Islam Pedoman Hidup: Bacaan Keluar Masuk Rumah

Minggu, 04 September 2016

Bacaan Keluar Masuk Rumah


:: Doa Keluar Rumah ::

بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Dengan nama Allah (aku keluar), Aku bertawakkal kepada Allah, dan tiada daya dan upaya kecuali karena pertolongan Allah”[1]

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (setan atau orang yang berwatak setan), berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya (orang), dan berbuat bodoh atau dibodohi” [2]

:: Doa Masuk Rumah ::

بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا، ثُمَّ لِيُسَلِّمْ عَلَى أَهْلِهِ
“Dengan nama Allah, kami masuk (ke rumah), dengan nama Allah, kami keluar (darinya) dan kepada Tuhan kami, kami bertawakkal”. Kemudian mengucapkan salam kepada keluarganya.[3]
  
:: Syarah Dzikir Keluar Rumah (1) ::

بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
"Dengan nama Allah. Aku bertawakal kepada-Nya, dan tiada daya dan kekuatan, kecuali karena pertolongan Allah."[4]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu.
Pada  bagian akhir  hadits  disebutkan  sabda  beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
يُقَالُ لَهُ: كُفِيتَ وَوُقِيتَ وَهُدِيْتَ، وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيَاطَينُ، فَيَقُولُ لَهُ لِشَيْطَانٍ آخَرَ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟
"Dikatakan kepadanya, 'Engkau telah dicukupkan, dijaga, dan diberi petunjuk.' Maka, syetan menjauk darinya. Maka, dikatakan kepada syetan yang lain, 'Bagaimana engkau dengan orang yang telah diberi petunjuk, telah dicukupkan dan telah dijaga?."
Ungkapan بِسْمِ اللهِ 'dengan nama Allah', dengan kata lain, dengan nama Allah aku berangkat.
Ungkapan تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِaku bertawakal kepada Allah'. dengan kata lain, kuserahkan semua urusanku kepada-Nya.
Ungkapan يُقَالُ لَهُ 'dikatakan kepadanya', bisa saja yang berkata adalah Allah Ta'ala dan bisa juga salah satu malaikat.
Ungkapan كُفِيتَ 'engkau telah dicukupkan', dengan kata lain, telah dijauhkan keburukan darimu.
Ungkapan وَوُقِيتَ 'engkau telah dijaga', dengan kata lain, engkau telah dijaga dari segala sesuatu yang tersembunyi darimu berupa sesuatu yang menyakitkan dan keburukan.
Ungkapan وَهُدِيْتَ 'engkau telah diberi petunjuk', menuju ke jalan yang haq dan menuju kepada kebenaran, dengan engkau diberi taufik untuk mengutamakan dzikir kepada Allah Ta'ala dan engkau masih saja mendapat pe-tunjuk dalam semua amal, perkataan, dan keadaanmu.
Ungkapan وَتَنَحَّى عَنْهُ 'maka syetan menjauh darinya', dengan kata lain, syetan menjauhkan diri darinya. Maka, dikatakan kepada syetan yang lain yang bertujuan untuk menyakitinya dan mengganggunya.
Ungkapan كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ 'bagaimana engkau masih memiliki jalan', dengan kata lain, tidak tersisa lagi jalan untukmu mendatangi orang yang telah diberi petunjuk untuk selalu dzikir kepada Allah, dipalingkan dari kesyirikan, dan dijaga dari tipu-daya dan jebakanmu.

:: Syarah Dzikir Keluar Rumah (2) ::

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (syetan atau orang yang berwatak syetan), berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya (orang), dan berbuat bodoh atau dibodohi."[5]
Shahabat wanita yang merawikan hadits adalah Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah Al-Makhzumiah Radhiyallahu Anha istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ungkapan أَنْ أَضِلَّ 'aku sesat', dengan kata lain, aku sesat dalam diriku sendiri. Kesesatan yang merupakan kebalikan petunjuk. Asalnya, "sesuatu sesat" adalah jika sesuatu itu hilang, sesat dari jalan jika ia bingung.
Ungkapan أَوْ أُضَلَّ 'atau disesatkan', dengan kata lain, orang lain menyesatkanku.
Ungkapan أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ 'berbuat kesalahan atau disalahi', kedua-duanya dari akar kata اَلزَّلَّة dengan kata lain, adalah kesalahan. Makna yang pertama, "Aku melakukan kesalahan karena diriku sendiri atau aku menjerumuskan orang lain ke dalam kesalahan itu. Sedangkan makna yang kedua, orang lain menjerumuskan diriku ke dalam kesalahan itu.
Ungkapan أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ 'tidak menganiaya atau dianiaya (orang)', dari akar kata اَلْظُلْمُ yang artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Makna yang pertama, aku menganiaya orang lain atau diri aku sendiri; sedangkan makna yang kedua, orang lain menganiaya diri saya.
Ungkapan أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ atau 'aku berbuat bodoh atau dibodohi'. Makna yang pertama: aku melakukan perbuatan orang-orang bodoh atau menyibukkan diri dalam hal-hal yang tidak bermanfaat untukku; sedangkan makna yang kedua: orang lain membodohi diriku dengan menerimaku sebagaimana penerimaan yang dilakukan orang-orang bodoh, perdebatan ... dan sejenisnya.
Dalam hal ini ajaran bagi umat beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, penjelasan tentang jalan tentang bagaimana memperlindungkan mereka ketika mereka berangkat dari rumah-rumah mereka.

