untuk menggapai keRidhoan Alloh ??
Ataukah justru kita biarkan berlalu dan terbuang dengan sia-sia dengan berbagai kemaksiatan ??
Renungkanlah sebelum terlambat…..,
Keenam : Umat manusia benar-benar berada
didalam kerugian yang nyata apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah
diberikan oleh Allah seoptimal mungkin untuk berjalan diatas ketaatanNya.
{ وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ, إِلا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ }
“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan
nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran” (QS. Al-`Ashr: 1-3).
Renungan Kedua : Memahami
Karakteristik Waktu Sebelum Melangkah Lebih Jauh…
Setelah kita memahami arti pentingnya waktu dalam pandangan
ajaran Islam, maka diperlukan adanya sebuah kiat-kiat yang tepat untuk
mengaturnya seoptimal dan seefisien mungkin. Dan tidak lain hal ini dilakukan
dengan tujuan supaya kelak kita bisa mempertanggung jawabkannya dihadapan
Alloh.
· Pertama : Waktu akan habis dan berlalu dengan cepat.
· Kedua : Waktu yang telah habis tak akan pernah kembali dan tak mungkin dapat diganti.
· Ketiga : Waktu adalah modal terbaik bagi manusia. Karena waktu adalah wadah bagi setiap amal perbuatan manusia.
· Keempat : Kita akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Alloh atas waktu yang telah kita pergunakan.
Renungan
Ketiga : Sebuah Potensi Yang Sama
Setiap manusia diberikan oleh Alloh bekal serta potensi
yang sama untuk bisa meraih tujuan serta cita-citanya. Namun, walaupun
diberikan bekal serta potensi yang sama, kenapa pada kenyataannya ada
segolongan manusia yang sukses didalam hidupnya dan ada juga segolongan manusia
lain yang justru gagal dan terpuruk ??
Kuncinya adalah pada bagaimanakah sudut pandang serta sikap
seseorang dalam memandang arti pentingnya sebuah waktu dan cara-cara
mengoptimalkannya. Karena secara umum, manusia terbagi menjadi dua
golongan : Golongan manusia sukses dan Golongan manusia gagal.
Kesuksesan dan kegagalan seseorang sangat erat sekali kaitannya dengan kemampuannya
di dalam mengoptimalkan waktu yang dimilikinya.
-
Jika seseorang mampu mengoptimalkan waktu yang Allah anugerahkan
kepadanya untuk selalu meningkatkan keimanan, ilmu, amal shaleh, dan berdakwah
di jalan Allah, maka tentunya dia akan menjadi orang yang sukses dan beruntung
di dunia serta di akhirat.
- Namun sebaliknya, jika ia gagal mengoptimalkan waktu yang ia
lewati untuk memperkuat keimanan, memperbanyak ilmu, amal shaleh dan berdakwah
di jalan Alloh , maka ia dipastikan akan menjadi orang yang merugi di dunia dan
terlebih lagi di akhirat kelak.
Renungan Keempat : Beberapa Metode
Untuk Mengoptimalkan Waktu Yang Kita Miliki
Dan berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diterapkan untuk
mengoptimalkan waktu kita yang terbatas ini dengan sebaik mungkin,
Pertama : Jangan biarkan waktu
kita kosong dan berlalu begitu saja tanpa adanya aktifitas yang bermanfaat.
Dikatakan dalam pepatah :
الوقت
كالسيف إن لم تقطعه قطعك ، ونفسك إن لم تشغلها بالحلال شغلتك بالحرام والوقوع في
الآثام
“Waktu diibaratkan pedang, jika engkau tidak memotongnya
maka waktulah yang akan memotongmu, Dan jika engkau tidak menyibukkan dirimu
dengan sesuatu yang halal, maka dia akan menyibukkanmu dengan sesuatu yang
haram serta perbuatan-perbuatan dosa”
Dalam pepatah lain dikatakan :
الفراغ
للرجال غفلة ، وللنساء غلمة
”Waktu yang kosong bagi laki-laki adalah sebuah kelalaian,
dan bagi wanita akan menjerumuskan kepada hal-hal yang buruk (syahwat)."
