Bagaimana kiat-kiat dan doa-doa saat malam pengantin pertama?
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya berkata bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
تَزَوَّجَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً أَوِ اشْتَرَى خَادِمًا فَلْيَأْخُذْ
بِنَاصِيَتِهَا (وَلْيُسَمِّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ) وَلْيَدْعُ لَهُ
بِالْبَرَكَةِ، وَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا
وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ
مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ.
“Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang
budak maka peganglah ubun-ubunnya lalu bacalah ‘basmalah’ serta
do’akanlah dengan do’a berkah seraya mengucapkan:
ALLAHUMMA INNI AS-ALUKA MIN KHOIRIHAA WA KHOIRI MAA JABALTAHAA
‘ALAIH. WA A’UDZU BIKA MIN SYARRIHAA WA SYARRI MAA JABALTAHAA ‘ALAIH.
Artinya: ‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan
tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan
kejelekan tabiat yang ia bawa.’” (HR. Abu Daud, no. 2160; Ibnu Majah, no. 1918. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Yang dimaksudkan dalam doa adalah meminta kebaikan pada istri, lalu juga kebaikan dari sisi akhlak yang elok (yang baik).
Lalu hendaklah ia membaca doa dalam riwayat berikut ini.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ
أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ
اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ
مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ
لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do’a:
BISMILLAH ALLAHUMMA JANNIBNAASY SYAITHOONA WA JANNIBISY SYAITHOONA MAA ROZAQTANAA.
Artinya: ‘Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami
dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau
anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya)
anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa
mencelakakan anak tersebut selamanya.’ ” (HR. Bukhari, no. 6388; Muslim, no. 1434).
Dalam doa kedua ini diawali dengan bismillah sebagai bentuk meminta
tolong dan berdzikir pada Allah agar suami istri dijauhkan dari setan
saat berhubungan intim, agar keturunannya pula dijauhkan dari setan.
Sebagaimana hal ini yang dimaksudkan dalam ‘Aun Al-Ma’bud, 6: 143.
Ini Lima Berkah Doa di Malam Pertama
Pertama: Mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini sudah merupakan berkah tersendiri. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
لَسْتُ
تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا
مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ
”Aku tidaklah biarkan satu pun yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut
jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari, no. 3093; Muslim, no. 1759).
Kedua: Setan tidak akan turut serta dalam hubungan intim tersebut
karena di dalam do’a ini diawali dengan penyebutan “bismillah”. Demikian
pendapat sebagian ulama. Mujahid rahimahullah berkata,
أَنَّ الَّذِي يُجَامِع وَلَا يُسَمِّي يَلْتَفّ الشَّيْطَان عَلَى إِحْلِيله فَيُجَامِع مَعَهُ
“Siapa yang berhubungan intim dengan istrinya lantas tidak
mengawalinya dengan ‘bismillah’, maka setan akan menoleh pada
pasangannya lalu akan turut dalam berhubungan intim dengannya.” (Fath Al-Bari, 9: 229).
Ketiga: Kebaikan do’a ini pun akan berpengaruh pada keturunan yang
dihasilkan dari hubungan intim tersebut. Buktinya adalah riwayat mursal
namun hasan dari ‘Abdur Razaq di mana disebutkan,
إِذَا
أَتَى الرَّجُل أَهْله فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا
فِيمَا رَزَقَتْنَا وَلَا تَجْعَل لِلشَّيْطَانِ نَصِيبًا فِيمَا
رَزَقْتنَا ، فَكَانَ يُرْجَى إِنْ حَمَلْت أَنْ يَكُون وَلَدًا صَالِحًا
“Jika seseorang mendatangi istrinya (berhubungan intim), maka
ucapkanlah ‘Ya Allah, berkahilah kami dan keturunan yang dihasilkan dari
hubungan intim ini, janganlah jadikan setan menjadi bagian pada
keturunan kami’. Dari do’a ini, jika istrinya hamil, maka anak yang
dilahirkan diharapkan adalah anak yang shalih” (Fath Al-Bari, 9: 229).
Keempat: Keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini akan
selamat dari berbagai gangguan setan. Jika dipahami dari tekstual
hadits, yang dimaksud dengan anak tersebut akan selamat dari berbagai
bahaya adalah umum, yaitu mencakup bahaya dunia maupun agama. Namun
Al-Qadhi ‘Iyadh berkata bahwa para ulama tidak memahami seperti itu. (Minhah Al-‘Allam, 7: 348).
Ibnu Daqiq Al ‘Ied berkata, “Bisa dipahami dari do’a ini bahwa setan
juga tidak akan membahayakan agama anak dari hasil hubungan intim
tersebut. Namun bukan berarti anak tersebut ma’shum artinya selamat dari dosa” (Fath Al-Bari, 9: 229).
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah memahami bahwa yang dimaksud
dalam hadits bahwa anak tersebut akan tetap berada di atas fithroh yaitu
Islam. Setan bisa saja menggoda anak tersebut, namun segera ia akan
kembali ke jalan yang lurus. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was
dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al-A’raf: 201) (Lihat Minhah Al-‘Allam, 7: 349).
Kelima: Keberkahan do’a ini berlaku bagi wanita yang akan hamil
dengan hubungan intim tersebut atau yang tidak akan hamil karena
lafazhnya umum. Inilah pendapat Al Qadhi ‘Iyadh (Fath Al-Bari, 9: 229).
Jadikanlah Kebiasaan!
Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan hafizahullah berkata, “Hendaklah
seorang muslim bersemangat mengamalkan do’a ini ketika berhubungan intim
hingga menjadi kebiasaan. Hendaklah ia melakukannya dalam rangka
mengamalkan nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan demi
menghasilkan keturunan yang terjaga dan terlindungi dari gangguan
setan, juga supaya mendapatkan keberkahan dari do’a ini” (Minhah Al-‘Allam, 7: 348).
Jangan Lupakan Shalat Dua Rakaat Bareng Istri
Dari Abu Waail, ia berkata, “Seseorang datang kepada ‘Abdullah bin
Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang
gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata,
‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari
setan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan oleh Allah. Jika isterimu
datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan shalat dua
raka’at di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdo’alah):
اَللَّهُمَّ
بَارِكْ لِي فِي أَهْلِيْ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ، اَللَّهُمَّ
ارْزُقْنِي مِنْهُمْ، وَارْزُقْهُمْ مِنِّي، اَللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا
مَا جَمَعْتَ إِلَى خَيْرٍ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَّقْتَ إِلَى
خَيْرٍ
ALLOHUMMA BAARIK LII FII AHLII, WA BAARIK LAHUM FIYYA.
ALLOHUMMARZUQNII MINHUM, WARZUQHUM MINNI. ALLAHUMMAJMA’ BAYNANAA MAA
JAMA’TA ILA KHOIRIN, WA FARRIQ BAYNANAA IDZA FARROQTA ILAA KHOIRIN.
Artinya: Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku,
serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rizki
kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rizki kepada mereka lantaran
aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan
pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan.” (HR. ‘Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, 6: 191, no. 10460, 10461).
Semoga membawa berkah di malam pengantin pertama.
—@ DS, Panggang, Gunungkidul, 24 Rabi’ul Awwal 1438 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal