Ustadz Muflih Safitra, MSc
Anda tau
debat? Saya tidak perlu definisikan tentang debat tapi sebagian orang
butuh tau kapan dia boleh debat dan kapan dia tidak boleh berdebat.
Masalah ini
kami angkat karena sudah banyak tempat orang berdebat, ada facebook, ada
whatssapp, telegram dan yang semacamnya dari jenis-jenis media sosial dimana
orang biasa menjadikannya sebagai tempat berdebat.
Kapan anda
harus debat kapan tidak? Seseorang boleh berdebat apabila dia memenuhi tiga
syarat:
Syarat yang pertama adalah syarat yang berhubungan dengan niat. Kalau seandainya niatnya baik maka dia boleh berdebat, tentunya dengan
ada syarat-syarat yang lain. Kalau niatnya jelek maka dia tidak boleh berdebat
sama sekali walaupun syarat-syarat yang kedua dan ketiga nanti terpenuhi.
Pastikan niat
berdebat karena Allah
Syarat
seputar niat, niat-nya haruslah ikhlas untuk Allah سبحانه و تعالى, kalau seandainya niatnya tidaklah benar maka tidak boleh. Contoh
niat yang baik misalnya bentuknya adalah tafaquh
fiddiin, bentuknya
adalah tanasuh dengan orang lain. Misal ada orang mendapati temannya
memiliki penyimpangan kemudian dia mengajaknya diskusi maka lama kelamaan jadi
debat.
Kalau
seandainya di dalam hatinya dia ingin supaya temannya ini kembali kepada
kebenaran dan kembali kepada Islam maka niat ini adalah niat yang baik disitu
ada satu celah untuk boleh berdebat. Atau dalam rangka untuk misalnya ingin
supaya orang-orang tau kebenaran maka ini diperbolehkan dalam rangka untuk
dakwah, Allah سبحانه و
تعالى memberikan legalisasinya
kata Allah سبحانه و
تعالى :
ادْعُ
إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Ajaklah manusia itu untuk bisa mengikuti jalan
Allah dengan cara yang hikmah dengan cara memberikan nasihat-nasihat yang baik. (QS Surat Nahl (16): 125)
Dan pada
titik-titik terakhir nanti apabila orang itu butuh untuk berdiskusi atau
berdebat maka kata Allah سبحانه و تعالى silahkan engkau mendebat
mereka tentunya dengan cara-cara yang baik.
Niat
batil tidak usah berdebat
Adapun
niat-niat yang jelek maka tidak boleh sama sekali untuk berdebat, diantara
niat-niat yang jelek misal hanya untuk membantah yang sebenarnya sudah ketahuan
bahwasanya itu benar tapi dikarenakan tidak mau, tidak suka dengan kebenaran
tersebut kemudian dibantah maka ini adalah tercela.
Allah سبحانه و تعالى mengatakan dalam surat Al Mu’min:
وَجَادَلُوا
بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَق
Mereka mencoba untuk membantah untuk menggunakan
kebathilan dalam rangka untuk menolak kebenaran (QS Al-Mu’min
(40): 5).
Ini dicela oleh
Allah سبحانه و تعالى.
Contoh niat
yang lain yang juga tidak diperbolehkan atau niat yang jelek dalam berdebat
adalah hanya untuk memperlihatkan kepintaran, idzharul fitnah, idzharul dzaka hanya
untuk memperlihatkan quwwatul hujjah
dilihat supaya oh orang ini hebat sekali dalam berdebat, kalau demikian ini
adalah bentuk-bentuk kesombongan karena ini bentuk pamer ilmu dan
Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan:
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Tidaklah masuk surga orang-orang yang di dalam
hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar biji sawi (HR. Muslim no. 91)
Contoh yang
lain dari niat yang jelek adalah manakala seseorang itu berdebat hanya
dikarenakan hobi debat, kita dapati sebagian orang yang memang senang
dengan yang namanya debat, ada dicari memang forum-forum dimana disitu ada
debat dikarenakan memang hobi, diundang untuk berdebat senang, maka yang
seperti ini juga tercela dikarenakan Rasulullah mengatakan:
إِنَّ
أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ
Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah
adalah orang yang paling keras penentangannya dan paling suka berdebat. (HR.
Al-Bukhari no. 2457 dan Muslim no. 2668)
Topik
yang boleh dan dilarang diperdebatkan
Syarat kedua kita boleh berdebat adalah apabila mauduu’ul mujaadalah, topik dari
perdebatan itu adalah topik yang diperbolehkan oleh syari’at untuk
diperdebatkan, tapi kalau tidak sesuai dengan syari’at maka tidak boleh.
Contoh
topik yang boleh diperdebatkan misalnya ada hukum-hukum terbaru seputar
safar, hukum terbaru seputar mu’amalah jual beli model-model yang
terbaru, jual beli online model drop shipping kemudian BPJS misalnya,
asuransi dan hal-hal yang lain yang sifatnya baru kemudian orang beradu
dalil berdebat untuk menentukan hukumnya maka boleh dikarenakan kita
butuh untuk mengetahui hukumnya.
Tapi kalau
topiknya adalah topik yang tidak diperbolehkan maka gak boleh, misalnya
berdebat tentang keberadaan Allah, berdebat tentang kebenaran Allah, kebenaran
nabi, kebenaran Al Qur’an, kebenaran adanya surga dan neraka yang sudah pasti secara dalil
maka tidak boleh lagi ada perdebatan disana, barangsiapa yang berani
memperdebatkannya maka dia masuk kedalam larangan Allah سبحانه و تعالى untuk berdebat dengan debat-debat yang tercela.