Oleh karena itu, bukanlah hal yang mengherankan jika Nabi Yusuf
pernah dirayu untuk berbuat zina oleh istri seorang pejabat di zamannya.
Yang semua ini disebabkan karena kekosongan hati dan jiwa yang bersumber
dari kosongnya waktu dari berbagai aktifitas yang bersifat positif.
Begitu pula kita bisa melihat dampak dari kekosongan waktu yang
menimpa para pengangguran di negeri ini. Yang ternyata dengan
meningkatnya angka pengangguran ternyata berbanding lurus dengan peningkatan
angka kriminalitas dan tindak pidana.
Kedua : Jangan pernah
menunda-nunda sebuah amalan/pekerjaan. Kerjakanlah semua amalan/pekerjaan
pada tempat serta waktu yang tepat.
Terkait dengan larangan untuk menunda-nunda sebuah amal
pekerjaan, Rosululloh Shallallahu'alaihi wa sallam pernah bersabda :
(( بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ, فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ
الْمُظْلِمِ, يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا, أَوْ يُمْسِى
مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا
يَبِيعُ
دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ))
“Bersegeralah dalam beramal (sholih),
sesungguhnya datangnya fitnah sebagaimana malam yang gelap gulita.
Seseorang beriman dipagi hari lalu menjadi kafir pada sore harinya, dan
seseorang beriman pada sore hari lalu menjadi kafir pada pagi harinya, menukar
agamanya dengan kehidupan dunia” (HR.
Muslim)
Kemudian setelah itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam beramal dan beraktifitas adalah bukan sekedar bekerja dan beraktifitas sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan kualitas amalan. Akan tetapi kita juga harus melihatnya dari sisi waktu dan tempatnya. Apakah suatu amalan yang kita kerjakan sudah sesuai dengan tempat serta waktu yang seharusnya, ataukah tidak. Dikatakan didalam sebuah pepatah :
Kemudian setelah itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam beramal dan beraktifitas adalah bukan sekedar bekerja dan beraktifitas sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan kualitas amalan. Akan tetapi kita juga harus melihatnya dari sisi waktu dan tempatnya. Apakah suatu amalan yang kita kerjakan sudah sesuai dengan tempat serta waktu yang seharusnya, ataukah tidak. Dikatakan didalam sebuah pepatah :
لكل
مقام مقال, ولكل مقال مقام
“Di setiap kondisi ada ucapan (yang layak untuk diucapkan),
dan setiap ucapan ada waktunya (yang cocok)”
Oleh sebab itu, disebutkan oleh para ulama bahwa amalan yang paling utama adalah amalan yang dikerjakan sesuai dengan waktunya. Sebagai contoh, ketika datang waktu sholat, maka yang paling utama adalah melakukan sholat, ketika datang waktu Ramadlan, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah puasa. Ketika datang waktu haji, maka yang paling utama dikerjakan adalah haji . Dan ketika waktu ujian, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah belajar untuk menghadapi ujian.
Oleh sebab itu, disebutkan oleh para ulama bahwa amalan yang paling utama adalah amalan yang dikerjakan sesuai dengan waktunya. Sebagai contoh, ketika datang waktu sholat, maka yang paling utama adalah melakukan sholat, ketika datang waktu Ramadlan, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah puasa. Ketika datang waktu haji, maka yang paling utama dikerjakan adalah haji . Dan ketika waktu ujian, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah belajar untuk menghadapi ujian.
Dan terkait pembahasan ini, kita bisa merujuk kepada kitab :
لطائف المعارف
فيما لمواسم العام من الوظائف
(Pengetahuan
tentang amalan-amalan bagi setiap musim ) karya Ibnu Rajab Al-Hambali (736-795
H) yang menerangkan tentang amalan-amalan berdasarkan urutan waktunya.
Ketiga : Beramal pada
waktu-waktu yang memiliki keutamaan.
Waktu
yang diberikan oleh Alloh begitu terbatas, sedangkan kewajiban yang harus
kita tunaikan begitu banyak. Oleh sebab itu, seorang Muslim harus mensiasati
keterbatasan waktu yang dimilikinya dengan cara memperhatikan beberapa waktu
khusus yang telah Alloh siapkan bagi para hambanya.
