:: Doa Keluar
Rumah ::
بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Dengan nama
Allah (aku keluar), Aku bertawakkal kepada Allah, dan tiada daya dan upaya
kecuali karena pertolongan Allah”[1]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ،
أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
“Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan
(setan atau orang yang berwatak setan), berbuat kesalahan atau disalahi,
menganiaya atau dianiaya (orang), dan berbuat bodoh atau dibodohi” [2]
:: Doa Masuk
Rumah ::
بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى
رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا، ثُمَّ لِيُسَلِّمْ
عَلَى أَهْلِهِ
“Dengan
nama Allah, kami masuk (ke rumah), dengan nama Allah, kami keluar (darinya) dan
kepada Tuhan kami, kami bertawakkal”. Kemudian mengucapkan salam kepada keluarganya.[3]
:: Syarah
Dzikir Keluar Rumah (1) ::
بِسْمِ
اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
"Dengan
nama Allah. Aku bertawakal kepada-Nya, dan tiada daya dan kekuatan, kecuali
karena pertolongan Allah."[4]
Shahabat yang meriwayatkan hadits
ini adalah Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu.
Pada
bagian akhir hadits disebutkan
sabda beliau Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam,
يُقَالُ
لَهُ: كُفِيتَ وَوُقِيتَ وَهُدِيْتَ، وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيَاطَينُ، فَيَقُولُ
لَهُ لِشَيْطَانٍ آخَرَ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟
"Dikatakan
kepadanya, 'Engkau telah dicukupkan, dijaga, dan diberi petunjuk.' Maka, syetan
menjauk darinya. Maka, dikatakan kepada syetan yang lain, 'Bagaimana engkau
dengan orang yang telah diberi petunjuk, telah dicukupkan dan telah
dijaga?."
Ungkapan بِسْمِ اللهِ
'dengan nama Allah', dengan kata lain, dengan nama Allah aku berangkat.
Ungkapan تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ
‘aku bertawakal kepada Allah'. dengan kata lain, kuserahkan semua
urusanku kepada-Nya.
Ungkapan يُقَالُ لَهُ
'dikatakan kepadanya', bisa saja yang berkata adalah Allah Ta'ala dan
bisa juga salah satu malaikat.
Ungkapan كُفِيتَ
'engkau telah dicukupkan', dengan kata lain, telah dijauhkan keburukan
darimu.
Ungkapan وَوُقِيتَ
'engkau telah dijaga', dengan kata lain, engkau telah dijaga dari segala
sesuatu yang tersembunyi darimu berupa sesuatu yang menyakitkan dan keburukan.
Ungkapan وَهُدِيْتَ
'engkau telah diberi petunjuk', menuju ke jalan yang haq dan menuju
kepada kebenaran, dengan engkau diberi taufik untuk mengutamakan dzikir kepada
Allah Ta'ala dan engkau masih saja mendapat pe-tunjuk dalam semua amal,
perkataan, dan keadaanmu.
Ungkapan وَتَنَحَّى عَنْهُ 'maka
syetan menjauh darinya', dengan kata lain, syetan menjauhkan diri darinya.
Maka, dikatakan kepada syetan yang lain yang bertujuan untuk menyakitinya dan
mengganggunya.
Ungkapan كَيْفَ
لَكَ بِرَجُلٍ 'bagaimana engkau masih memiliki
jalan', dengan kata lain, tidak tersisa
lagi jalan untukmu mendatangi orang yang telah diberi petunjuk untuk selalu
dzikir kepada Allah, dipalingkan dari kesyirikan, dan dijaga dari tipu-daya dan
jebakanmu.
:: Syarah Dzikir Keluar Rumah (2) ::
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ،
أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
"Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau
disesatkan (syetan atau orang yang berwatak syetan), berbuat kesalahan atau
disalahi, menganiaya atau dianiaya (orang), dan berbuat bodoh atau
dibodohi."[5]
Shahabat wanita yang merawikan
hadits adalah Ummu Salamah, Hindun bintu Abi Umayyah Al-Makhzumiah Radhiyallahu
Anha istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ungkapan أَنْ أَضِلَّ 'aku sesat',
dengan kata lain, aku sesat dalam diriku sendiri. Kesesatan yang merupakan
kebalikan petunjuk. Asalnya, "sesuatu sesat" adalah jika
sesuatu itu hilang, sesat dari jalan jika ia bingung.