Contoh yang
lain dari topik perdebatan yang sebenarnya tidak boleh diperdebatkan adalah perdebatan
yang tidak penting, topik yang sama sekali tidak butuh untuk
diperdebatkan. Misal, manakah yang lebih dulu ayam apa telur, telur apa ayam,
ini topik yang sama sekali tidak perlu diperdebatkan oleh manusia.
Atau
misalnya topik-topik kekinian seputar politik yang kebanyakan orang yang memang
senang untuk berdebat tentang masalah politik, yang sebenarnya kita tahu
permasalahan-permasalahan demikian adalah permasalahan yang tidak ada habisnya
untuk diperdebatkan untuk dijadikan adu kekuatan dijadikan untuk
memperlihatankan kepintaran analisis yang baik untuk politik, maka ini
sebenarnya adalah topik yang tidaklah layak untuk diperdebatkan.
Tak
berilmu janganlah debat
Syarat ketiga supaya kita boleh berdebat adalah kita perhatikan diri kita dan
yang diajak debat. Diri kita kalau ingin berdebat haruslah orang yang berilmu kalau
tidak berilmu maka tidak boleh sama sekali anda berdebat, karena kalau orang
tidak berilmu lalu kemudian mendebat orang lain bagaimana caranya dia bisa
memahamkan orang kalau itu adalah bentuk dakwah, kalau itu adalah berdebat
dengan ahli syirik misalnya lalu kemudian tidak memiliki ilmu bagaimana cara
bisa memahamkan orang tentang tauhid dan syirik.
Faaqirusyayyii
laa yu’tii
Orang yang tidak
punya sesuatu tidak akan bisa memberikan sesuatu itu
Ilmunya
saja tidak punya, bagaimana bisa mendebat orang, memahamkan orang kalau ilmunya
tidak ada? Bahkan yang ada, kebanyakannya kalau seseorang itu berdebat dalam
keadaan dia tidak memiliki ilmu, kemudian dia berdebat dengan seseorang
yang sebenarnya dia adalah orang yang menyimpang tapi dia memiliki kekuatan dalam dalil,
walaupun dalilnya sebenarnya membenarkan
penyimpangannya. Kemudian diajak debat oleh orang yang sebenarnya berada
dalam kebenaran tapi tidak memiliki ilmu, yang ada
kemudian terjadi adalah orang tersebut kalah dalam perdebatannya, lalu
kemudian membuat terjadi fitnah, akhirnya orang-orang lebih menganggap
bahwasanya orang yang skalah ini yang menyimpang tadi, tapi
yang memiliki ilmu lebih dialah yang
berada di kebenaran. Adapun lawannya yang tidak memiliki ilmu ini
walaupun dia benar justru berada dalam penyimpangan.
Kemudian
kita perhatikan yang diajak debat, kalau sekiranya orang tersebut adalah orang
yang bisa diajak kepada kebenaran silahkan anda berdebat tapi kalau seandainya
orang yang diajak debat adalah orang yang kira-kira memang keras hati,
yang diberitahukan dalil ini dan itu dia tidak mau menerima, maka tidak boleh
anda berdebat dengannya. Lebih bagus anda meninggalkannya daripada mendebat
orang yang keras hati dan tidak mau menerima kebenaran sama sekali .
Ada
perkataan yang sangat banyak dan bagus dari Imam Syafi’i, seperti beliau
mengatakan, kalau aku berdebat dengan orang jahil aku tidak pernah menang
dikarenakan orang jahil mereka berdebat dengan akalnya dan nafsunya.
Imam
Syafi’I mengatakan saya didebat oleh orang pandir, didebat oleh orang
bodohm tapi saya diam saja, orang bertanya kenapa kau diam saja, kenapa
kau tidak didebat, maka saya mengatakan saya lebih pilih untuk menjadi kayu
gaharu semakin dibakar semakin wangi, kalau saya tidak mau berdebat dengannya,
saya diam saja dia membakar saya dengan nafsunya untuk mendebat, lalu saya
kemudian saya biarkan saja, maka saya seperti kayu wangi ketika dibakar semakin
wangi.
Dan ini yang
terakhir, Rasulullah mengatakan
أَنَا
زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ
مُحِقًّا
Saya jamin
satu buah rumah ditepi surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun
dia berada diatas kebenaran.
Tiga
syarat tadi penuhi, niat, topik, anda dan yang diajak debat,
Kalau ini
tidak terpenuhi sebagaimana yang saya jelaskan tadi maka tinggalkan perdebatan
dan anda menerima insyaa Allah sebuah rumah ditepi surga yang dijanjikan oleh
Rasulullah صلى الله عليه وسلم .
______________
Sumber; Jauhilah sikap sombong
from: http://catatankajian.com/872-silakan-berdebat-dengan-syarat-ustadz-muflih-safitra-msc.html
--------------------------
Komentar admin blog:
Ada kata2 yg
diperbaiki/dikoreksi dan tidak langsung dihapus/dibuang, namun
diberi tanda dan coretan agar keasliannya terjaga, yaitu:
- Dicoret = mungkin salah tulis,
- Tulisan merah= kata yg mungkin ditambahkan