Sesungguhnya
Alloh dengan rahmatnya telah menyiapkan waktu-waktu tertentu yang mempunyai
keutamaan-keutamaan yang tidak dimiliki oleh waktu-waktu lainnya. Dan hal ini
merupakan keuntungan tersendiri bagi seorang hamba untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin pundi-pundi pahala dan amalan-amalan kebaikan dengan cara yang cukup
instan. Diantaranya :
a. Keutamaan
bulan Ramadhon, di dalamnya terdapat 10 malam terakhir yang yang apabila kita
bersungguh-sungguh beribadah didalamnya, maka kita akan mendapatkan Lailatul
Qadr yang keutamaannya melebihi 1000 bulan pada malam-malam lainnya.
b. Keutamaan
10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah, puncaknya pada tanggal 10 Dzulhijjah,
(( ما من أيام
العمل الصالح فيهن أحب إلى الله منه في هذه الأيام العشر))
قالوا : ولا
الجهاد في سبيل الله !!
قال : (( ولا
الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذلك بشيء ))
“Tidak ada hari, amal shalih padanya yang lebih Allah cintai
daripada sepuluh hari (Dzul Hijjah).” Mereka berkata; wahai Rasulullah,
tidak pula berjihad di jalan Allah? Beliau berkata: “Tidak pula berjihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang
keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali membawa sesuatupun.” (HR. Abu Dawud)
c. Hari
Jum’at, merupakan hari terbaik tiap pekan dan terdapat di banyak keutamaan
didalamnya. Di dalamnya suatu waktu yang jika seorang muslim berdoa, maka Allah
akan mengabulkannya.
خيرُ
يومٍ طلعت عليه الشمسُ يوم الجمعة ))
(( فيها ساعةٌ لا
يوافقها عبد مسلم وهو قائم يصلى يسأل الله شيئا, إلا أعطاه إياه
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan
pada hari Jumat dengan bersabda: “Di dalamnya
terdapat satu waktu, tiada seorang hamba muslim yang menepatinya dengan berdiri
shalat memohon sesuatu pada Allah, melainkan Allah pasti akan memberi apa yang
dia minta.” (HR. Bukhori)
d. Sepertiga malam
terakhir (Waktu Sahur).
(( ينزلُ الله كل
ليلة إلى سماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر, فيقول:
من يدعوني
فأستجيب له، ومن يسألني فأعطيه، ومن يستغفرني فأغفر له))
“Rabb Tabaaraka wa Ta’ala kita turun di setiap
malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: “Siapa yang berdo’a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa
yang meminta kepadaKu pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu
pasti Aku ampuni”. (Muttafaqun Alaihi)
Oleh
karenanya, para ulama menggambarkan sholat
5 waktu sebagai timbangan harian, hari Jum’at sebagai timbangan mingguan, bulan
Ramadhon sebagai timbangan tahunan, sedangkan haji sebagai timbangan seumur
hidup.
Oleh
karenanya, mereka begitu memperhatikan bagaimana hariannya bisa terjaga dengan
baik, setelah berhasil maka mereka berusaha menjaga mingguannya, setelah
berhasil maka mereka berusaha untuk menjaga tahunannya, setelah berhasil mereka
menjaga umurnya, dan itulah penutup yang
baik.
Keempat : Mensiasati keterbatasan
waktu dengan cara menjalankan beberapa aktifitas didalam satu waktu yang
sama.
Aktifitas, kebutuhan, tuntutan hidup, kewajiban, serta tujuan
yang hendak diraih oleh manusia sangatlah banyak. Akan tetapi waktu yang
tersedia sangatlah terbatas dan seakan berputar dengan sangat cepat.
Oleh karenanya, agar tidak terus tertinggal dari yang lain dan
agar tidak tergerus oleh waktu, maka ada baiknya kita bercermin dari kisah para
ulama terdahulu yang sampai saat ini nama mereka masih harum mengenai bagaimana
mereka mensiasati keterbatasan waktu yang mereka miliki.