Ungkapan أَوْ أُضَلَّ 'atau
disesatkan', dengan kata lain, orang lain menyesatkanku.
Ungkapan أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ 'berbuat
kesalahan atau disalahi', kedua-duanya dari akar kata اَلزَّلَّة dengan kata
lain, adalah kesalahan. Makna yang pertama, "Aku
melakukan kesalahan karena diriku sendiri atau aku menjerumuskan orang lain ke
dalam kesalahan itu. Sedangkan makna yang kedua, orang lain menjerumuskan
diriku ke dalam kesalahan itu.
Ungkapan أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ
'tidak menganiaya atau dianiaya (orang)', dari akar kata اَلْظُلْمُ
yang artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Makna yang pertama, aku
menganiaya orang lain atau diri aku sendiri; sedangkan makna yang kedua, orang
lain menganiaya diri saya.
Ungkapan أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
atau 'aku berbuat bodoh atau dibodohi'. Makna yang pertama: aku
melakukan perbuatan orang-orang bodoh atau menyibukkan diri dalam hal-hal yang
tidak bermanfaat untukku; sedangkan makna yang kedua: orang lain membodohi
diriku dengan menerimaku sebagaimana penerimaan yang dilakukan orang-orang
bodoh, perdebatan ... dan sejenisnya.
Dalam hal ini ajaran bagi umat
beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, penjelasan tentang jalan tentang
bagaimana memperlindungkan mereka ketika mereka berangkat dari rumah-rumah
mereka.
:: Syarah Dzikir Masuk Rumah ::
بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى اللهِ
رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا،
ثُمَّ لِيُسَلِّمْ عَلَى أَهْلِهِ
"Dengan nama Allah kami masuk, dengan
nama Allah kami keluar, dan kepada Tuhan kami, kami bertawakal.'
Kemudian mengucapkan salam kepada keluarganya."[6]
Shahabat yang meriwayatkan hadits
ini adalah Abu Malik Al-Asy'ari. Ada
perdebatan dalam namanya. Dikatakan, "Ubaid." Ada pula yang mengatakan,
"Abdullah." Dikatakan pula, "Amr." Dikatakan pula,
"Ka'ab bin Ka'ab." Dikatakan pula, "Amir bin Al-Harits Radhiyallahu
Anhum."
Ungkapan بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا
'dengan nama Allah kami masuk'.
Ungkapan بِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا
'dengan nama Allah kami keluar',
dengan kata lain, keberangkatan kita juga dengan dzikir kepada Allah Ta'ala.
Ungkapan وَعَلَى اللهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا
'dan kepada Allah Rabb kami, kami bertawakal', dengan kata lain, kami
bersandar ketika kami masuk atau berangkat dan dalam setiap kondisi kami dengan
bersandar kepada Allah, Rabb kami Azza wa Jalla.
Ungkapan ثُمَّ لِيُسَلِّمْ عَلَى أَهْلِهِ
'kemudian mengucapkan salam kepada keluarganya', dengan kata lain, anggota
keluarganya dengan ucapan kepada mereka,
اَلسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
"Semoga keselamatan, rahmat, dan
berkah atas kalian semua."