:: Syarah Dzikir Masuk Rumah ::

بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى اللهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا، ثُمَّ لِيُسَلِّمْ عَلَى أَهْلِهِ
"Dengan nama Allah kami masuk, dengan nama Allah kami keluar, dan kepada Tuhan kami, kami bertawakal.' Kemudian mengucapkan salam kepada keluarganya."[6]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Malik Al-Asy'ari. Ada perdebatan dalam namanya. Dikatakan, "Ubaid." Ada pula yang mengatakan, "Abdullah." Dikatakan pula, "Amr." Dikatakan pula, "Ka'ab bin Ka'ab." Dikatakan pula, "Amir bin Al-Harits Radhiyallahu Anhum."
Ungkapan بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا 'dengan nama Allah kami masuk'.
Ungkapan بِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا 'dengan nama Allah kami keluar', dengan kata lain, keberangkatan kita juga dengan dzikir kepada Allah Ta'ala.
Ungkapan وَعَلَى اللهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا 'dan kepada Allah Rabb kami, kami bertawakal', dengan kata lain, kami bersandar ketika kami masuk atau berangkat dan dalam setiap kondisi kami dengan bersandar kepada Allah, Rabb kami Azza wa Jalla.
Ungkapan ثُمَّ لِيُسَلِّمْ عَلَى أَهْلِهِ 'kemudian mengucapkan salam kepada keluarganya', dengan kata lain, anggota keluarganya dengan ucapan kepada mereka,
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
"Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah atas kalian semua."

:: Keutamaan Dzikir Ketika Keluar Rumah[7] ::

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ: "بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ" قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ. فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ
“Jika seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca (zikir):
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
‘Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya’,
maka malaikat akan berkata kepadanya: ‘(sungguh) kamu telah diberi petunjuk (oleh Allah Ta’ala), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)’, sehingga setan-setanpun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: ‘Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Ta’ala)?’”.[8]
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan orang yang mengucapkan zikir ini ketika keluar rumah, dan bahwa ini merupakan sebab dia diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga oleh Allah Ta’ala.[9]
Beberapa faidah penting yang dapat kita ambil dari hadits ini:
-    Keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini akan diberikan kepada orang yang mengucapkan zikir ini dengan benar-benar merealisasikan konsekwensinya, yaitu berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.[10]
-    Syaitan tidak memiliki kemampuan untuk mencelakakan orang-orang yang benar-benar beriman dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala,[11] sebagaimana firman-Nya:
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ * إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya syaitan itu tidak memiliki kekuasaan (untuk mencelakakan) orang-orang yang beriman dan bertawakkal (berserah diri) kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan syaitan hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah” (QS an-Nahl/16: 99-100).
-    Bertawakal (berserah diri dan bersandar sepenuhnya) kepada Allah Ta’ala merupakan sebab utama untuk mendapatkan petunjuk dan perlindungan Allah dalam semua urusan manusia. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya” (QS ath-Thalaaq/65: 3).
Artinya, barangsiapa yang berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dalam semua urusan agama dan dunianya, yaitu dengan bersandar kepada-Nya dalam mengusahakan kebaikan bagi dirinya dan menolak keburukan dari dirinya, serta yakin dengan kemudahan yang akan diberikan-Nya, maka Allah Ta’ala akan memudahkan semua urusannya tersebut.[12]
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.


[1]    HR. Abu Dawud 4/325, At-Tirmidzi 5/490, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/151.
[2]    HR. Seluruh penyusun kitab Sunan, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/336.
[3]    HR. Abu Dawud 4/325,dan Al-‘Allamah Ibnu Baaz berpendapat, isnad hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar, no. 28. Dalam Kitab Shahih: “Apabila seseorang masuk rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah ketika masuk rumah dan makan, syaitan berkata (kepada teman-temannya), ‘Tiada tempat tinggal dan makanan bagi kalian (malam ini)’.” Muslim, no. 2018.
[4]    Abu Dawud, (4/325), no. 5094; dan At-Tirmidzi, (5/490), no. 3427. Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/151).
[5]    Abu Dawud, no. 5094; At-Tirmidzi, no. 3427; An-Nasa'i, (8/268); dan Ibnu Majah, no. 3884. Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/152) dan Shahih Ibnu Majah, (2/336).
[6]    Ditakhrij Abu Dawud, (4/325), no. 5096. Isnadnya hasan menurut Al-Al'amah Ibnu Baaz Rahimahullah dalam kitabnya Tuhfah Al-Akhyar, hlm. 28. Dalam Ash-Shahih:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ
"Apabila seseorang masuk rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah ketika masuk rumah dan ketika makan, syetan berkata (kepada teman-temannya), 'Tiada tempat tinggal dan makan malam bagi kalian'." (HR. Muslim, nomor 2018)
Komentarnya terhadap hadits no. 62 dalam Al-Kalim Ath-Thayyib, Syaikh Al-Albani Rahimahullah berkata, "Isnadnya shahih." Kemudian terlihat olehku bahwa hadits itu munqathi'. Aku menyebutkannya dalam sebagian hadits-hadits yang kugunakan sebagai dalil. Kemudian kujelaskan hal itu pada hadits lain dengan sanad ini dalam Adh-Dhai'fah (5606). Di Sana aku menyebutkan bahwa Al-Hafizh Ibnu Hajar menganggap hadits ini gharib dan melemahkannya karena alasan lain yang tidak tercela. Akan tetapi, dia tergugah bahwa hadits itu munqathi' pada hadits lain!
[7]     Disalin dari tulisan Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA di  www.muslim.or.id.
[8]     HR Abu Dawud no. 5095, at-Tirmidzi no. 3426 dan Ibnu Hibban no. 822, dinyatakan shahih oleh imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan syaikh al-Albani.
[9]     Lihat keterangan imam Ibnu Hibban dalam kitab Shahih Ibnu Hibban (3/104).
[10]    Lihat kitab Fiqhul asma-il husna, hal. 157-158.
[11]    Lihat kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 449.
[12]    Lihat kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 449.