Saudaraku
Jika
direnungi, ternyata harta kita yang sesungguhnya hanya tiga saja,
selebihnya memang harta kita tetapi hakikatnya bukan harta kita karena
MAYORITAS harta sejatinya hanya kita tumpuk saja dan bisa jadi BUKAN
kita yang menikmati, hanya sekedar dimiliki saja.
Tiga harta sejati yang kita nikmati, itupun menikmati sementara saja yaitu
1. Makanan yang kita makan
Makanan
yang di kulkas belum tentu kita yang menikmati semua. Makanan yang di
gudang belum tentu kita yang menikmati semua. Uang yang kita simpan
untuk beli makanan belum tentu kita yang menikmati
Ketika menikmati makanan pun ini hanya sesaat dari keseharian kita, hanya melewati lidah dan kerongkongan sebentar saja
2. Pakaian yang kita pakai
Termasuk
sarana yang kita pakai seperti sepatu, kendaraan serta rumah kita. Ini
yang kita nikmati. Akan tetapi inipun sementara saja karena pakaian
bisa usang sedangkan rumah akan diwariskan
3. Sedekah
Ini adalah harta kita yang sebenarnya, sangat berguna di akkhirat kelak. Inipun berlalu sebentar dari genggaman kita di dunia
Selebihnya
harta yang kita kumpul hakikatnya bukan harta kita, kita tidak
menikmatinya atau hanya menikmati sesaat saja. Misalnya menumpuk harta:
◘ Rumah ada dua atau tiga, yang kita nikmati utamanya hanya satu rumah saja
◘ Uang tabungan di bank beratus-ratus juta atau miliyaran, yang kita
nikmati hanya sedikit saja selebihnya kita hanya kita simpan
◘ Punya kebun yang luas, punya toko yang besar, hanya kita nikmati sesaat saja
Inilah yang dimaksud hadits, harta sejati hanya tiga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻳَﻘُﻮﻝُ
ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ – ﻗَﺎﻝَ – ﻭَﻫَﻞْ ﻟَﻚَ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ﻣِﻦْ
ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻠْﺖَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺴْﺖَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ
ﺗَﺼَﺪَّﻗْﺖَ ﻓَﺄَﻣْﻀَﻴْﺖَ
“Manusia
berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah
benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap
begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang?
Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim no. 2958)
Riwayat yang lain,
ﻳَﻘُﻮﻝُ
ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻪِ ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ
ﻓَﺄَﻓْﻨَﻰ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺲَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻰ ﺃَﻭْ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓَﺎﻗْﺘَﻨَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﺳِﻮَﻯ
ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻬُﻮَ ﺫَﺍﻫِﺐٌ ﻭَﺗَﺎﺭِﻛُﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ
“Hamba
berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia
makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang
sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan
diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim no. 2959)
BUKAN
berarti seorang muslim harus miskin dan tidak boleh kaya. Tetapi
gunakanlah kekayaan tersebut untuk membela agama dan membuat anda
bahagia yang sejati sebagaimana perintah agama [1]
“Bahagia sejati adalah membuat orang lain bahagia”
Sebagaimana ungkapan indah
أسعد الناس من أسعد الناس
“Manusia paling bahagia adalah yang membuat manusia lainnya bahagia”
Gunakan harta untuk membantu orang lain
“Semakin kaya, semakin dermawan. Bukan semakin meningkatkan gaya hidup”
Tidak
lupa harta tersebut kita sisihkan untuk anak-dan cucu kita sebagai
warisan yang cukup bagi mereka agar mereka tidak meminta-minta dan
hidup layak.[2]
Semakin
tua usia kita harusnya kita sadar harta yang kita tumpuk akan kita
tinggalkan dengan kematian. Bukannya semakin tamak mengumpulkan harta
dan melupakan bekal akhirat
Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ﻳَﻬْﺮَﻡُ ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﻭَﺗَﺒْﻘَﻰ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﺛْﻨَﺘَﺎﻥِ ﺍﻟْﺤِﺮْﺹُ ﻭَﺍﻷَﻣَﻞُ
“Jika manusia berada di USIA TUA, ada dua hal yang tersisa baginya: sifat TAMAK dan banyak angan angan.” (HR. Ahmad, 3: 115, dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Terlalu
banyak dalil mengenai fitnah/ujian harta yang membuat manusia lalai dan
lupa akn akhirat. Semoga kita dilindungi dari fitnah ini. Amin
___________
@Di antara bumi dan langit Allah, pesawat Lion Air Surabaya-Yogyakarta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
---
Catatan kaki:
[1] Sesuai hadits,
ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝِ ﺃَﻥْ ﺗُﺪْﺧِﻞَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺧِﻴْﻚَ ﺍْﻟﻤـُﺆْﻣِﻦِ ﺳُﺮُﻭْﺭًﺍ
“Seutama-utama amal adalah engkau memasukkan kebahagiaan kepada saudaramu yang mukmin.” [HR Ibnu Abi ad-Dunya]
[2] Sebagaimana hadits
ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻥْ ﺗَﺬَﺭَ ﻭَﺭَﺛَﺘَﻚَ ﺃَﻏْﻨِﻴَﺎﺀَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻥْ ﺗَﺬَﺭَﻫُﻢْ ﻋَﺎﻟَﺔً ﻳَﺘَﻜَﻔَّﻔُﻮﻥَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ
“Sesungguhnya
jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu lebih baik daripada kamu
meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga mereka terpaksa
meminta-minta kepada sesama manusia.” (HR. Bukhari)
from=https://muslimafiyah.com/harta-kita-yang-sebenarnya-dan-renungkan-bagi-penumpuk-harta-karena-tamak.html