Islam Pedoman Hidup: Menyingkirkan Pohon Dari Jalan

Senin, 08 Agustus 2016

Menyingkirkan Pohon Dari Jalan

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لَقدْ رَأيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ في الجَنَّةِ في شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَرِيقِ كَانَتْ تُؤذِي المُسْلِمِينَ .( رواهمسلم.)
“Sungguh aku melihat seseorang yang lalu lalang di dalam surga dengan sebab sebuah pohon yang dipotongnya dari jalanan yang menghalangi kaum muslimin” (HR. Muslim)
Diantara faidah yang dapat dipetik dari hadits diatas:
1. Menunjukkan betapa besarnya keutamaan menyingkirkan gangguan di jalanan yang dilintasi kaum muslimin, yaitu surga Allah ta’ala. Dan ini merupakan salah satu cabang keimanan yang paling rendah, sebagaimana dalam hadits Nabi yang lain : وأدناها إماطة الأذى عن الطريق Dan cabang keimanan yg terendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan )
2. Surga adalah ciptaan Allah yang telah ada, bahkan semenjak zaman Nabi Adam ‘alaihissalamyang beliau pernah tinggal didalamnya.
3. Kejadian dalam hadits ini bisa dari kemungkinan dua keadaan:
(1) Nabi melihat ini dalam mimpinya, dan mimpi Rasulullah adalah sebuah kebenaran. Kita sebagai ummatnya pun, jika melihat Rasulullah dalam mimpi maka itu adalah itu mimpi yang benar-benar bertemu dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Berdasarkan sabda beliau,
وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي حَقًّا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي
“Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihatku secara benar. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai bentukku.” (HR Bukhari Muslim)
Namun dalam hal ini perlu memperhatikan 3 hal:
  • Untuk mengetahui apakah yang kita lihat dalam mimpi itu benar-benar Rasulullah atau tidak dibutuhkan ilmu. Yaitu ilmu tentang ciri-ciri fisik dan keperawakan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, atau yang biasa diistilahkan oleh para ulama dengan syamaail muhammadiyyah. Tidak semua yang dalam mimpi berbaju putih, bersurban, dan orang arab adalah Rasulullah, dan tidak semua yang mengaku dalam mimpi sebagai Rasulullah adalah Rasulullah.
  • Siapapun yang mengaku sebagai Rasulullah dalam mimpi, dan memberi wasiat agar mengamalkan sebuah syariat yang baru maka tidak boleh dituruti karena yakinlah bahwa itu bukan Rasulullah, akan tetapi setan yang mengaku-ngaku sebagai Rasulullah dan menyesatkan manusia.
  • Adapun jika dalam mimpi tersebut yang mengaku sebagai Rasulullah mewasiatkan atau memberi petunjuk untuk memantabkan suatu ijtihad dalam syariat, dan yang bermimpi juga yakin melihat adanya ciri-ciri Rasulullah padanya, maka boleh untuk menjalankan wasiat tersebut. Hal ini yang biasanya dialami oleh para Ulama kita, sebagaimana kisah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika bimbang menentukan untuk mensholati seseorang yang diragukan keIslamannya karena kesesatan yang dilakukan. Dalam mimpinya beliau bertemu Rasulullah yang memberi petunjuk beliau agar mensholati dan mendoakan orang semacam itu dengan syarat, yaitu tambahan lafadz: إن كان مسلما (…Jika dia muslim)
(2) Kejadian ini juga bisa terjadi di malam isra mi’raj.  Wallahua’lam baik kemungkinan pertama atau kedua, yang jelas apa yang dilihat oleh Rasulullah sebagaimana yang tercantum dalam hadits ini adalah haq atau benar adanya.
4. Pohon yang disingkirkan dari jalan juga bisa terdiri dari dua kemungkinan:
(1). Jika pohon milik sendiri, maka sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk menjadikan pohon miliknya tidak menganggu jalanan masyarakat umum atau tetangga. Bukankah Rasulullahshallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده
” Seorang muslim sejati adalah yang jika muslim lainnya selamat dari keburukan ucapan dan perbuatannya ” (HR. Bukhari & Muslim)
(2). Jika pohon milik umum, maka inilah keadaan yang dimaksud dalam hadits ini serta keutamaannya. Dan ini mencakup gangguang berupa ranting, dahan, batang, bahkan dedaunan yang menghalangi jalan umum
5. Amalan dalam hadits ini terlihat remeh, namun memiliki keutamaan besar yang disebabkan dua hal:
(1) Amalan ini didorong oleh sifat kasih sayang yang dimiliki hamba tersebut kepada sesama makhluk. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
” Sayangilah yang ada dimuka bumi, niscaya Engkau akan disayangi oleh penghuni langit ” (HR. Bukhari)
(2) Amalan ini merupakan amalan muta’addiyah, yaitu amalan yang dirasakan oleh orang banyak bukan hanya pribadi seorang hamba.