- Mari kita lihat bersama, bagaimana seorang Khatib Al-Baghdadi
senantiasa berjalan dengan sebuah buku yang senantiasa dibawa dan dibaca
olehnya.
- Kita lihat juga, bagaimana Abu Al-Wafa’ Ibnu `Uqail Al-Hambali
yang menyingkat waktu makan dengan memilih makanan yang praktis, beliau bisa
memanfaat perbedaan waktu makan roti kering dengan roti yang diberi air, untuk
membaca 50 ayat Al-Qur’an.
- Dan bagaimana Abul Barakat Majiduddin (kakek dari Abul Abbas
Ibnu Taimiyah) jika ia masuk kamar mandi/WC, ia menyuruh saudaranya untuk
membacakan sebuah buku dengan suara keras agar dia bisa mendengarnya.
Kelima : Menjadikan waktu kita lebih
lebih diberkahi oleh Alloh dengan cara menjadikan aktifitas kita bermanfaat
bagi orang banyak.
Misalnya
dengan cara mengisi aktifitas kita dengan mencari ilmu yang bermanfaat,
kemudian mendakwahkannya kepada orang lain, serta menjadikan diri kita lebih
bermanfaat bagi orang banyak. Rosululloh Shallallahu'alaihi wa sallam
bersabda di dalam hadits Jabir :
((خير الناس
أنفعهم للناس ))
“Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (Mu`jam al-Ausath:6/58)
Oleh
karena itu, sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu memilih kegiatan dan
amalan yang manfaatnya bisa dirasakan oleh orang banyak. Karena amalan yang
bermanfaat bagi orang banyak jauh lebih
utama dan memiliki nilai manfaat yang lebih besar bila dibanding dengan amalan
yang hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Salah
satunya adalah At-Tafaqquh fi Dien (belajar agama) jauh lebih utama dibanding
dengan sholat malam atau puasa sunnah, karena manfaat ilmu yang didapatnya
tersebut akan bisa dirasakan oleh orang lain. Sedang sholat malam dan puasa
sunnah manfaatnya hanya terbatas pada diri sendiri. Disamping itu, ilmu adalah
pemimpin bagi amalan karena dengan ilmu amalan bisa diluruskan, lain halnya
orang yang beramal tanpa ilmu, maka dia akan terus menerus tenggelam dalam
ibadat yang salah, dan otomatis tidak akan diterima oleh Allah.
Dikatakan
oleh Abu Darda :
لأنْ أتعلَّمَ
مسألةً أحبُّ إليَّ من قيام ليلة
“Sungguh, aku mempelajari satu masalah (dalam pembahasan
Ilmu) adalah lebih aku sukai dari pada sholat semalaman”
Dan
dikatakan juga oleh Al-Hasan Al-Bashri :
لأنْ أتعلَّمَ
باباً من العلم فأعلِّمُه مسلما أحبُّ إليَّ من أن تكونَ ليِ الدنيا كلُّها في
سبيل الله
“Sungguh, aku mempelajari ilmu satu bab, lalu aku ajarkan
kepada seorang Muslim, hal itu lebih aku cintai daripada aku memiliki dunia
seluruhnya lalu saya infakkan di jalan Alloh”
Dan
pada akhirnya nanti, kebaikan ilmu serta faidah yang telah diberikannya untuk
orang lain akan kembali kepada dirinya sendiri, sebagaimana sabda Rosululloh
Shallallahu'alaihi wa sallam:
(( إِذَا مَاتَ
ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ
عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ ))
“Apabila anak Adam meninggal,
terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara : Shodaqoh Jariyah, atau Ilmu
yang bermanfaat, atau anak Sholih yang mendoakannya” (HR. Muslim)
Keenam : Setiap orang punya waktu &
kesempatan yang sama, akan tetapi tidak semua orang bisa mem-PRIORITAS-kan
waktunya untuk menggapai cita-cita serta tujuan hidupnya.
