Khutbah Pertama:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ؛ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ،
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِّهِ
وَمُبَلِّغِ النَّاسِ شَرْعِهِ؛ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا
بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ
تَعَالَى؛ فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا هِيَ خَيْرُ زَادٍ
يُبَلِّغُ إِلَى رِضْوَانِ اللهِ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: ﴿
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي
الْأَلْبَابِ ﴾ [البقرة:١٩٧] .
Ibadallah,
Terdapat riwayat shahih dari Nabi ﷺ bahwasanya beliau ﷺ bersabda,
إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ
“Sesungguhnya
orang yang berbahagia adalah mereka yang menjauhi fitnah.” (HR. Abu
Dawud dan selainnya dengan sanan yang shahih dari al-Miqdad bin
al-Aswad radhiallahu ‘anhu).
Ibadallah,
Orang-orang
shaleh dan ahli nasehat menginginkan keselamatan untuk diri mereka dan
umat Islam secara umum. Mereka ingin umat ini menjadi mulia. Mereka
bertanya, dengan cara bagaimana kebahagiaan itu didapatkan? Dan
bagaimana mencapai tujuan tersebut? Bagaimana caranya terjaga dari
fitnah? Bagaimana seorang muslim membentengi diri dan selamat dari
bahayanya?
Mereka
bertanya-tanya tentang hal itu. Mereka menasihati diri mereka sendiri
dan hamba-hamba Allah yang lain. Mereka mengamalkan sabda Nabi ﷺ,
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama
adalah nasihat.” Kami (para sahabat) bertanya, “Nasihat untuk siapa”?
Beliau menjawab, “Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk
pemimpin-pemimpin kaum muslimin, dan umat Islam secara umum.”
Nasihat
itu ditujukan kepada diri pribadi dan orang lain. seperti menasihati
agar seseorang menjauhi fitnah. Seseorang berusaha menjauhi dan
berlepas diri darinya. Ia meminta perlindungan kepada Allah ﷻ dari
keburukannya baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Ibadallah,
Dalam
kesempatan ini, khotib mengingatkan tentang sebuah poin penting dan asas
yang besar, agar seorang muslim menjaga dan berpegang teguh dengannya
sehingga ia selamat dari fitnah dengan izin Allah ﷻ. Prinsip ini
diambil dari Alquran dan Sunnah Nabi ﷺ.
Ibadallah,
Pertama:
Di antara prinsip agar kita terhindar dan terjaga dari fitnah adalah
bertakwa kepada Allah ﷻ. Senantiasa bertakwa kepada-Nya dalam keadaan
sepi maupun ramai. Dalam keadaan sendiri maupun dilihat orang. Allah ﷻ
berfirman,
﴿ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ﴾
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(QS:Ath-Thalaaq | Ayat: 2-3).
Allah
beri jalan keluar untuknya. Yakni jalan keluar dari fitnah, musibah,
dan keburukan di dunia dan akhirat. Allah ﷻ juga berfirman,
﴿ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا ﴾
“Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS:Ath-Thalaaq | Ayat: 4).
Akhir yang baik selalu didapatkan bagi orang yang bertakwa, di dunia atau di akhirat.
Ibadallah,
Ketika
terjadi fitnah di zaman tabi’in, sebagian orang datang menemui Thalq
bin Ubaid rahimahullah. Mereka berkata, “Fitnah (pergolakan) telah
terjadi, bagaimana kita bisa terlindungi darinya”? Thalq menjawab,
“Lindungilah diri kalian darinya dengan bertakwa kepada Allah ﷻ.”
Mereka menanyakan lagi, “Jelaskan kepada kami makna takwa itu”? “Takwa
kepada Allah ﷻ adalah engkau beramal menaati Allah berdasarkan cahaya
petunjuk dari Allah. disertai dengan berharap pahala dari Allah. dan
engkau meninggalkan maksiat dengan cahaya petunjuk dari Allah. disertai
dengan perasaat takut akan adzab-Nya.”, kata Thalaq bin Ubaid.
Dengan
demikian kita mengetahui bahwa takwa kepada Allah bukan hanya kalimat
yang diucapkan seseorang dengan lisannya. Atau seruan yang diakui saja.
takwa kepada Allah ﷻ adalah suatu usaha sungguh-sungguh untuk
memperbaiki diri agar menaati Allah ﷻ dan mendekatkan diri pada-Nya.
Senantiasa mengerjakan yang wajib dan menjauhi yang mungkar. inilah
hakikat takwa. Siapa yang sifat dan keadaannya demikian, maka ia
memiliki akhir yang terpuji dan mulia di dunia dan akhirat.
Ibadallah,
Kedua: prinsip lainnya adalah berpegang teguh dengan Alquran dan Sunnah.
Karena
berpegang dengan Alquran dan Sunnah adalah jalan kemuliaan, kesuksesan,
dan kemenangan di dunia dan akhirat. Imam Malik rahimahullah
mengatakan, “As-Sunnah bagaikan kapalnya Nabi Nuh. Siapa yang
menaikinya, maka ia pasti selamat. Dan siapa yang meninggalkannya, ia
pasti binasa.”
Siapa
yang menghidupkan Sunnah pada dirinya, ia akan berbicara dengan hikmah
dan selamat dari fitnah. Ia akan mendapatkan kebaikan di dunia dan
akhirat. Dalam hadits al-Irbadh bin Sariyah, yang diriwayatkan dalam
as-Sunan, Nabi ﷺ bersabda,
فَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ
الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Sesungguhnya
barang siapa yang hidup di antara kalian, maka dia akan melihat
perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib atas kalian untuk
berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur-Rasyidin yang mendapat
petunjuk setelahku, gigitlah oleh kalian dengan gigi geraham. Dan
berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru, karena
sesungguhnya setiap kebid’ahan adalah sesat.” (HR. Abu Dawud).
Ibadallah,
Keselamatan
adalah hanya dengan berpegang dengan Sunnah Nabi ﷺ dan menjauhi bid’ah
dan hawa nafsu. Dengan cara seseorang menjadikan Sunnah sebagai hakim
untuk dirinya. Ia koreksi gerak-gerik dirinya. Duduk dan berdirinya.
Dalam setiap keadannya. Siapa yang melakukan demikian, dengan izin
Allah ia akan terjaga dari segala keburukan, musibah, dan fintah.
Adapaun orang-orang yang tidak melakukan demikian, ia menyerahkan
dirinya pada perasaannya, maka ia telah membawa dirinya dan orang lain
pada keburukan. Menimpakan musibah dan kejelekan untuk dirinya dan
orang lain.
Ibadallah,
Ketiga:
bersikap lemah lembut dan tenang. Tidak tergesa-gesa mengharapkan
hasil. Lihatlah dan renungkanlah! Sesungguhnya ketergesaan itu tidak
mendatangkan kebaikan. Sedangkan sikap tenang itu mendatangkan kebaikan
dan keberkahan. Siapa yang tergesa-gesa, maka ia sedang berada di zona
tidak aman. Tidak aman dari kegoncangan, penyimpangan, dan
ketergelinciran.
Siapa
yang berlemah lembut dan tenang dalam mencapai tujuannya, jauh dari
sikap tergesa-gesa, dengan izin Allah ﷻ kebaikan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat akan datang kepadanya. Abdullah bin Mas’ud
radhiallahu ‘anhu mengatakan,
إِنَّهَا
سَتَكُوْنُ أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَات فَعَلَيْكُمْ بِالتُّؤَدَةِ ، فَإنَّكَ
أَنْ تَكُوْنَ تَابِعًا فِي الْخَيْرِ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَكُوْنَ رَأْسًا
فِي الشَّرِّ
“Sesungguhnya
akan ada hal-hal syubhat (samar). Wajib bagi kalian untuk perlahan-lahan. Sungguh, apabila engkau menjadi pengikut suatu
kebaikan, itu lebih baik daripada engkau menjadi pemimpin suatu
keburukan.”
Sesungguhnya
orang-orang yang tergesa-gesa dan tidak berpikir matang dalam menangani
urusan dan tidak tenang dan tidak perlahan, maka dia akan membuka untuk
dirinya dan orang lain di antara hamba-hamba Allah suatu pintu
keburukan dan malapetaka. Dia juga akan menanggung dan menyesali
dosanya dan akan mengakibatkan bahaya yang sangat memberatkan.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ
مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ
النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ
جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ
جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ.
“Sesungguhnya
di antara manusia ada kunci-kunci (pembuka pintu) kebaikan dan
gembok-gembok (penutup pintu) keburukan. Dan di antara manusia ada
kunci-kunci (pembuka pintu) keburukan dan gembok-gembok (penutup pintu)
kebaikan. Beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan
tersebut di kedua tangannya. Dan celakalah orang yang Allah jadikan
kunci-kunci keburukan di kedua tangannya.” (HR. Ibnu Majah).
Orang
yang berakal selalu berhati-hati dalam melihat akibat-akibat yang akan
terjadi. Dia akan selalu sabar, lembut, tenang, tidak tergesa-gesa dan
tidak terburu-buru. Sesungguhnya ketergesa-gesaan dan keterburu-buruan
tersebut akan menggiring orang yang memilikinya kepada akibat buruk
yang fatal, bahaya yang pedih dan hasil yang buruk.
Keempat:
Di antara kaidah-kaidah yang penting adalah selalu bersama jamaah kaum
muslimin dan menjauhkan diri dari perpecahan dan perselisihan.
Sesungguhnya
perpecahan adalah suatu keburukan, sedangkan persatuan adalah rahmat.
Dengan berjamaah, maka akan menghasilkan kesatuan, kekuatan ikatan dan
ketinggian wibawa kaum muslimin. Dengan berjamaah akan terwujud
persatuan tujuan mereka, terjadinya tolong menolong di antara mereka di
atas kebaikan dan ketakwaan dan di atas segala hal yang dapat
membahagiakan mereka di dunia dan akhirat.
Adapun
perselisihan, sesungguhnya dia akan menggiring kepada
keburukan-keburukan yang banyak, bahaya-bahaya yang bermacam-macam dan
malapetaka yang akibatnya tidak akan terpuji.
Oleh
karena itu, diriwayatkan dari Nabi ﷺ, hadits tentang wasiat untuk
mengikuti jamaah dan menghindari perpecahan, Rasulullah ﷺ bersabda:
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ ، وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.
“Jamaah adalah rahmat (kasih sayang), sedangkan perpecahan adalah azab.” (HR. Ahmad).
Nabi ﷺ juga bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ.
“Kalian wajib berjamaah dan hindarilah oleh kalian perpecahan.” (HR. at-Turmudzi).
Nabi ﷺ juga bersabda:
يَدُ اللَّهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ.
“Tangan Allah berada di atas jamaah.” (HR. Ibnu Abi Ashim).
Nabi ﷺ juga bersabda:
لَا تَخْتَلِفُوا فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا.
“Janganlah
kalian berselisih pendapat. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian
telah berselisih pendapat, sehingga mereka pun binasa.” (HR.
al-Bukhari).
Kelima:
Di antara kaidah-kaidah agung yang harus diperhatikan untuk melindungi
diri dari fitnah dan menjauhi keburukannya adalah mengambil ilmu dari
para ulama yang mendalam ilmunya dan para imam peneliti serta tidak
mengambil ilmu dari orang-orang muda yang baru belajar ilmu dan hanya
sebentar mencarinya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ.
“Keberkahan ada bersama orang-orang tua di antara kalian.” (HR. Ibnu Hibban).
Keberkahan
ada bersama pada orang-orang tua di antara kalian yang “kaki-kaki”
mereka telah “tertancap” pada ilmu, yang masa belajarnya sangat lama
untuk mendapatkannya, sehingga mereka memiliki kedudukan tinggi di
antara umat, atas apa-apa yang Allah berikan kepada mereka berupa ilmu,
hikmah, ketegaran, ketenangan dan kejelian dalam melihat akibat-akibat
yang akan terjadi. Dan dari merekalah kita diperintahkan untuk
mengambil ilmu.
Allah ﷻ berfirman:
وَإِذَا
جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ
رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ
الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan
apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalaulah mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil-amri (orang yang memegang urusan)
di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan
Ulil-amri). Kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada
kalian, tentulah kalian mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di
antara kalian).” (QS An-Nisa’: 83)
Barang
siapa yang kembali kepada mereka (para ulama tersebut), maka akan
merasa aman dari fitnah dan mendapatkan hasil yang terpuji.
Keenam:
Di antara kaidah-kaidah penting untuk terhindar dari fitnah adalah
bagusnya hubungan dengan Allah dan berdoa kepada-Nya ﷻ.
Sesungguhnya
doa adalah kunci dari setiap kebaikan di dunia dan akhirat. Terlebih
lagi, permohonan kepada Allah agar kaum muslimin dijauhkan dari fitnah,
baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Berlindung kepada-Nya
subhanahu wa ta’ala dari fitnah-fitnah yang menyesatkan. Sesungguhnya,
siapa yang meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah akan
melindunginya. Siapa yang memohon kepada-Nya, maka Allah akan
mengabulkannya. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan
mengecewakan seorang hamba yang berdoa kepada-Nya dan tidak akan
menolak seorang hamba yang memanggil-Nya. Dia adalah yang berkata:
وَإِذَا
سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ
إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Oleh karena itu, hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah:
186)
وإنا
لنسأل الله الكريم بأسمائه الحسنى وصفاته العلى أن يجنب المسلمين الفتنَ
ما ظهر منها وما بطنَ وأن يحفظ على المسلمين أمنهم وإيمانهم وأَمانهم ،
وأن يقيَهُم الشرور كلّها ، وأن يُحمِّدَهم العواقب ، وأن يرزقهم المآلات
الحميدة والنهايات الرشيدة ، وأن يهدي ضال المسلمين بمنّه وكرمه ، لا إله
إلا الله ولا حول ولا قوة إلا بالله ، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب
العالمين .
Khutbah Kedua:
الحمد
لله عظيم الإحسان واسع الفضل والجود والامتنان ، وأشهد أن لا إله إلا الله
وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله
وأصحابه أجمعين وسلم تسليما كثيرا .
أما بعد أيها المؤمنون عباد الله : اتقوا الله ، فإن من اتقى الله وقاه وأرشده إلى خير أمور دينه ودنياه.
Ibadallah,
Sesungguhnya
kita semua setiap hari membaca, dan memang kewajiban bagi kita untuk
membacanya, yakni surat Al-Fatihah. Allah ﷻ berfirman,
﴿ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴾
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS:Al-Fatihah | Ayat: 6).
Kita
membaca ayat tersebut berulang-ulang setiap hari. Hal ini menunjukkan
bahwa perkara ini adalah sangat besar dan penting. Pentingnya umat
Islam bersatu. Menyatukan kalimat mereka dengan berpegang teguh di
jalan yang lurus. Berpegang teguh dengannya. Karena keselamatan dan
kemenangan dapat diperoleh dengan cara tersebut. Allah ﷻ berfirman,
﴿
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا
السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴾
“Dan
bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS:Al-An’am |
Ayat: 153).
Wajib
bagi kita semua untuk meniti jalan yang lurus. Karena barangsiapa yang
meniti jalan yang lurus, yaitu jalan mereka yang dulu telah berhasil
dan selamat di dunia dan akhirat kelak.
Kita
memohon kepada Allah ﷻ agar menunjuki kita ke jalan yang lurus.
Meneguhkan kita di jalan tersebut. Dan melindungi kita dari
ketergelinciran. Sesungguhnya Dia dengan kemuliaan-Nya, Maha mendengar
doa. Dialah tempat berharap. Dan sebaik-baik pelindung.
