Pada artikel yang berjudul 6 Model Bisikan Syaithon kita telah mengenali macam-macam kreasi syaithon dalam membisikkan berbagai macam penyakit ke dalam jiwa kita. Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana melawan bisikan tersebut, dan bagaimana memberantasnya ketika ia telah menjadi kerak di dalam hati yang menggelapkan hati sehingga ia tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Ada dua hal yang bisa kita lakukan ketika pertama kali mendapati
adanya bisikan syaithon di dalam diri kita. Yang pertama, segera berlindung
kepada Allah dari godaan dan tipudaya mereka.
Allah berfirman dalam QS. Fushshilat ayat 36,
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ
بِاللهِ
“Dan
apabila setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah...”
Karena seluruh
manusia yang beriman tidak akan lepas dari bisikan-bisikan mereka. Termasuk
para Nabi sekalipun, Allah berfirman tentang para nabi, sekaligus Kholil-Nya sholallahu ‘alaihi wa sallam dalam QS. Al Hajj:52
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ
إِلَّا إِذَا تَمَنَّىٰ أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنسَخُ اللهُ
مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللهُ آيَاتِه
“Dan Kami
tidak mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabipun sebelum engkau
melainkan jika ia memiliki suatu keinginan, setanpun memasukkan godaan-godaan
ke dalam keinginnya tersebut. Namun Allah menghilangkan apa yang disusupkan
setan tersebut dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya..”
Sebagian
mufassir menyebutkan, ayat ini Allah turunkan berkenaan dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
yaitu apabila beliau membaca suatu ayat yang isinya memberi peringatan kepada
orang-orang kafir, mereka segera mengikuti bacaan beliau dengan tambahan
kata-kata yang membenarkan keyakinan mereka (untuk menyelewengkan makna ayat).
Maka Allah mengokohkan Nabi-Nya dengan ayat-ayat-Nya.
Dalam kitab Ighotsatul Lahfan karya Ibnul Qoyyim Al-
Jauziyyah disebutkan, bahwa musuh ada dua jenis. Yang pertama syaithon-syaithon
dari kalangan manusia. Untuk jenis pertama, mereka memiliki fitrah mencintai
kebaikan yang mungkin telah tertutup oleh perilaku syaithoni, namun fitrah itu
tidak hilang. Ketika kita berbuat baik kepada mereka, dan terus berbuat baik,
masih bisa diharapkan mereka akan bertaubat atau setidaknya berhenti mengganggu
kita.
Namun jika
syaithon yang dihadapi adalah syaithon dari bangsa jin, maka mereka adalah anak
keturunan iblis. Secara penciptaan, syaithon dari bangsa jin diciptakan dari
api yang karakteristiknya merusak. Mereka suka melakukan kerusakan. Semakin
kita berbuat baik, semakin bertambah kebencian mereka kepada kita.
Mengapa? Karena
mereka tahu bahwa kebaikan akan menghasilkan pahala. Mereka tidak akan berhenti
sehingga kita bisa terjerumus pada salah satu atau banyak dari tipudaya mereka.
Kita juga tidak diberi kuasa untuk memberantas mereka seakar-akarnya, sebagai
ketetapan Allah Yang Maha Bijaksana. Jadi hanya satu hal yang bisa kita lakukan
dalam menghadapi syaithon jenis ini; meminta perlindungan kepada Pencipta dan
Penguasa mereka, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.
Cara kedua yang
bisa kita lakukan untuk menghadapi bisikan mereka adalah segera membuangnya
jauh-jauh dan menepisnya. Selain itu kita wajib menyibukkan pikiran kita dengan
apa yang benar-benar bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita, semisal
mempelajari tauhid, fiqh ibadah sehari-hari, dan hal-hal yang wajib kita
pelajari. Kita wajib mempelajari syarat-syarat diterimanya amal, bagaimana
mengkokohkan keikhlasan di dalam hati, dan berbagai hal yang kita yakini
manfaatnya nyata bagi kehidupan di dunia dan akhirat.
Jangan beri
syaithon kesempatan sedikitpun dalam usahanya menguasai ruang pikiran kita.
Jika pikiran telah sibuk dengan hal-hal yang bermanfaat maka celah masuk bagi
mereka akan semakin mengecil. Ingat, apapun yang kita pikirkan itu akan
diproses untuk membentuk kepribadian dan akhlaq kita. Ibarat seorang penggiling
tepung, jika ia jeli dan meneliti apa saja yang masuk ke dalam penggilingannya
maka tepung yang dihasilkan adalah tepung kualitas istimewa. Namun jika ia
tidak jeli dan lengah, maka bisa saja tepung itu tercampur dengan berbagai
kotoran, kerikil, serangga, yang merusak kualitas tepung secara keseluruhan.
Ini jika
pikiran itu baru berupa lintasan yang dibisikkan syaithon pertama kali. Namun
bagaimana jika bisikan itu telah mengerak di hatinya dan telah mengubah fitrah
hamba tersebut menjadi berpaling dari tauhid dan memurnikan kecintaan kepada
Allah dan berbagai kebaikan? Bagaimana jika ia telah menjadi tawanan syaithon?
Insya Allah
pembahasan tentang ini akan disendirikan dalam artikel lain karena cukup
panjang. Kami beri judul artikel tersebut dengan “Mensucikan Diri dari Pengaruh
Syaithon”.
Semoga yang
sedikit ini bermanfaat bagi kami dan pembaca seluruhnya. Billahit taufiq wal hidayah.
Wallahu ta’ala a’lam
—
Penulis: Intan
M. Nurwidyani
Murojaah:
Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Maroji’:
- Al
Qur’anul Karim
- Fawa’idul Fawa’id Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
- Ighotsatul Lahfan Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
Artikel www.muslimah.or.id