Orang
yang gagal dalam menggapai tujuan serta cita-cita dalam hidupnya selalu
terjebak dalam sugestinya sendiri : ”Saya tidak mampu”, “Mustahil”, “Tidak
Mungkin”, “Susah”, “Bisa….Tapi..” dan sejenisnya. Dan hal ini disebut Mental
Blocking, yaitu faktor penghambat bagi seseorang dalam mencapai kesuksesannya.
Namun
sebaliknya, orang yang sukses adalah seseorang yang mampu menyediakan waktu dan
komitmen di dalamnya dirinya untuk menggapai tujuannya. Dan mereka adalah
orang-orang yang mempunyai tekad serta semangat yang kuat untuk menggapai
impian mereka.
Ketujuh : Buatlah Target, Rencana, dan
Tujuan yang hendak diraih beserta dengan langkah-langkahnya yang nyata.
Percayalah,
bahwa kita hanya bisa mencapai tujuan dan sasaran hidup dengan setapak demi
setapak, dan tidak bisa seketika. Oleh karena itu, ketika kita menghimpun
kesuksesan, maka kitapun menghimpunnya secara setapak demi setapak.
Dan
disinilah peran penting dari sebuah rencana dalam kehidupan kita. Sebuah
perencana yang tersusun dengan baik akan memandu kita untuk melakukan tindakan
demi tindakan yang akan menghasilkan sukses-sukses kecil sebelum pada akhirnya
sukses-sukses kecil itu terakumulasi menjadi sebuah kesuksesan besar.
Jadi,
keberadaan sebuah perencanaan hidup sangatlah vital. Karena hidup dengan
perencanaan adalah pilihan yang memberi peluang sukses daripada hidup tanpa
perencanaan sama sekali. Dan rencana hidup yang kita buat akan membuat kita
bertindak secara lebih terarah, efektif, dan efisien. Artinya bahwa kita hanya
akan melakukan tindakan-tindakan kehidupan yang semakin mendekatkan anda kepada
sasaran/ tujuan hidup kita. Disisi lain, rencana hidup juga akan
meningkatkan tingkat efesiensi serta efektifitas hidup seseorang.
Dengan
sebuah perencanaan, kita akan terbimbing untuk melakukan
tindakan-tindakan/hal-hal yang semakin mendekatkan kita kepada tujuan hidup
serta melakukan tindakan-tindakan yang mendorong produktifitas harian. Jika
sudah demikian, maka masalah hasil, Insya Alloh tinggal menunggu waktunya saja,
biidzinillah Ta`ala.
Kedelapan : Tulislah
sekarang juga RENCANA HIDUP/KEGIATAN yang kita inginkan…….!!!
Misalnya
:
a.
Membuat perencanaan 1 tahun kedepan, (mencakup aspek-aspek yang ingin kita raih
dan kita tuju, seperti contohnya aspek Pendidikan, Keagamaan, Keluarga,
Karir/Bisnis, dan sebagainya)
Lalu, Rencana 3 tahun kedepan…….Lalu, Rencana 5 tahun kedepan…….
Lalu, Rencana 10 tahun kedepan…..
b.
Kita juga dapat membuat sebuah simple autobiografi (Curriculum Vitae) yang
berisikan gambaran perjalanan hidup yang ingin kita raih dimasa yang akan
datang.
Kita
dapat membuatnya di setiap lembarnya dengan cara mengisinya dengan hal-hal atau
peristiwa-peristiwa yang ingin kita wujudkan nantinya, Yang nantinya dapat kita
buka-buka kembali dikala senggang.
Pada
akhirnya nanti hal ini diharapkan dapat memotivasi kita untuk lebih giat dan
fokus pada target, tujuan, dan impian yang kita raih.
c.
Kita juga bisa membuat Check List atas kegiatan rutin yang harus kita lakukan,
serta menyiapkan sebuah diary untuk mencatat hal-hal yang terjadi pada
aktifitas keseharian.
Dan
pada akhirnya, selamat mencoba dan selamat menyambut kesuksesan yang telah Alloh
Ta`ala siapkan untuk kita bersama….(Tamat).
الله العليم
الحكيم أعلم بالصواب, وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله و أصحابه أجمعين
-----------
Sumber: http://mutiarahikmah.com/