Islam Pedoman Hidup: Memberantas Bisikan Syaithon

Minggu, 25 Desember 2016

Memberantas Bisikan Syaithon


Pada artikel yang berjudul 6 Model Bisikan Syaithon kita telah mengenali macam-macam kreasi syaithon dalam membisikkan berbagai macam penyakit ke dalam jiwa kita. Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana melawan bisikan tersebut, dan bagaimana memberantasnya ketika ia telah menjadi kerak di dalam hati yang menggelapkan hati sehingga ia tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Ada dua hal yang bisa kita lakukan ketika pertama kali mendapati adanya bisikan syaithon di dalam diri kita. Yang pertama, segera berlindung kepada Allah dari godaan dan tipudaya mereka.
Allah berfirman dalam QS. Fushshilat ayat 36,
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ
Dan apabila setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah...
Karena seluruh manusia yang beriman tidak akan lepas dari bisikan-bisikan mereka. Termasuk para Nabi sekalipun, Allah berfirman tentang para nabi, sekaligus Kholil-Nya sholallahu ‘alaihi wa sallam dalam QS. Al Hajj:52
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّىٰ أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنسَخُ اللهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللهُ آيَاتِه
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabipun sebelum engkau melainkan jika ia memiliki suatu keinginan, setanpun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginnya tersebut. Namun Allah menghilangkan apa yang disusupkan setan tersebut dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya..
Sebagian mufassir menyebutkan, ayat ini Allah turunkan berkenaan dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu apabila beliau membaca suatu ayat yang isinya memberi peringatan kepada orang-orang kafir, mereka segera mengikuti bacaan beliau dengan tambahan kata-kata yang membenarkan keyakinan mereka (untuk menyelewengkan makna ayat). Maka Allah mengokohkan Nabi-Nya dengan ayat-ayat-Nya.
Dalam kitab Ighotsatul Lahfan karya Ibnul Qoyyim Al- Jauziyyah disebutkan, bahwa musuh ada dua jenis. Yang pertama syaithon-syaithon dari kalangan manusia. Untuk jenis pertama, mereka memiliki fitrah mencintai kebaikan yang mungkin telah tertutup oleh perilaku syaithoni, namun fitrah itu tidak hilang. Ketika kita berbuat baik kepada mereka, dan terus berbuat baik, masih bisa diharapkan mereka akan bertaubat atau setidaknya berhenti mengganggu kita.
Namun jika syaithon yang dihadapi adalah syaithon dari bangsa jin, maka mereka adalah anak keturunan iblis. Secara penciptaan, syaithon dari bangsa jin diciptakan dari api yang karakteristiknya merusak. Mereka suka melakukan kerusakan. Semakin kita berbuat baik, semakin bertambah kebencian mereka kepada kita.
Mengapa? Karena mereka tahu bahwa kebaikan akan menghasilkan pahala. Mereka tidak akan berhenti sehingga kita bisa terjerumus pada salah satu atau banyak dari tipudaya mereka. Kita juga tidak diberi kuasa untuk memberantas mereka seakar-akarnya, sebagai ketetapan Allah Yang Maha Bijaksana. Jadi hanya satu hal yang bisa kita lakukan dalam menghadapi syaithon jenis ini; meminta perlindungan kepada Pencipta dan Penguasa mereka, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.
Cara kedua yang bisa kita lakukan untuk menghadapi bisikan mereka adalah segera membuangnya jauh-jauh dan menepisnya. Selain itu kita wajib menyibukkan pikiran kita dengan apa yang benar-benar bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita, semisal mempelajari tauhid, fiqh ibadah sehari-hari, dan hal-hal yang wajib kita pelajari. Kita wajib mempelajari syarat-syarat diterimanya amal, bagaimana mengkokohkan keikhlasan di dalam hati, dan berbagai hal yang kita yakini manfaatnya nyata bagi kehidupan di dunia dan akhirat.
Jangan beri syaithon kesempatan sedikitpun dalam usahanya menguasai ruang pikiran kita. Jika pikiran telah sibuk dengan hal-hal yang bermanfaat maka celah masuk bagi mereka akan semakin mengecil. Ingat, apapun yang kita pikirkan itu akan diproses untuk membentuk kepribadian dan akhlaq kita. Ibarat seorang penggiling tepung, jika ia jeli dan meneliti apa saja yang masuk ke dalam penggilingannya maka tepung yang dihasilkan adalah tepung kualitas istimewa. Namun jika ia tidak jeli dan lengah, maka bisa saja tepung itu tercampur dengan berbagai kotoran, kerikil, serangga, yang merusak kualitas tepung secara keseluruhan.
Ini jika pikiran itu baru berupa lintasan yang dibisikkan syaithon pertama kali. Namun bagaimana jika bisikan itu telah mengerak di hatinya dan telah mengubah fitrah hamba tersebut menjadi berpaling dari tauhid dan memurnikan kecintaan kepada Allah dan berbagai kebaikan? Bagaimana jika ia telah menjadi tawanan syaithon?
Insya Allah pembahasan tentang ini akan disendirikan dalam artikel lain karena cukup panjang. Kami beri judul artikel tersebut dengan “Mensucikan Diri dari Pengaruh Syaithon”.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kami dan pembaca seluruhnya. Billahit taufiq wal hidayah.
Wallahu ta’ala a’lam
Penulis: Intan M. Nurwidyani
Murojaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Maroji’:
  1. Al Qur’anul Karim
  2. Fawa’idul Fawa’id Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
  3. Ighotsatul Lahfan Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah