Sobat, andai anda adalah seorang sopir, menurut anda manakah yang paling pantas diwaspadai: jurang atau tebing dan pagar pembatas ?
Bagaimana bila ada sopir yang hanya mewaspadai jurang namun tidak peduli dengan tebing dan pembatas jalan?
Masalah sopir di atas hanya sebatas illustrasi bagi sikap dan pola pikir sebagian orang yang begitu sensitif dengan lubang “tasahul” alias menggampangkan, namun kurang sensitif dengan sisi kesesatan lain yaitu “tasyaddud”.
Begitu mudah keluar kata “tasahul” dari lisan mereka, namun mereka kurang waspada dari “tasyaddud”.
Tahukah anda bahwa menghalalkan yang haram itu dosa besar, namun mengharamkan yang halal itu lebih besar dosanya?
Tahukah anda bahwa menghalalkan yang haram itu dosa besar, namun mengharamkan yang halal itu lebih besar dosanya?
Jadi
kalau anda ceroboh menuduh saudara anda dengan kata tasahul maka
waspadalah korban tuduhan anda juga biza saja ceroboh menuduh anda
dengan tasyaddud.
Redaksi di atas mungkin salah tik, saya kira maksudnya → Jadi kalau anda ceroboh menuduh saudara anda dengan kata tasahul, maka
waspadalah, saudara anda juga bisa saja ceroboh menuduh
anda dengan tasyaddud. {=dass}
Kalau anda ceroboh menuduh saudara anda dengan tuduhan murji’ah yang selalu tasahul, maka bisa saja... saudara anda ceroboh, menuduh anda sebagai khowarij yang selalu tasyaddud.
Jadi masalah hukum tuh tidak perlu mencampurinya dengan perasaan, terasa mudah atau terasa susah, ringan atau berat, namun dasarnya adalah Dalil. Utarakan dalil anda, dan dengarkan dalil saudara anda, selanjutnya diskusikan dengan cara yang ilmiyah sesuai metode pendalilan yang jelas sebagaimana dijelaskan oleh para ulama dalam Ilmu ushul fiqih.
Jadi, mau milih tasahul atau tasyaddud ?
____________
Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى
from=http://bbg-alilmu.com/archives/25334