وصلوا
– رحمكم الله – على إمام الخلق والداعي إلى صراط الله المستقيم ؛ محمد بن
عبد الله كما أمركم الله بذلك في كتابه فقال: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال
صلى الله عليه وسلم : (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اللهم
صلِّ على محمد، وعلى آل محمد، كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك
حميد مجيد ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل
إبراهيم إنك حميد مجيد ، وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين، الأئمة المهديين
؛ أبى بكر الصديق ، وعمر الفاروق ، وعثمان ذي النورين ، وأبى السبطين علي
، وارض اللهم عن الصحابة أجمعين وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم
الدين ، وعنا معهم بمنك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين .
اللهم
أعز الإسلام والمسلمين ، اللهم أعز الإسلام والمسلمين ، اللهم أعز الإسلام
والمسلمين ، وأذل الشرك والمشركين ، ودمر أعداء الدين ، واحمِ حوزة الدين
يا رب العالمين ، اللهم آمنا في أوطاننا وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا واجعل
ولايتنا فيمن خافك واتقاك واتبع رضاك يا رب العالمين ، اللهم وفق ولي
أمرنا لما تحب وترضَى وأعنه على البر والتقوى وسدده في أقواله وأعماله ،
وألبسه ثوب الصحة والعافية يا ذا الجلال والإكرام ، وارزقه البطانة
الناصحة الصالحة يا حي يا قيوم ، اللهم وفق جميع ولاة أمور المسلمين للعمل
بكتابك واتباع سنة نبيك محمد صلى الله عليه وسلم ، واجعلهم رحمة ورأفة على
عبادك المؤمنين .
اللهم
آت نفوسنا تقواها زكها أنت خير من زكاها أنت وليها ومولاها، اللهم إنا
نسألك الهدى والسداد ، اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفة والغنى ،
اللهم أصلح ذات بيننا وألف بين قلوبنا وأهدنا سبل السلام وأخرجنا من
الظلمات إلى النور ، وبارك في أسماعنا وأبصارنا وقواتنا وأزواجنا وأموالنا
وأوقاتنا واجعلنا مباركين أينما كنا ، اللهم إنا نسألك من الخير كله عاجله
وآجله ما علمنا منه وما لم نعلم ، ونعوذ بك من الشر كله عاجله وآجله ما
علمنا منه وما لم نعلم ، اللهم إنا نسألك الجنة وما قرب إليها من قول أو
عمل ، ونعوذ بك اللهم من النار وما قرب إليها من قول أو عمل ، اللهم إنا
نعوذ بك من الفتن ما ظهر منها وما بطن ، اللهم إنا نعوذ بك من الفتن ما
ظهر منها وما بطن ، اللهم إنا نعوذ بك من الفتن ما ظهر منها وما بطن .
اللهم
اغفر لنا ذنبنا كله دقه وجله أوله وآخره سره وعلنه ، اللهم اغفر لنا ما
قدمنا وما أخرنا وما أسررنا وما أعلناَّ وما أنت أعلم به منا ، أنت المقدم
وأنت المؤخر لا إله إلا أنت ، اللهم اغفر ذنوب المذنبين من المسلمين وتب
على التائبين واكتب الصحة والسلامة والعافية لعموم المسلمين ، اللهم فرج
همّ المهمومين من المسلمين ونفّس كرب المكروبين واقضِ الدَّيْن عن
المدينين واشفِ مرضانا ومرضى المسلمين ، اللهم اهدنا إليك صراطاً مستقيما
ولا تكلنا إلى أنفسنا طرفة عين . ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة
حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله : اذكروا الله يذكركم ، واشكروه على نعمه يزدكم ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad
Judul Asli: Al-Fitan wa Dhawabith Ijtinabuha
Tanggal Khotbah: 29 Rabiul Awal 1424 H
Penerjemah: Tim KhotbahJumat.com
Judul Asli: Al-Fitan wa Dhawabith Ijtinabuha
Tanggal Khotbah: 29 Rabiul Awal 1424 H
Penerjemah: Tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
from=https://khotbahjumat.com/4453-membentengi-diri-dari-fitnah-akhir-zaman.html