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ: "بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ"
قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ. فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ،
فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ
“Jika seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca
(zikir):
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
‘Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada
daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya’,
maka malaikat akan berkata kepadanya: ‘(sungguh) kamu
telah diberi petunjuk (oleh Allah Ta’ala), dicukupkan (dalam segala
keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)’, sehingga setan-setanpun tidak
bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: ‘Bagaimana
(mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk,
dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Ta’ala)?’”.[8]
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan
orang yang mengucapkan zikir ini ketika keluar rumah, dan bahwa ini merupakan
sebab dia diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga oleh Allah Ta’ala.[9]
Beberapa faidah penting yang dapat kita ambil dari hadits
ini:
- Keutamaan yang
disebutkan dalam hadits ini akan diberikan kepada orang yang mengucapkan zikir
ini dengan benar-benar merealisasikan konsekwensinya, yaitu berserah diri dan
bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.[10]
- Syaitan tidak
memiliki kemampuan untuk mencelakakan orang-orang yang benar-benar beriman dan
bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala,[11]
sebagaimana firman-Nya:
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
* إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya syaitan itu tidak memiliki kekuasaan (untuk
mencelakakan) orang-orang yang beriman dan bertawakkal (berserah diri) kepada
Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan syaitan hanyalah atas orang-orang yang
mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan
Allah” (QS an-Nahl/16: 99-100).
- Bertawakal
(berserah diri dan bersandar sepenuhnya) kepada Allah Ta’ala merupakan sebab
utama untuk mendapatkan petunjuk dan perlindungan Allah dalam semua urusan
manusia. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki)-Nya” (QS ath-Thalaaq/65: 3).
Artinya, barangsiapa yang berserah diri dan bersandar
sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dalam semua urusan agama dan dunianya, yaitu
dengan bersandar kepada-Nya dalam mengusahakan kebaikan bagi dirinya dan
menolak keburukan dari dirinya, serta yakin dengan kemudahan yang akan
diberikan-Nya, maka Allah Ta’ala akan memudahkan semua urusannya tersebut.[12]
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد
لله رب العالمين.
[2]
HR. Seluruh
penyusun kitab Sunan, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/152 dan Shahih
Ibnu Majah 2/336.
[3]
HR. Abu Dawud
4/325,dan Al-‘Allamah Ibnu Baaz berpendapat, isnad hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul
Akhyar, no. 28. Dalam Kitab Shahih: “Apabila seseorang masuk rumahnya, lalu
berdzikir kepada Allah ketika masuk rumah dan makan, syaitan berkata (kepada
teman-temannya), ‘Tiada tempat tinggal dan makanan bagi kalian (malam ini)’.”
Muslim, no. 2018.
[4] Abu Dawud, (4/325), no. 5094; dan At-Tirmidzi, (5/490), no. 3427.
Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/151).
[5] Abu Dawud, no. 5094; At-Tirmidzi, no. 3427; An-Nasa'i, (8/268);
dan Ibnu Majah, no. 3884. Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/152) dan Shahih
Ibnu Majah, (2/336).
[6] Ditakhrij Abu Dawud, (4/325), no. 5096. Isnadnya hasan menurut
Al-Al'amah Ibnu Baaz Rahimahullah dalam kitabnya Tuhfah Al-Akhyar,
hlm. 28. Dalam Ash-Shahih:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ
دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا
عَشَاءَ
"Apabila seseorang
masuk rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah ketika masuk rumah dan ketika
makan, syetan berkata (kepada teman-temannya), 'Tiada tempat tinggal dan makan
malam bagi kalian'." (HR. Muslim, nomor 2018)
Komentarnya
terhadap hadits no. 62 dalam Al-Kalim Ath-Thayyib, Syaikh Al-Albani Rahimahullah
berkata, "Isnadnya shahih." Kemudian terlihat olehku bahwa
hadits itu munqathi'. Aku menyebutkannya dalam sebagian hadits-hadits
yang kugunakan sebagai dalil. Kemudian kujelaskan hal itu pada hadits lain
dengan sanad ini dalam Adh-Dhai'fah (5606). Di Sana aku menyebutkan
bahwa Al-Hafizh Ibnu Hajar menganggap hadits ini gharib dan
melemahkannya karena alasan lain yang tidak tercela. Akan tetapi, dia tergugah
bahwa hadits itu munqathi' pada hadits lain!
[8] HR
Abu Dawud no. 5095, at-Tirmidzi no. 3426 dan Ibnu Hibban no. 822, dinyatakan
shahih oleh imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan syaikh al-Albani.