Dalam Islam, di antara manusia ada yang disebut "Mualaf". Siapa itu mualaf?
Al
Hafidz Ibnu Katsir, dalam tafsirnya menyebutkan jenis-jenis mualaf.
Kata beliau, ada mualaf yang bentuknya adalah orang non
muslim. Kemudian dia diharapkan untuk menjadi muslim, agar bisa
mendukung islam. Seperti yang pernah dialami Sofwan bin Umayyah. Dia
dulu orang yang sangat benci Nabi Muhammad ﷺ dan dia penah mengatakan,
أعطاني رسولُاللهِ صلَّى اللهُ عليه سلَّم يومَ حُنينٍ وإنَّه لأبغض النَّاسِ إليَّ فما زال يُعطيني حتَّى ? لَأحبُّ النَّاسِ إليّ
Ketika peristiwa Hunain Nabi ﷺ banyak memberikan harta kepadaku. Padahal dulu beliau adalah orang yang saya paling benci. Tapi Nabi ﷺ terus memberiku, memberiku dan memberiku. Sehingga beliau menjadi orang paling aku cintai. (Hadits Riwayat Muslim)
Kemudian jenis mualaf yang kedua adalah orang yang sudah muslim tapi baru saja masuk Islam kemudian di harapkan islamnya lebih kuat. Sehingga dia perlu dukungan, motivasi termasuk dikasih harta. Seperti yang pernah dilakukan Nabi ﷺ ketika selesai penaklukan kota Mekkah. Rasulullah ﷺ kemudian
menaklukan beberapa daerah di sekitar Mekkah, termaksud diantaranya
Hunain. Setelah itu beliau mendapatkan banyak harta rampasan perang dan
beliau kasih 100 ekor unta, ada yang di kasih 100 ekor kambing, kepada
para pemuka-pemuka suku yang baru saja masuk Islam.
Kata beliau,
مخافة ان يقب الله على وجه فِي نَارِ جَهَنَّمََّمَ
“Aku berikan itu semua kepada mereka, karena saya khawatir nanti Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menjerumuskan mereka ke dalam neraka” (Hadts Riwayat Bukhari)
Artinya Nabi ﷺ takut jangan-jangan mereka akan kembali murtad dengan gara-gara tidak di kasih harta kepada mereka.
Seperti
itu pula yang pernah terjadi pada Ali bin Abu Thalib. Ketika beliau
berhasil menaklukan Yaman. Ali membawa banyak harta rampasan perang
termaksuk ada beberapa karung tanah yang mengandung Emas. Kemudian
sampai di hadapan Nabi ﷺ, Harta rampasan perang ini di bagi kepada 4 orang: Al Akro bin Haris, Uyaina bin Badr, Al Qomar bin Hulasa, Zaid Al Khoir.
Kata nabi ﷺ
أتعلفه
أتعلفه
“Saya lakukan ini untuk menaklukan hati mereka”
Sehingga karakter mualaf sebagaimana yang disebutkan Ibnu Katsir dan melihat sikap Nabi ﷺ adalah mereka yang berusaha untuk dimengerti (karena orang ini belum untuk bisa mengerti), sehingga kaum muslimin atau para tokoh islam berusaha mendekati mereka. Karena mereka diharapkan untuk bisa mengerti tentang islam.
Dan
kita bisa lihat sebenarnya karakter semacam ini, ternyata terkadang ada
pada diri seorang muslim yang sebenarnya sejak kecil sudah masuk islam.
Dia terlahir dari keluarga muslim, orang tuanya muslim, kanan kirinya
muslim. Namun di saat yang sama, dia belum mengerti islam. Tapi
mintanya dimengerti.
Ada
sebagian orang ketika pengajian, mendapatkan pencerahan tentang ilmu,
dia mintanya “Tolong jangan sampaikan tentang masalah ini, ini
sensitive. Tolong jangan sampaikan masalah ini, saya belum siap untuk
menerimanya. Tolong jangan sampaikan ini, ini masih bertentangan dengan
kepentingan saya”.
- Mereka yang bekerja di dunia riba tidak pernah mau mendengarkan kajian tentang riba.
- Mereka yang bekerja di dunia yang haram mereka tidak pernah mau mendengar masalah tentang halal haram.
- Mereka yang masih hidupnya berjibun dengan berbagai kegiatan yang tidak pernah ada syari’atnya mereka tidak pernah mau mendengarkan kajian yang mengajarkan tentang sunnah.
Mereka
inginnya, “Tolong kajiannya yang lembut-lembut saja, yang
menyejukkan, yang keras-keras jangan disampaikan”. Kenapa? Karena dia
mualaf. Sekalipun dia dari kecil sudah islam tapi dia belum siap dengan syariat islam. Hatinya masih ingin ditundukkan. Inginnya di mengerti dan dia tidak mau mengerti.
Bisa
jadi anda muallaf, ketika anda menjadi orang yang belum siap menerima
syari’at islam, disebabkan syariat itu bertentangan dengan kepentingan
anda.
____________Ustadz Ammi Nur Baits
Sumber: http://catatankajian.com/1377-mungkin-anda-mualaf-ustadz-ammi-nur-baits.html